12

128 10 1
                                    

Hari ini seperti biasa, kami semua baru selesai sarapan pagi. Pak Hadi dan Chan berencana pergi ke kantor kedutaan untuk mengurusi kepulangan Chan.

"Papah pergi dulu, ya," ujar Pak Hadi  sembari mengecup kening Bu Ratih yang baru saja mencium tangan Pak Hadi. Mereka melakukannya di depanku dan Chan.

"Iya, hati-hati," ujar Bu Ratih.

"Ayo, Chan!" ujar Pak Hadi pada Chan.

Chan melihatku sesaat, aku balas melihatnya. Kemudian ia tersenyum dan melangkah pergi. Namun, baru saja satu langkah nenek Bella datang.

"Chan! Kamu lupa sesuatu!" ujar nenek Bella yang datang menuruni tangga.

Chan menyeringit bingung dan menatap Pak Hadi, Bu Ratih dan aku dengan penuh keheranan. Aku pun sama herannya. Sedangkan Bu Ratih dan Pak Hadi jadi saling melihat, lalu keduanya melihatku dan Chan.

"Jika Ibu menyuruh kalian, turuti saja," ujar Bu Ratih padaku dan Chan.

"Menyuruh?" ujarku sungguh bingung, lalu melihat Chan yang sama bingungnya sepertiku.

Nenek Bella kini berada di hadapan kami semua. Ia menatapku dan Chan dengan cukup kesal. Membuatku sangat terkejut. Apa nenek Bella tahu semuanya?

"Bella, kamu gak kasih tahu suami kamu adat kebiasaan di sini?" tanya nenek Bella padaku.

Demi Tuhan, adat apa lagi?

Aku hanya mampu diam tak berkutik. Aku sangat bingung. Mengapa terlalau banyak adat di rumah ini?

"Bu, mungkin Bella lupa. Biar Hadi kasih tahu," ujar Pak Hadi, lalu melihat Chan dan aku.

Aku dan Chan melihat Pak Hadi dengan serius, "Bella pasti lupa kasih tahu Chan, kan kalau setiap mau berangkat kerja atau pergi ke manapun istri harus cium tangan suaminya dan suami harus cium kening istrinya."

"Apa?!" ujarku spontan karena sangat terkejut. Membuat nenek Bella menatapku heran.

"A-apa itu wajib dilakukan?" tanya Chan sama terkejutnya sepertiku.

"Tentu saja Chan," ujar nenek Bella membuatku dan Chan saling melihat satu sama lain.

Apa-apaan ini? Aku harus mencium tangannya dan dia mencium keningku? Oh, astaga, Tuhan. Terlalu besar harga yang harus kubayar agar bisa membuat Chan pulang ke negara asalnya.

Aku langsung menatap Pak Hadi dan Bu Ratih, berharap mereka melakukan sesuatu.

"Bu, nanti aja. Chan dan Mas Hadi udah telat," ujar Bu Ratih berusaha.

"Aih, gak bisa. Harus. Biar semua keluarga di rumah ini tetap harmonis," ujar nenek Bella tak menerima penolakan.

"Omah, Chan lagi pilek. Jadi--"

"Jangan bohong, Bella! Lagi pula cuma cium kening, bukan yang lainnya. Atau mungkin ... kalian lagi ribut?! ujar nenek Bella sembari menatap tajam padaku dan Chan.

"Tidak. Kami baik-baik saja," ujar Chan sembari beralih mendekat ke sampingku lalu menatapku sambil tersenyum kikuk.

"Ya sudah, lakukan. Atau kalian terlambat," ujar nenek Bella.

Chan lalu menghadapku dengan ragu. Aku sendiri langsung membuang wajah. Aku grogi dan kesal. Sial sekali. Ciuman pertamaku harus kuberikan padanya.

"Maaf," lirih Chan yang cukup hanya terdengar olehlku saja.

Tanpa melihatnya, aku meraih tangannya yang sedang ia angkat di hadapanku. Aku mencium tangannya dengan terpaksa. Kemudian Chan menangkup wajahku.

Entah mengapa, jantungku jadi sangat berdebar saat Chan menarik wajahku mendekat ke arahnya.

D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang