Masih di hari pertamaku menjadi Bella, aku dipanggil oleh nenek Bella untuk datang ke kamarnya. Jika Chan, dia dipanggil Pak Hadi. Sepertinya akan membicarakan beberapa hal untuk kepulangannya ke Korea.Aku sedang berada di kamar nenek Bella yang kini sepertinya sedang mencari sesuatu, karena beliau terus mencari sesuatu di rak buku. Membuatku berinisiatif menghampiri nenek Bella.
"Nek ... " aku langsung menutup rapat bibirku.
Nenek Bella menoleh, "Hah?"
Aku langsung menggigit bibir bawahku, "Maksud Bella, Omah lagi cari apa? Biar Bella bantu," ralatku.
"Omah lagi cari berkas warna biru yang ada tulisan 'private life' besar di luar sampulnya."
"Oh, sini biar Dewi aja," ujarku tanpa sadar.
"Dewi?"
"Maksud Bella, biar Bella aja yang carinya. Bella kan dewinya Omah," ujarku berkilah sambil tersenyum kikuk.
"Oh, iya, tentu. Kamu dewinya Omah dan kamu juga boleh cariin berkas itu," ujarnya sambil mengusap wajahku.
"Ya udah, sekarang Omah duduk biar Bella yang cari," ujarku sambil mengantar nenek Bella duduk.
"Kamu emang cucu kesayangan Omah," ujarnya sembari tersenyum lebar.
Oh iya aku lupa. Sebenarnya nenek Bella ini mempunyai dua anak dan semuanya laki-laki. Pak Hadi dan Om Bram. Mereka semua pembisnis ulung. Nenek Bella juga mempunyai empat cucu Azril, Bella, Inara, dan Inaya. Bella selain cucu perempuan pertamanya, dia sudah hampir seperti puteri nenek Bella. Oleh karena itu, jadi cucu kesayangan.
Aku mencari-cari berkas biru itu, "Nah, ketemu," ujarku sambil memegangi berkas birunya.
"Omah, yang ini bukan?" tanyaku sambil memberikan berkasnya.
"Iya betul, yang itu," ujarnya lalu mengambil berkasnya, "Sekarang tolong ambilin pulpen," suruhnya.
Aku mengambil pulpen di atas meja, "Sekarang kamu tandatangan berkasnya, di sini," ujarnya sambil menunjuk salah satu logo keemasan.
Ya Tuhan, bagaimana ini? Berkas ini tidak mungkin aku tandatangani. Aku bukan Bella.
"Tapi Omah, ini berkas apa?" tanyaku sambil melihat berkas itu.
"Kamu baca aja," ujarnya memberikan berkasnya kepadaku.
Aku membaca berkas tersebut. Mataku langsung melebar kaget ketika aku membaca isi berkas itu. Isi berkas itu tentang saham perusahaan dan seluruh aset kekayaan nenek Bella yang jumlahnya mencapai triliunan.
"Omah, mau ngasih lima puluh persen dari 11, 7 triliun aset Omah ke Bella? Dan yang sisanya di bagi rata cucu dan anak omah yang lainnya?" tanyaku dengan tidak percaya.
"Iya, itu buat kamu. Buat cucu kesayangan Omah," ujarnya memandangku sembari tersenyum tulus.
Ya Tuhan, ini bukan hanya banyak, tetapi teramat sangat banyak. Aku bahkan tidak pernah melihat atau memegang uang ratusan juta apalagi triliunan.
Hah ...
Aku tidak bisa membayangkan. Jika dibandingkan, Juragan Tatang yang memiliki tanah berhektar-hektar saja tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekayaan keluarga ini. Tapi aku juga tidak bisa menerima aset itu karena aset itu milik Bella, bukan milikku.
"Omah, Bella gak bisa terima aset sebesar ini, rasanya gak adil--"
"Tapi itu sebanding Bella. Kamu itu udah urus Omah lebih dari siapapun. Kamu selalu temani Omah kapanpun di manapun. Di saat Papah Mamah kamu kerja, kamu yang urus Omah dan rumah ini. Di saat Omah sakit, kamu yang urus Omah. Bukan orang lain atau menantu Omah yang lain," ujarnya sepertinya menyindir seseorang.

KAMU SEDANG MEMBACA
D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅
Fanfic[17+] Kabur dari perjodohan biar gak jadi istri dari seseorang yang gak diinginkan, tapi pas kabur malah .... Kuy, baca ceritanya, Guys! Seru! Tujuan cerita hanya untuk hiburan semata. Tidak bermaksud untuk menyinggung, merugikan, atau menyudutkan...