17

97 8 0
                                    


"Yang ini buat si Bella gadungan! Yang ini buat si Nenek tua bangka!" ujar Tante Dinda saat aku melangkah menuju dapur. Aku tak sengaja mendengarnya.

Awalnya aku akan bertanya pada Tante Dinda apakah ia membutuhkan sesuatu, karena aku disuruh pergi ke toko yang diperintahkan nenek Bella. Siapa tahu ia akan menitip.

Namun langkahku terhenti karena mendengar dan melihat apa yang saat ini tengah diperbuat oleh Tante Dinda. Ia sedang mencampurkan sesuatu kedalam jus yang ia hendak berikan padaku dan nenek Bella.

Dasar penghianat. Tante Dinda tetap saja tak berubah. Kadang aku pun selalu waswas karena keberadaanku di rumah ini hanyalah menjadi Bella palsu semata. Aku selalu takut ia berbuat lebih-lebih lagi. Namun, selama beberapa hari terakhir ia memang tak terlihat mencurigakan. Ia beraktivitas seperti biasanya. Hanya saja, bila aku teledor sedikit saja dalam menjaga anak-anaknya, ia pasti langsung marah besar. Namun Chan selalu berada di sisiku dan menjelaskan semuanya. Aku suka.

Dengan langkah pasti dan berpura-pura tidak tahu dengan apa yang dilakukan Tante Dinda, aku menghampirinya yang sedang membawa minuman dengan berjalan menunduk dan tegesa-gesa.

Prakkk ....

Gelas berisi minuman yang dibawa Tante Dinda jatuh dan langsung pecah. Aku langsung berpura-pura terkejut.

"Astaga! Maaf Tante!" ujarku sembari menatap wajahnya yang sebentar lagi pastinya akan memarahiku.

Tante Dinda menghela napas panjang sembari memejamkan mata menahan amarah.

"Bella! Kamu tahu gak! Ini tuh buat Omah!" ujarnya menahan kesal.

"Maaf, aku gak sengaja. Aku buru-buru," ujarku beralasan.

"Ah, gak mau tahu! Pokoknya kamu harus beresin pecahan gelas ini! Tante pusing!" ujarnya kemudian langsung pergi dengan kesal dari hadapanku.

Setelah Tante Dinda pergi, aku langsung tersenyum puas, "Makanya jangan macam-macam! Dasar jahat!"

Aku kemudian berjongkok untuk membersihkan pecahan gelas tadi, "Dia yang salah, aku yang nanggung!" ujarku menggerutu cukup kesal.

"Jangan!" ujar Chan tiba-tiba datang dan langsung memegang tanganku yang hendak mengambil pecahan gelas tadi.

Aku menatapnya cukup terkejut, "Kamu bisa terluka Dewi. Pakai alat saja, jangan menggunakan tanganmu," ujarnya dengan cukup khawatir.

"Tanggung Ch--"

"Tidak!" ujarnya kemudian melepas genggamannya dariku dan beranjak berdiri membawa sapu dan pengki.

"Chan, biar a--"

"Biar aku saja!" ujarnya saat aku berusaha mengambil alat pembersih di tangannya.

Chan langsung membersihkannya sendiri. Ia bahkan mengepel lantainya sampai bersih kembali. Sementara aku hanya diam memperhatikan.

"Sudah selesai," ujarnya kemudian menatapku sembari tersenyum, "Jangan pernah menyentuh pecahan gelas seperti itu. Itu bisa melukaimu."

Aku masih diam tertegun. Sikap Chan sangat berbeda. Dia sangat lembut dan ... Membuat hatiku tak karuan dengan jantung yang berdebar-debar karena melihat senyumannya yang sangat manis.

Ah, Tuhan! Aku ingin berteriak! Mengapa ada lelaki semanis Chan di dunia ini?!

"Aku dengar kamu disuruh pergi ke toko?" ujar Chan membuyarkan lamunanku.

"Hah? Oh, iya. Aku disuruh Omah," ujarku apa adanya.

"Oh, ya sudah. Kita pergi bersama," ujarnya membuatku cukup kebingungan.

D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang