19

111 14 1
                                    


Setelah kejadian tadi malam. Aku tak tidur satu kamar bersama Chan. Aku malu, sangat malu. Mengapa aku bisa mendadak bodoh dan membatu seketika sehingga malah membiarkannya menciumku?!

Sial memang!

Namun, saat tersadar akan semua yang kulakukan bersama Chan. Aku langsung memukul dadanya dengan sangat keras sampai ia terdorong dan aku langsung kabur ke kamar Inara.


Entah apa yang dipikirkan oleh Chan. Mengapa ia melakukan hal tersebut padaku? Bahkan, tanpa pemberitahuan terlebih dulu.

Terlepas dari hal itu. Aku tetap kembali ke kamarku. Aku kembali saat siang mulai menjelang karena aku bangun sangat terlambat. Aku bisa bangun terlambat karena semalaman aku hampir tak tidur karena terus memikirkan kejadian tersebut.

"Aku harap dia udah gak di kamar," ujarku sembari mendorong pintu kamar.

"Good morning My Wife!" sapa Chan dengan senyuman yang sangat merekah saat aku memasuki kamar.

Sial! Aku tidak bisa menghindar lagi. Aku kemudian menatapnya yang kini sedang berjalan hendak menghampiriku.

Debaran jantungku semakin tak karuan. Aku membuang wajah karena tak sanggup melihatnya. Aku sangat canggung dan gugup.

Namun, karena penasaran. Aku kembali menatapnya. Aku ingin tahu apa Chan merasa canggung sepertiku saat ini? Mengapa ia menatapku seperti tak pernah ada kejadian apapun di antara kami? Ia sangat ceria dan santai. Ya Tuhan, jujur saja. Hal itu sangat menggangguku.

Chan kini berdiri di hadapanku. Aku menatapnya cukup heran. Ia sepertinya akan pergi ke suatu tempat. Ia sudah berpakaian rapi.

"Mengapa tidak membalas sapaanku? Kamu masih canggung karena kejadian semalam?" tanyanya santai dan berhasil membuat pipiku terasa panas dan memerah.

Aku terdiam. Bingung dan langsung membuang wajah. Sial! Ternyata Chan mengingat semuanya dengan baik.

"Ah, baiklah. Tak apa. Sekarang aku harus pergi. Sampai jumpa nanti malam," ujar Chan berhasil membuatku menoleh ke arahnya dan ia langsung mencium keningku sebelum ia pergi.

Mataku langsung terbelalak kaget sembari menatapnya yang beranjak pergi. Chan masih bisa melakukan hal seperti itu?! Ah, aku kehabisan kata.

"Jangan merindukanku," ujarnya sembari tersenyum lebar saat berada di ambang pintu.

Aku kemudian teringat sesuatu, "Chan!" panggilku langsung membuat gerakan tangannya yang akan menutup pintu jadi terhenti, kemudian ia menatapku, "Kamu udah sarapan?" tanyaku reflek.

Chan kemudian tersenyum lebar sampai memunculkan lesung pipinya dan itu membuatnya semakin terlihat manis.

Astaga! Aku langsung terkesima namun aku langsung menyadarkan diri.

"Aku nanya karena aku bangun siang. Aku takut kamu belum sarapan," ujarku agak jutek.

"Tenang My Wife. Aku sudah sarapan. Terima kasih atas perhatianmu," ujarnya kemudian mengedipkan mata sebelah dan langsung menutup pintu dan pergi.

Aku hanya diam tertegun. Sikapnya semakin hari semakin aneh. Dan hal itu membuat jantungku selalu berdebar cepat saat aku berada di sekitarnya.

Chan sepertinya pergi ke bandara. Ia mungkin akan mengurusi kepulangannya yang tinggal beberapa hari lagi. Karena hari ini adalah hari peringatan pernikahan Bu Ratih dan Pak Hadi dan beberapa hari setelahnya, Chan akan pulang.

Rasanya saat bersama Chan waktu sangat terasa singkat. Aku mulai terbiasa dengan kehadirannya dan aku pun mulai merasakan sebuah kenyamanan saat aku bersamanya. Jauh di lubuk hatiku yang paling dalam aku pun mulai tertarik, bahkan mungkin sudah mulai mencintainya.

D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang