"Jung Yong Hwa merasa tidak nyaman saat mengetahui ada kalian juga bekerjasama denganku disini. Kupikir dia sangat kekanakan, tapi sekarang aku paham kenapa dia memilih mundur dari kerjasama dengan Wang Jang daripada harus sering bertemu dengan kalian lagi. Benar yang dikatakannya, sering bertemu dengan kalian bisa mengancam jiwanya." jelas Shin Hye.
"Maksudmu kau lebih memilihnya daripada aku?" tatap Si Wan tidak percaya.
"Nde, majayo. Jadi aku harap ini pertemuan terakhir kita di Wang Jang, Si Wan-ssi. Kau jangan datang lagi ke Wang Jang untuk menemuiku atau siapa pun di kantor ini. Sebab aku akan menutup semua akses buatmu. Jelas?"
Tanpa suara Si Wan membelalaki Shin Hye, kemudian membalikan badan dan berlalu dari ruangan itu.Shin Hye meraba dadanya yang berdetak cepat sepeninggal pria itu. Pengakuannya itu sungguh diluar dugaan, membuat sekujur tubuhnya gemetar. Ditekannya aiphone diatas meja meminta sekretarisnya datang, namun hingga 3 kali ia tekan tidak kunjung ada yang menyahuti. Saat menuding jam di dinding, pukul 8 malam. Sekretarisnya sudah pulang. Akhirnya ia meneguk air mineral dingin yang ada di dekatnya. Ia ingin menenangkan tubuhnya yang gemetar.
Setelah minum ia berangsur tenang. Namun benaknya tidak bisa memikirkan apa pun. Inginnya ia menghubungi Yong Hwa untuk menyampaikan apa yang baru didengarnya dari mulut Si Wan. Bahwa benar kecelakaan itu direncanakan, bukan Yong Hwa yang error. Beberapa jenak ia termenung menimbang. Hingga akhirnya ia meraih smartphone-nya. Ia menyentuh salah satu nomor kontak yang ada di dalam daftar kontak smartphone-nya seraya menyambar coat. Ia akan menghubungi Yong Hwa dan mengajaknya bertemu untuk menyampaikan apa yang baru didengarnya itu.
Namun langkahnya terhenti tepat diambang pintu, saat terdengar denyit suara handphone di depan pintu ruangannya. Dan ia terpaku kala mendapati orang yang tengah ia panggil dengan smartphone-nya itu sudah berdiri di depan pintu sambil menatap smartphone-nya sendiri yang berbunyi. Segera ia menurunkan smartphone dari telinga dan mematikannya.
Jung Yong Hwa berdiri tegak menatapnya.
"Wasseo...?" tanya Shin Hye mendahului.
"Eoh, ada yang ingin aku sampaikan. Kau juga memanggilku?" Yong Hwa memperlihatkan smartphone-nya.
"Aku juga ingin menyampaikan sesuatu padamu."
"Dan kau sudah akan meninggalkan kantor? Baru pukul 9." Yong Hwa menatap Shin Hye dari atas sampai bawah.
"Aku tidak berpikir kau akan datang kesini." tukas Shin Hye.Yong Hwa menatap mata Shin Hye tajam, begitu pula Shin Hye membalas tatapan itu lekat. Mata mereka saling bicara tentang hal yang ingin mereka ungkap. Sampai akhirnya Yong Hwa meraih tangan Shin Hye lalu menuntunnya membawa pergi.
"Sebaiknya kita pergi ke suatu tempat." ajaknya mengarah ke lift.
Meski malam belum larut tapi kantor sudah sepi, hanya tersisa satu dua ruangan yang lampunya masih menyala. Yong Hwa membawa Shin Hye lurus ke basement. Meski disana mereka pun menaiki mobil masing-masing menuju tempat yang mereka sepakati.Di sebuah kafe tidak jauh dari kantor Wang Jang tempat yang mereka pilih. Dan kursi yang mereka tempati di balkon, dengan pemandangan indah sungai Han di waktu malam.
"Siapa dulu yang bicara?" tanya Yong Hwa.
"Aku."
"Apa itu?" Yong Hwa menatap tidak sabar.
"Tentang kecelakaan yang terjadi padamu 10 tahun lalu, aku tahu siapa yang membuatnya terjadi." Shin Hye membuat Yong Hwa menatapnya semakin tajam.
"Yang membuatnya terjadi... maksudnya?" kening Yong Hwa mengernyit.
"Kecelakaan itu direncanakan seseorang dengan cara meretas sistem keamanan mobilmu melalui komputer. Makanya polisi pun tidak bisa menemukan bukti selain human error."
"Siapa orang itu?" Yong Hwa sangat penasaran.
"Im Si Wan."
"Mwoga..? Siapa yang mengatakannya padamu, Shin Hye-ssi?"
"Dia sendiri mengatakannya padaku tadi."Yong Hwa terdiam speechless beberapa jenak. Benaknya tidak bisa segera menerima informasi itu, meski hatinya yakin kecelakaan itu karena seseorang menghendakinya.
"Aku tahu kabar ini mngejutkanmu, Yong Hwa-ssi. Tapi saat aku mendengar teman-temanmu mencurigai kecelakaan itu direncanakan oleh teman-teman SMA-ku, aku melakukan penyelidikan diam-diam terhadap mereka. Dan tadi siang Si Wan mengakuinya." terang Shin Hye.
"Aku sungguh tidak percaya." desis Yong Hwa.
"Tapi aku sangat mempercayainya. Si Wan bahkan tidak pernah sekedar menegurku selama kami berada pada kelas yang sama selama 3 tahun. Dia sangat membenciku lebih dari Woo Bin dan Jong Suk. Dia tidak suka membully-ku, tapi dia lebih jahat dari yang lainnya terhadapku." tambah Shin Hye.Yong Hwa menatap mata Shin Hye lekat. "Jadi memang benar kau selalu dibully oleh teman-teman sekelasmu hingga kau tidak memiliki seorang pun teman?" tanyanya.
"Eoh. Mereka semua benci dengan penampilanku yang tidak modis seperti teman cewekku yang lain. Dan harusnya aku pergi dari kelas mereka yang notabene isinya hanya yang berparas cantik dan tampan serta modis. Tapi Pak Kim tidak mengijinkan aku meninggalkan kelasnya. Maka akupun tidak peduli meski setiap hari dan setiap orang membully-ku, aku tetap berada di kelas itu. Sampai aku menyelesaikan SMA-ku di kelas Pak Kim." urai Shin Hye lebih lanjut.
"Lalu apa yang akhirnya membuatmu berubah?" suara Yong Hwa berubah pelan dan sorot matanya pun menjadi lembut. Meski sudah mendengar tentang alasan apa yang membuat Shin Hye merubah penampilannya kala itu, tetap saja ia mempertanyakannya.Shin Hye mengurai senyum kecil sebelum menjawab pertanyaan itu. "Jika aku ceritakan mungkin kau pun tidak akan percaya, Yong Hwa-ssi. Dan akan menganggapku mengidap kelainan jiwa. Seperti sepupuku yang menganggapku mengidap kelainan jiwa selama 10 tahun."
"Tapi jika ceritanya seperti yang pernah aku dengar, aku akan percaya." tepis Yong Hwa.
"Pernah mendengar? Apa?" tatap Shin Hye tak urung terkejut.
"Tentang pria imajinermu. Nde, aku percaya. Mungkin juga benar itu aku. Aku mengalami koma selama 40 hari. Dan orang-orang mengatakan, roh orang yang terbaring koma bisa pergi meninggalkan jasadnya. Mungkin itu yang terjadi terhadapku. Namun jelas aku tidak ingat."Shin Hye menatap Yong Hwa tajam mendengar penjelasannya itu. "Dari mana kau mendengar cerita itu?" tanyanya.
"Min Hyuk dan Soo Jung menceritakannya padaku. Dan aku mengerti mengapa kau bersikap seakan sudah pernah mengenalku saat pertama kita bertemu. Tapi aku tidak tahu jika rohku pernah mendatangimu kala aku mengalami koma di RS."
"Apa memang yang telah Soo Jung ceritakan?"
"Semuanya. Kau yang tiba-tiba ingin merubah penampilanmu yang sebelumnya sangat tidak kau pedulikan, dan lain-lain."
"Dan kau merasa yakin teman imajinerku itu adalah dirimu? Darimana kau tahu jika itu adalah dirimu, Yong Hwa-ssi?" kening Shin Hye mengerut.
"Mungkin karena rohku ingin berterima kasih padamu, maka dia mengikuti ke rumahmu dan selalu datang ke kamarmu."
"Kenapa ingin berterima kasih?" Shin Hye semakin mengernyit tidak paham.
"Bukankah kau pernah mendonorkan darahmu padaku sebelumnya?"Shin Hye terdiam. Keningnya tetap berlipat-lipat tanda berpikir keras. "Mendonorkan darah?" tanyanya seperti pada diri sendiri.
"Di dalam dokumen catatan medisku, tertulis namamu salah satu yang mendonorkan darahmu padaku. Aku sudah memeriksa identitas atas namamu dan alamat SMA-mu. Dan itu adalah dirimu." tandas Yong Hwa.
"Begitukah?" Shin Hye tidak percaya.
"Apa kau lupa pernah mendonorkan darahmu di RS?" tatap Yong Hwa.
"Sebentar... Sekali-kalinya aku pernah pergi ke RS saat temanku Soo Ji mengalami kecelakaan karena kepalanya tertimpa jendela, aku pergi ke RS untuk menengoknya setelah yang lain pulang. Tapi saat itu Soo Ji yang kondisinya sudah membaik menolak kedatanganku. Dia tidak suka aku menengoknya. Dengan sedih aku duduk di salah satu lorong. Siapa mengira lorong itu dekat dengan ruang bedah. Belum lama aku duduk, tiba-tiba suster meminta orang-orang disana untuk diperiksa darah. Termasuk aku. Dari hasil pemeriksaan itu katanya darahku cocok, maka aku diminta untuk mendonorkan darahku. Setelah darahku diambil aku lalu pulang tanpa tahu untuk siapa darahku itu." cerita Shin Hye.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Boyfriend
FantasyRemaja dengan kekasih khayalan, sama sekali bukan cerita baru. Di setiap belahan dunia pasti ada kisah seperti itu. Park Shin Hye salah satunya. Gadis cerdas bertampang kolot dan norak ini selalu jadi bahan ejekan teman-temannya, membuatnya hanya me...