Sejak Yong Hwa turut memberi penilaian atas penampilannya yang dia bilang kolot, Shin Hye jadi banyak memperhatikan penampilan teman-temannya di sekolah. Semua hal yang teman imajinernya itu katakan, selalu mampu membuatnya jadi memikirkannya. Dulu, sejak SMP, mana pernah ia ingin peduli dengan penampilan. Justru penampilan kolotnya itu referensi dari neneknya. Sang nenek sering berkata agar berpakaian serba tertutup, supaya tidak memancing pria tidak baik berbuat jahat. Ketika SD dan SMP Shin Hye bahkan sekolah di sekolah khusus putri. Ibunya yang seorang direktur terlalu sibuk untuk banyak memperhatikannya. Begitu pula ayahnya yang juga direktur untuk beberapa perusahaan sekaligus, mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memperhatikan anak semata wayangnya itu. Neneknya-lah yang kemudian mengasuhnya dengan dogma dan pemikiran-pemikiran kolotnya. Maka jadilah Shin Hye, seperti gadis yang hidup di masa ibunya remaja. Mulai dari penampilan sampai kepada karakternya yang sangat penurut, Shin Hye dibentuk seperti remaja 20-30 tahun lampau. Kuno dan sama sekali tidak modis. Tidak mengikuti trend, setiap hari hanya mengurung diri di dalam kamarnya untuk belajar. Itu sebabnya dia pun tidak memiliki teman, karena dia tidak punya waktu untuk bermain. Dia tidak suka keluar rumah selain untuk pergi ke sekolah.
Tapi sekarang ia mulai membandingkan penampilan dirinya yang seperti orang sakit~karena selalu memakai pakaian panjang-panjang, dengan teman-temannya yang selalu tampil cantik dan girly. Gaya rambut mereka juga selalu berubah dari waktu ke waktu. Bukan saja tatanannya, malah warnanya. Yu Ri yang paling berani menggonta-ganti warna rambut, sekarang warna rambutnya ungu dan tembaga, cantik sekali. Yang membuat mereka tampil cantik juga, mereka tidak memakai kaca mata kuda seperti dirinya. So Ra yang matanya minus mengenakan softlens, makanya warna bola matanya berubah-ubah, kadang abu seperti mata kucing, atau biru seperti bule. Hal itu juga membuatnya modis sekali. Seharian itu Shin Hye terus melakukan pengamatan.
Belum pula tas dan sepatu. Mereka memakai merk-merk terkenal dunia untuk tas atau sepatu sekolah saja. Dan akan berganti setiap musim. Untuk urusan fashion, Jong Suk yang terdepan. Bersaing ketat dengan Soo Ji, sehingga teman-temannya menobatkan Lee Jong Suk sebagai King of Fashion dan Baek Soo Ji Queen of Fashion. Shin Hye sedang memandangi tas branded limited edition di meja Jong Suk kala siempunya tas memelototinya dari depan mejanya.
"Apa yang kau lihat, Beruang kutub?" tanyanya.
"Umm, geughe..." Shin Hye langsung menunduk.
"Apa kau melihat tasku? Itu tas mahal, apa kau berencana mencurinya untuk kau loakan?" tuduhnya membuat semua mata jadi menoleh Shin Hye di mejanya yang paling belakang.
"Wah... gawat! Kalau begitu, dengar kalian semua! Hati-hati dengan tas mahal kalian, di kelas kita ada yang mulai mengutil tas..." Woo Bin selalu saja ikut-ikutan sahabat karibnya itu walau tidak tahu awal permasalahannya.Kelas jadi riuh. Mereka jadi memeluk tas mereka masing-masing. Dan Soo Ji akan tampil bagai pembela kebenaran dalam situasi seperti itu. Ia keluar dari bangku, lalu menghampiri Jong Suk yang berdiri di dekat bangku Shin Hye. Paling suka sepertinya kalau sudah membully teman noraknya itu.
"Apa yang dia lakukan padamu, Jong Suk-ah?" tanyanya berkacak pinggang.
"Aku bisa mengatasinya apa yang dia lakukan padaku, Soo Ji-ya. Yang tidak bisa kulakukan membuatnya pindah dari kelas kita. Aku ingin dia tidak ada di kelas ini. Aku selalu terganggu melihat penampilannya. Bikin mataku sakit." celoteh Jong Suk membuat Shin Hye mengangkat wajah menatapnya tapi lalu menunduk lagi.
"Itu sebetulnya yang sangat aku inginkan juga dari dulu. Tapi kau tahu, beruang kutub-mu ini siswi kesayangan wali kelas kita~Pak Kim. Sebab dia ber-IQ 3 digit." ucap Soo Ji sama jengkel.
"Aigo... baru 3 digit, aku 4 digit..." seru Jong Suk seraya menyabut kaca mata kuda Shin Hye lalu melemparnya ke arah Woo Bin. Cowok jangkung itu pun menangkapnya. Mereka sangat kompak dan satu hati bila sudah berbuat jahil. Sementara Shin Hye gelagapan, sebab ia jadi tidak bisa melihat dengan jelas. Semuanya menjadi blur di penglihatannya. Ia bangkit dari kursi dan terpapah-papah mencari kaca matanya.
"Tolong kembalikan kaca mataku, Jong Suk-ah!" hibanya.
"Ambil sini, Beruang! Antarkan dia padaku, Soo Ji-ya, supaya tidak kesandung..." olok Woo Bin melihatnya terpapah-papah seperti orang buta berjalan.
"Bukan aku, harusnya Jong Suk yang menuntunnya. Kau luruslah berjalan, cewek buta! Woo Bin menunggumu di altar. Aigo... Romantisnya kalian! Kau ini mau mengajaknya date kemana, Kim Woo Bin? Ke bioskop atau pameran? Sama saja dia tidak akan bisa menikmati, sebab matanya buta. Haha..." Soo Ji terkakak-kakak senang seraya menepis tangan Shin Hye yang akan berpegangan padanya.Hebatnya, satu kelas kompak terkakak-kakak mengolok penderitaan Shin Hye kehilangan kaca mata. Daripada merasa iba atau prihatin, semuanya malah senang seperti mendapat hiburan gratis. Tepisan Soo Ji sangat keras membuat Shin Hye tersungkur di sela-sela meja, keningnya terantuk, kondisi itu membuat tawa mereka semakin keras seperti melihat scene komedi di dalam drama.
Shin Hye tidak menyerah, ia terus merangsek ke depan menuju meja Woo Bin untuk mengambil kaca matanya meski harus tersandung-sandung karena tidak terlihat. Tapi begitu tiba di meja Woo Bin, kaca mata itu dilemparnya kembali ke bangku samping.
"Aigoo... Shin Hye-ya, kaca matanya terbang lagi ke meja Si Wan. Jalanmu lambat sih..." tawanya.
Shin Hye celingukan, mengingat-ingat meja pria judes itu. Di barisan paling kanan, ia kemudian berjalan lagi ke barisan bangku paling kanan. Si Wan yang sedang serius menulis membiarkan kaca mata yang jatuh di mejanya, Shin Hye tergesa memburunya. Namun begitu sampai Ha Neul mengambilnya, ia akan menyerahkannya kepada Shin Hye, tapi Yu Ri merebutnya.Merasa semua orang membully-nya, Shin Hye akhirnya kembali ke bangkunya tanpa kaca mata. Tanpa dapat ditahan air matanya tumpah. Tidak ada 1 orang pun teman yang peduli padanya. Ia ingat Yong Hwa, teman imajinasinya yang selalu datang ke kamarnya dan membantu. Sayangnya teman imajiner-nya itu hanya bisa datang ke kamarnya saja, selain ke dalam kamarnya meski ia mengharapkannya datang, dia tidak akan datang. Dan drama bullying oleh 1 kelas itu berakhir saat Pak Kim memasuki kelas untuk mengajar pada jam terakhir.
Meski Shin Hye sesungguhnya selalu mengharumkan kelas mereka karena prestasi yang ditorehkannya, tetap saja menjadi objek bully teman-teman sekelasnya. Alasan mereka tidak menyukainya semata karena penampilan. Dan itu terjadi sejak kelas 1.
💞Yong Hwa hanya menatap Shin Hye yang menggulung tubuhnya dengan selimut sambil sesegukan. Ia belum tahu masalah apa yang membuatnya menangis itu. Sejak menapakan kaki di kamarnya Shin Hye menaiki kasur dan belum turun-turun dari tempat tidur. Bahkan tanpa menukar seragamnya. Satu jam berselang, Shin Hye bangkit dari tidur telungkupnya. Mengusap wajah menghapus air mata, lalu melangkah ke depan cermin.
"Aku tidak bisa melihat kalau kaca mata ini dilepas." desisnya sambil tangannya terus mengeringkan air mata.
"Kau bisa melakukan operasi mata untuk menyembuhkan penglihatanmu kalau mau." balas Yong Hwa.
"Aku mau melakukan apa pun yang penting kaca mata ini lepas dari mataku."
Yong Hwa berdiri dari sofa, berjalan menghampirinya ke depan cermin.
"Kau mau mencoba softlens? Kubilang ganti model kaca matamu. Sementara menunggu libur untuk melakukan operasi."
Shin Hye menudingnya.
"Kau mau mengantarku pergi ke optik?" tanyanya.
"Ani. Kau ajak saja sepupumu!"
"Dia pasti akan banyak tanya. Dan kalau tahu apa masalahku, dia pasti marah."
"Tapi aku tidak bisa mengantarmu." geleng Yong Hwa.
"Wheo?"
"Kau akan dikira tidak waras nanti bicara sendiri."
Shin Hye diam.Mungkin itu juga alasannya Yong Hwa tidak bisa menampakan diri di sekolahnya misalnya. Dan hanya bisa nongol di kamarnya saja.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Boyfriend
FantasyRemaja dengan kekasih khayalan, sama sekali bukan cerita baru. Di setiap belahan dunia pasti ada kisah seperti itu. Park Shin Hye salah satunya. Gadis cerdas bertampang kolot dan norak ini selalu jadi bahan ejekan teman-temannya, membuatnya hanya me...