Yong Hwa menghirup minuman keras dalam gelas di tangannya, kemudian tangannya mempermainkan gelas membuat es batu di dalamnya bergerak memutari gelas. Ia terus melakukan itu tidak peduli sekitar. Ia bahkan tidak mendengar Soo Ji yang memanggil-manggil namanya dari stage, meminta dirinya memainkan piano untuk mengiringinya bernyanyi.
"Jeogie... Tuan yang sedang minum di bar, bisakah naik ke stage?" pinta Soo Ji dengan pengeras suara, membuat suaranya memenuhi seluruh ruangan.
Tapi Yong Hwa tidak mendengar, ia tetap pada posisinya tidak bergeming. Sampai terdengar panggilan kedua.
"Hallo... Tn Jung! Atau Namja dengan Jas Biru yang sedang menikmati Tequila... Naiklah sebentar ke stage!"
Sekarang semua mata mengarah pada Yong Hwa.Namun seperti tadi, Yong Hwa tidak menghiraukan. Dia bahkan serius menatap gelas, seperti tengah berpikir keras. Tangannya sudah menghentikan memutar-mutar es batu di dalamnya.
"Ibaeyo... Wanita itu memanggilmu..." seseorang yang duduk tidak jauh darinya mencoleknya.
Baru Yong Hwa tersadar. Melirik pria yang duduk di sebelahnya. "Nde...?" balasnya.
"Wanita yang sedang bernyanyi memintamu naik ke stage." beritahunya lagi.
Yong Hwa menoleh stage, tapi tidak ada yang ia lakukan. Wajahnya berpaling lagi ke gelas yang masih dalam genggamannya.Hal itu membuat Baek Soo Ji yang tengah tajam kepadanya dari stage, membelalakan mata. Yong Hwa sengaja mengabaikannya...?
"Yong Hwa Oppa, aku memintamu naik kesini. Aku ingin kau mengiringiku membawakan lagu pavorite kita. Jebal!" pinta Soo Ji lagi tetap dengan pengeras suara.
Yong Hwa kembali tidak peduli. Soo Ji diatas panggung tersenyum masam kepada orang-orang yang melihatnya. Dengan wajah memerah karena malu ia akhirnya turun dari panggung, untuk menghampiri Yong Hwa.Tidak biasanya dia bersikap seperti itu terhadapnya, terlebih di muka umum. Dihadapan orang banyak. Ini memalukan sekaligus menyebalkan.
"Oppa, ada apa? Kenapa tidak mendengarkanku?" gugatnya arogan sambil menarik pundak Yong Hwa yang membelakangi. Tapi Yong Hwa pun dengan cepat menepisnya.
"Kau ini apa-apaan?" bentaknya membelalakan mata.
"Mwoga...? Kau membentakku, Oppa?" Soo Ji terkejut.
Yong Hwa mengatur ekspresi wajahnya. "Mianhe, karena kau menggangguku." ujarnya.
"Aku hanya meminta Oppa untuk iringi aku bernyanyi seperti biasa..."
"Aku sedang tidak ingin melakukan apa pun sekarang, Soo Ji-ah. Aku datang kesini hanya ingin minum, arra?"
"Mana aku tahu, Oppa tidak katakan apa pun sebelumnya."
"Nde, kau benar. Mianhe! Sekarang duduklah temani aku minum!" Yong Hwa menepuk kursi kosong di sebelahnya.Apa yang membuatnya begitu terhanyut dalam lamunannya sendiri dan mengabaikan Baek Soo Ji, gadis yang selama ini selalu yang pertama menjadi perhatiannya. Ini tiada lain karena Park Shin Hye. Pertama kali bertemu ia tidak suka karena sikap noraknya, melakukan pendekatan padanya di malam pelantikan dengan cara tidak elegan. Pandangan matanya tidak terjaga dan metoda kuno serta kampungan yang dimainkannya untuk mendekatinya.
Yang kedua ia tidak suka dengan sikapnya yang tidak menghargainya saat pertemuan penting dengan Wang Jang. Sepanjang kehadirannya di dalam pertemuan tersebut raut wajahnya tidak sedap dipandang dan terutama menolak kontak mata dengannya. Tapi berbeda dengan saat di malam pelantikan, di dalam pertemuan itu dia sangat mengagumkan. Jika pimpinan tertinggi Wang Jang sangat mengandalkannya, artinya dia memang bukan hanya biasa saja. Dan memang faktanya seperti itu. Cara pandangnya membungkam semua orang, termasuk dirinya. Pria smart sekaligus consept maker J Group.
Persoalannya, Yong Hwa tidak suka padanya tapi ironisnya benaknya begitu sulit melupakan. Wanita itu menyebalkan sekaligus mengagumkan. Norak sekaligus keren pada moment yang berbeda. Seumur hidupnya ini kali pertama Yong Hwa merasa benci sekaligus penasaran. Konsep membenci itu dimana-mana tidak ingin melihatnya lagi, tapi yang terjadi terhadapnya, benci tapi sangat ingin menemuinya lagi. Di dalam lubuk kalbunya yang terdalam hatinya seperti terhubung dengannya, entah kenapa?
Maka setelah pertemuan bilateral antara J Group dengan Wang Jang hari itu, Yong Hwa sengaja datang ke ruangan direktur perencanaan. Ada yang harus ia konfirmasi terhadapnya.
"Ada yang ingin aku bicarakan dengan direktur perencanaan, apa beliau ada di tempat?" tanyanya kepada sekretaris Shin Hye.
"Apa sebelumnya Tuan sudah membuat janji?" balas sekretaris.
"Tidak, kami tadi selesai rapat. Sekarang aku mau pulang tapi ada hal penting yang ingin aku sampaikan. Hanya sebentar saja."
"Baik, ditunggu sebentar, Tuan." sekretaris beranjak ke dalam. Tidak lama dia membuka pintu mempersilakan masuk.Shin Hye menyambut Yong Hwa di ruang kerjanya yang lux dengan tatapan setajam mata pisau. Jika sebelumnya di dalam pertemuan ia menolak kontak mata maka sekarang membuka matanya lebar-lebar terhadap Yong Hwa, terkesan ingin memangsa.
"Maaf jika mengganggu. Ini sama sekali tidak ada urusan dengan pekerjaan, aku hanya ingat di malam pelantikan Anda pernah bertanya padaku, kita pernah bertemu 10 tahun yang lalu. Majjo?" ucap Yong Hwa to the point.
Terlihat seringai tipis di bibir Shin Hye. "Sepertinya karena aku terlalu banyak minum. Makanya bicaraku ngelantur." tepisnya berdusta.
"Geuraeyo? Tapi malam itu sebelumnya pun Anda terus mencuri pandang padaku seakan ingin meyakinkan diri, benarkah aku orang yang Anda kenal pada 10 tahun lampau?" kejar Yong Hwa.
Shin Hye menegakan tubuhnya, kedua tangannya menyilang di dada. "Dan Tuan berkata, apa aku punya cara yang lebih kini untuk melakukan pendekatan?" sindir Shin Hye. "Mabukku sudah benar-benar parah malam itu. Maafkan jika tingkahku sangat mengganggu Tuan, seharusnya aku tidak meneguk wine sejak menapakan kaki di sana kala itu." tandas Shin Hye tetap mengelak.Bagi Shin Hye sendiri konfirmasi Yong Hwa tersebut justru jadi membuatnya semakin yakin, bahwa pria ini bukan pria imajinernya 10 tahun lalu. Mereka orang yang berbeda. Jadi ia tidak harus merubah sikap atau gembira dengan kedatangannya itu. Setelah itu Yong Hwa speechless, sekarang justru dirinyalah yang tampak seperti tengah melakukan pendekatan dengan cara murahan. Tidak elegan.
Yong Hwa meneguk minuman di gelas yang sejak tadi dipermainkannya hingga tandas. Lalu ia menghela napas dalam.
"Wheo? Oppa ada masalah apa? Kenapa hari ini Oppa tampak tidak happy?" toleh Soo Ji mengernyitkan kening.
"Eoh, ada masalah sedikit di kantor."
"Kau biasanya selalu cerita padaku, masalah apa?"
"Masalah tidak penting sebenarnya, tapi sangat mengusik."
"Apa itu?"
"Kau tidak usah tahu, bukan masalah besar kok."
"Yakin semua akan baik-baik saja tanpa Oppa cerita padaku?" tatap Soo Ji.
"Nde."Yong Hwa merasa menceritakan masalah yang membebani benaknya itu kepada Soo Ji, memalukan. Seorang Jung Yong Hwa dipandang sebelah mata oleh perempuan yang baru dikenalnya. Sedangkan gadis-gadis populer saja seperti Soo Ji atau Yoo Na~yang saat ini menjadi designer terkenal, begitu memujanya. Asal dia memainkan piano dan memamerkan suara nyaringnya, perempuan mana yang tidak terpikat. Shin Hye nampaknya belum tahu siapa dirinya, maka dengan sombong menolak menatap matanya saat berbicara dan dengan angkuh menepis dirinya telah bersikap sok akrab di dalam kesadarannya.
Jika gadis itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, mengapa Yong Hwa merasa terganggu? Harusnya abaikan saja. Jangan benaknya jadi terus memikirkannya. Menyebalkan saja! Dan yang membuatnya lebih sebal, Shin Hye berbohong padanya. Berbohong tentang kondisinya yang jelas-jelas tidak mabuk namun mengaku mabuk. Pasti itu untuk menyembunyikan rasa malunya. Ah, kenapa ada perempuan seperti itu...? Yong Hwa mengusap kepalanya.
Pukul 10 malam, kepalanya mulai terasa berat karena terlalu banyak minum. Akhirnya ia meninggalkan Klub, tanpa pamit kepada Soo Ji yang sedang turun melantai. Ia duduk di jok belakang dengan mata yang separuh terbuka. Namun saat sopir membawa mobilnya melintasi jalanan depan kantor Wang Jang, matanya terbuka sempurna. Dari gerbang Wang Jang ia melihat sebuah sedan mewah keluar. Pejabat Wang Jang siapa yang baru pulang pada jam seperti ini, setelah kantor sangat sepi. Lampunya sudah banyak yang mati tandanya sudah tidak ada orang lagi. Yong Hwa sampai memutar kepala melihat mobil itu yang sekarang tertinggal oleh mobilnya. Tak lain ia sangat penasaran.
Namun di traffic lights mobil mereka berjajar, dan ia bisa melihat siapa yang berada di dalam mobil yang keluar dari kantor Wang Jang tersebut. Tiba-tiba saja kaca jendela belakangnya turun setengah, sehingga tampak olehnya siapa yang duduk di jok belakang. Park Shin Hye. Direktur perencanaan Wang Jang.
💞TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Boyfriend
FantasyRemaja dengan kekasih khayalan, sama sekali bukan cerita baru. Di setiap belahan dunia pasti ada kisah seperti itu. Park Shin Hye salah satunya. Gadis cerdas bertampang kolot dan norak ini selalu jadi bahan ejekan teman-temannya, membuatnya hanya me...