4. Warnet

180 12 2
                                    


Setelah bapak supir tadi menyebut Chan Yeol suamiku, aku dan dia jadi saling melihat. Aku tidak tahu apa dia mengerti atau tidak dengan apa yang bapak supir itu bilang.

Aku sendiri langsung membawa tas besar milikku dan menghadap Chan Yeol sepenuhnya.

"Chan Yeol, aku antar kamu cuma sampai sini. Kalau kamu mau pergi ke ATM, ATM-nya ada di sana," ujarku sambil menunjuk mesin ATM di depan toko yang tak jauh dari tempatku berdiri saat ini.

"Dan kalau kamu mau naik bus, kamu nanti dari sini maju ke arah ujung toko itu, terus kamu belok kanan, lurus. Nanti kamu bakal sampai di terminal bus. Nah, dari sana kamu tanya sama salah satu orang di sana, bus yang menuju Jakarta yang mana. Habis nemu busnya kamu langsung naik bus itu, nanti kamu bakal diantar sampai tujuan. Kalau masih bingung tanya aja sama orang di sana, nanti juga bakal ada yang nolong karena kamu artis jadi semua orang tahu sama kamu," ujarku santai.

"Tapi Dewi, memangnya kamu akan ke mana,?" tanya Chan Yeol padaku dengan heran.

"Aku mau cari tempat tinggal. Aku datang ke sini itu mau kuliah, bukan mau nganter kamu," ujarku tanpa beban sambil berbalik badan ingin berjalan meninggalkan Chan Yeol.

"Tunggu Dewi!" ujar Chan Yeol jadi berdiri di depanku menghalangiku pergi.

"Apa lagi? Aku kan udah ngasih tahu caranya biar kamu bisa ke Jakarta," ujarku cukup kesal.

"Setidaknya antar aku sampai terminal saja. Aku tidak tahu jalan," ujarnya memohon.

Aku pun mendengus kesal, "Ya udah, ayo buruan!" ujarku kesal langsung pergi mengantarnya menuju mesin ATM.

Aku tidak ingin harus berlama-lama dengan bias Korea ini karena aku pun memiliki urusanku sendiri.

Aku dan Chan Yeol berhenti di depan mesin ATM, Chan Yeol melihatku.

"Tunggu sebentar," ujarnya padaku.

"Iya, buruan!" ujarku ketus.

Chan Yeol masuk ke dalam ruangan mini berisi mesin ATM itu. Dia mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya. Mengeluarkan kartu kredit dari dompetnya.

Aku sendiri hanya berdiri di luar saja, menunggu Chan Yeol sambil melihat-lihat sekitar.

Chan Yeol mengotak-atik mesin ATM cukup lama, tidak tahu sedang apa, "Oh, no, no, no!" ujar Chan Yeol menjadi panik sendiri.

Aku langsung membalik badan melihatnya yang sedang menekan-nekan tombol mesin ATM dengan paniknya.

Ada apa lagi dengannya?

"Chan Yeol, gimana? Uangnya udah keluar?" tanyaku tenang.

"Kartu kreditku ada yang memblokir!" ujar Chan Yeol dengan raut wajah paniknya.

HAH!

Apa-apaan ini?

Aku jadi ikut masuk ke dalam ruang mesin ATM dan melihat mesinnya yang takut error.

Walau aku tidak tahu cara kerja mesin ATM bagimana, namun kan selalu ada pemberitahuan jika mesinnya sedang error.

Aku yang melihat tulisan di layar yang memberitahukan bahwa ATM Chan Yeol diblokir pun langsung menganga.

Chan Yeol langsung mengacak rambutnya frustasi, "Bagaimana ini? Aku tidak bisa pulang!" ujar Chan Yeol jadi berjongkok frustasi.

Aku langsung melihatnya sambil melotot kaget, "Chan Yeol, kamu jangan bercanda, ya!"

"Aku tidak bercanda. Kartu kreditku saja sudah ada yang memblokir, apalagi dengan semua akun sosial mediaku, cara satu-satunya yang tadinya bisa menyelamatkanku untuk pulang selain kartu kreditku--"

D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang