Part Thirteen

2.5K 136 7
                                    

Happy Reading Guys

❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️🧡

Tak berapa lama setelahnya, kursi kosong di sebelah Keira terisi dan yang duduk di sampingnya adalah Arvin bukannya Lina. Keira terkejut dan tidak percaya dengan penglihatannya konsentrasinya terganggu, ia jadi fokus menatap Arvin.
Arvin memberi isyarat pada Keira untuk melihat filmnya bukan melihat dirinya. Namun, Keira tidak juga berpaling akhirnya Arvin memegang kepala Keira dan memutarnya agar Keira melihat pertunjukan. Keira masih merasa kalau dirinya sedang bermimpi, dia mencoba mencubit pipinya sekeras mungkin.
“Aaawww…”teriak Keira sambil mengelus pipinya yang sudah di cubit.

“tapi… mengapa kau bisa datang?” Tanya Keira.
“kau pikir bagaimana aku bisa? Tanya Arvin balik.
Lina memuji dirinya sendiri yang bisa berakting bagus agar membuat Arvin bisa nonton berdua dengan Keira. Diki menyanggah kata-kata ibunya, “apakah benar-benar karena aktingmu bu?”. Lina tidak mengerti maksud Diki. Keira bertanya tentang Universitas yang akan dituju Arvin, Arvin jadi kesal karena dia tidak mau membicarakan masalah universitas lagi.
“alasan kau sangat pintar adalah karena kau bisa melakukan banyak hal aku yakin itu dan untuk menemukan apa mimpimu hal seperti itu memang sangat rumit hanya saja buatlah hidupmu menjadi lebih menarik.”ucap Keira.
“nenekku yang sudah meninggal, pernah menasehati diriku, ‘buatlah hidupmu menjadi menarik jadilah menarik dan buat orang lain bahagia’. Kalau Arvin mau masuk Universitas Kadana bersama dirinya maka aku bisa membuat hidupmu jadi menarik.” Lanjut  Keira jadi tersipu malu dan melangkah duluan, Arvin mencerna kata-kata Keira kemudian tersenyum kecil.
Mereka berdua berhenti di mesin boneka, Keira menyemangati Arvin yang mengarahkan tombol ke sana ke mari untuk menangkap boneka. Arvin berhasil menjapit satu boneka, Keira sangat senang dan berteriak-teriak sampai dia tidak sadar sudah membuat Arvin tergetar hatinya karena sentuhan pegangan tangan Keira.
Arvin mencoba menutupi perasaannya dengan melemparkan boneka yang dia dapat tadi ke Keira.
“Kau tidak mau mengambil boneka itu?” tanya Keira.
“Apa kau pikir aku mencoba mendapatkannya karena aku ingin boneka itu?” jawab Arvin ketus.
Keira bahagia karena dia mendapatkan hadiah boneka dari Arvin.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Paginya, seluruh keluarga melepas kepergian Arvin yang akan pergi tes wawancara di Universitas Seyo dan memberinya semangat. Keira teringat lagi tentang perkataan Arvin setelah mereka nonton, dia jadi cemas dan langsung memakai mantelnya ingin mengikuti Arvin.
“Kau akan pergi kemana, Kei?”
“Aku hanya ingin memastikan Arvin sampai di Seyo dengan selamat setelah itu aku akan segera kembali.” Ucap Keira.
Lagi-lagi Diki merasa curiga dan menggumam lagi, “aneh aku merasa aneh.”
Arvin yang was-was tahu kalau Keira terus saja mengikutinya meskipun Keira sudah berusaha untuk sembunyi-sembunyi tanpa ketahuan Arvin. Ia hanya tersenyum tipis saat Keira lari-lari mengikutinya.

Saat menyeberang jalan Keira tidak sadar kalau boneka pemberian Arvin terjatuh. Sesampainya di seberang jalan, dia bingung dan dilema antara ingin  terus mengikuti Arvin atau mengambil bonekanya dulu. Akhirnya Keira memutuskan untuk mengambil dulu setelah melihat lampu lalu lintas untuk pejalan kaki sudah berwarna hijau tiba-tiba terdengar suara decitan dan dentuman keras ‘bruuuuuukkkkkk’
Arvin seketika berhenti, dia terpaku membeku mendengar dentuman itu lalu ada murid-murid yang teriak, “apa kau melihatnya? tubuhnya terpental sepertinya dia gadis gemuk.” Membuat Arvin langsung menoleh.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Di rumah sakit, Keira akhirnya tersadar dari pingsannya. Tyo, Lina dan Papa senang melihat Keira sudah sadar. Keira menanyakan tes diikuti Arvin.
“Dia seharusnya sedang tes sekarang tapi dia membawamu kesini. Jadi dia tidak mengikuti tes wawancara itu.” Ucap Lina.
“Tan.. Maafkan Keira yah tan.. gara-gara Keira. Arvin meninggalkan tes itu.”ucap Keira menunduk.

“Iya.. sudah tidak apa-apa. Lebih baik kau istirahat saja.”ucap Lina menenangkan Keira.

Pintu terbuka, Arvin menyapa tanpa rasa bersalah, “kalian semua di sini?”
Arvin berhasil membuat semua orang sangat terkejut. Keira bangun dengan perasaan yang tidak enak masih terdapat beberapa bekas luka di tangannya.
“sepertinya aku sangat mengganggu kehidupan Arvin bahkan menyusahkan baginya.”batin Keira.
Perasaan sangat bersalahnya membuat dirinya tidak ingin berbicara dengan siapapun terlebih lagi Arvin yang tidak mengetahui penyebab Keira merasa hancur. Keira pun memunggungi Arvin yang berdiri di samping kirinya sedangkan Arvin menatap Keira yang sedang menangis dalam diam, Arvin mengetahuinya karena melihat pundak Keira naik turun serta ada suara isakan lirih.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Setelah keluar dari rumah sakit, Keira kembali ke rumah Arvin, Keira masih merasa sangat menyesal sehingga ia sangat malu untuk menemui keluarga Tyo.

“Pah, sebaiknya kita meninggalkan rumah ini?” tanya Keira.

“Kenapa? Apa kau merasa tidak nyaman? Tenang saja semuanya lebih mengkhawatirkan keadaanmu daripada Arvin.”ucap papa.

“Sejak kecelakaan itu semakin merasa bersalah jika tetap disini.”ucap Keira lesu.

Keira melewatkan makan malam dan mengunci diri di dalam kamarnya. Lina sangat mengkhawatirkan keadaan Keira. Ia mengkhawatirkan Keira yang tidak kunjung datang ke ruang makan untuk makan malam bersama-sama.

“Aku akan coba berbicara dengannya.”ucap Arvin yang disambut Lina sangat gembira mendengarnya.

“Aku akan bicara padanya bahwa aku sangat berterima kasih pada Kei karena telah membuatku gagal untuk mengikuti test wawancara itu.”ucap Arvin enteng membuat Lina berkerut dan memukul lengan Arvin.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Pukul 11 malam, Keira diam-diam keluar, memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Dengan berat hati pergi dari rumah ini. Ia mengendap-endap, pergi melalui pintu depan. Tiba- Tiba Arvin muncul.

“Sudah lama tidak melihatmu. Apa kau mau pergi? Karena aku yang tidak masuk universitas Seyo.”ucap Arvin.

“Yak arena masalah itu. Aku berusaha berbuat baik tapi.. semakin lama aku piker, sepertinya aku tak seharusnya ada disisimu. Jadi sebaiknya kau tidak perlu menghentikanku.”ucap Keira dengan pedenya.

Arvin bahkan membiarkan Keira keluar begitu saja tanpa berpura-pura untuk mencoba mencegahnya pergi. Malah ia menawarkan bantuan untuk mengangkat koper Keira yang terlihat sangat berat. Arvin memberikan kepada Keira sebuah surat ke tangannya, surat itu dari universitas dan ternyata isinya adalah penuh dengan data beasiswa. Keira membaca surat itu dan pastinya surat itu bukan untuk Keira tetapi untuk Arvin sendiri.

“Universitas Kadana? Kenapa kau masuk disini?”Tanya Keira terkejut.

“Yah.. siapa yang tahu kalau mereka mau membiayaiku hingga lulus bahkan melanjutkan studi selanjutnya keluar negeri.”jelas Arvin.

“tentu saja kau bisa mendapatkan tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi lainnya.”ucap Keira yang mengulum senyum karena tak dapat di pungkiri dia sangat bahagia.

“Bukankah nenekmu berkata agar hidup dengan bahagia? Kalau begitu sampai jumpa lagi.” ucap Arvin.

“Apa ini artinya.. aku boleh tinggal disini lebih lama lagi? Aku berjanji tidak akan menjadi pengacau lagi.” tanya Keira

“Tidak akan? Yakin?” tanya Arvin yang meragukan ucapan Keira.

“Mungkin tidak, tapi aku akan berusaha. Aku janji hidupmu akan lebih menyenangkan.” Jawab Keira bersemangat.

Arvin membantu membawakan koper Keira kembali ke kamar. Keira mengikuti langkah Arvin. Setelah itu, Arvin pergi ke kamarnya. Keira melompat gembira tanpa bersuara sambil mencium boneka pemberian Arvin untuk merayakan apa yang terjadi padanya tadi. Arvin tersenyum sekilas melihat tingkah Keira sebelum menutup pintu kamarnya.

❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️

Hai readers.. maaf baru sempet up untuk double upnya

Kemarin-kemarin author masih menikmati liburan 😁

Jangan lupa vote dan comment ya
See you next part

❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️

Naughty Kiss [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang