10

147 10 0
                                    

Setelah mandi dan bersiap, aku langsung pergi ke bawah bersama Chan. Dia terus menungguku di depan pintu kamar.

Aku tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan baju yang aku gunakan sekarang. Apalagi di depan laki-laki. Aku menggunakan dress berwarna pink, bermotif garis-garis warna-warni selutut, dan berlengan pendek.

Aku tidak percaya diri saat memakai dress ini karena aku tidak pernah memakai model baju seperti ini. Aku memakai baju, apalagi di kampung hanya makai celana dan kaos atau kemeja. Dengan panjang lengannya yang paling pendek itu sampai siku dan kalau celana atau rok, paling pendek itu di bawah lutut seperti rok SMA-ku.  Sedangkan yang aku gunakan saat ini dress di atas lutut dan lengan yang sangat pendek.

Dan semua baju Alm Bella itu dress, modelnya pun tidak jauh berbeda seperti yang aku gunakan saat ini.

Ketika aku keluar dari dalam kamar Chan melihatku yang menggunakan baju dress, dia terus melihatku dengan lekat. Aku sendiri langsung melihatnya tajam.

"Ngapain lihat-lihat?" ujarku jutek.

"Kamu lucu," ujarnya sambil tersenyum simpul padaku.

"Udah, ah, jangan banyak buang waktu. Kita udah ditunggu," ujarku sambil membalikan badan Chan agar berjalan terlebih dulu.

Sebenarnya bukan membuang banyak waktu, tapi karena aku malu, tidak percaya diri, apalagi dilihat sampai seperti itu.

Aku dan Chan ternyata berada di lantai dua, di rumah Bu Ratih ini. Karena aku baru tahu saat aku dan Chan disuruh sarapan saat disuruh turun ke bawah. Rumahnya sangat besar, mewah, warna dinding ditiap pun ruangan itu berbeda, dan bergaya moderen.

Aku dan Chan pergi ke ruang makan. Mulutku hampir menganga, tapi aku tahan. Ruang makan dan dapurnya saja seluas rumahku di desa, plus bersih dan mewah juga.

Di ruang makan itu sudah ada Pak Hadi, nenek Bella, satu om-om sedang menggendong balita, satu lelaki yang sepertinya sebaya dengan Chan, dan satu orang anak kecil perempuan sekitar lima atau enam tahunan. Aku kira penghuni rumah ini hanya ada tiga orang saja, tapi ternyata cukup banyak.

Aku malah berhenti di tengah jalan ketika aku melihat orang-orang di meja tadi. Aku ragu, apakah sungguh aku harus berperan menjadi Bella? Aku takut aku dikira memanfaatkan keadaan mereka saja.

"Kenapa My Wife?" tanya Chan kepadaku dengan tenang.

"May wayp-may wayp apaan, sih, Chan?" ujarku lama-lama kesal juga padanya.

"My Wife," ujarnya membenarkan.

"Iyalah, itu deh pokonya," ujarku tak ingin memperpanjang.

"My wife itu istriku," ujarnya sambil tersenyum ringan. Aku langsung melihatnya tajam.

"Nah, jadi sekarang My Wife kenapa? Mengapa malah berhenti di sini?" tanyanya padaku yang malah berdiam diri di tempat.

"Chan, aku ragu. Mereka kan tahu aku bukan Bella, jadi--"

"Tenang, semua orang di sini sudah tahu peranmu dan aku, jadi tenang saja."

"Tapi Cha--"

"Bella, Chan! Sini!" panggil nenek Bella dari meja makan.

Aku dan Chan jadi melihat ke arah mereka yang sedang melihatku dan Chan. Aku jadi menggaruk leherku yang tidak terasa gatal sama sekali sambil tersenyum kikuk.

"Iya, nih, Bel. Kasihan tuh suaminya udah lapar, tapi dari tadi nungguin kamu," ujar lelaki di sebrang meja sana.

Aku melihat Chan, "Mereka sudah mengenalku," ujar Chan sambil tersenyum lebar. Pantas saja tidak terlalu kikuk sepertiku.

D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang