18

478 130 10
                                    

Bukan kebetulan jika hanya Min Hyuk yang selalu didengar Yong Hwa. Min Hyuk seorang psikiater. Sejak kecelakaan lalu lintas menimpa Yong Hwa ketika SMA, dan membuatnya koma selama 40 hari, kejiwaan Yong Hwa pun tidak stabil. Dia sering tiba-tiba histeris dan berteriak-teriak ketakutan. Otak kecilnya merekam dan menyimpan dengan baik kejadian tragis itu sehingga terkadang muncul tanpa permisi di benaknya. Terutama bila Yong Hwa stress dan banyak pikiran.

Dulu mereka sangat kebingungan bila hal itu terjadi, dan yang mampu mengatasinya hanya psikiater. Itulah yang dulu membuat Min Hyuk memilih melanjutkan pendidikan untuk menjadi psikiater. Supaya bisa menangani sendiri bila traumatis paska kecelakaan yang dialami Yong Hwa timbul. Dan itu pula yang membuat Yong Hwa hanya mendengarkan Min Hyuk hingga kini.

Sekarang dia memang sudah benar-benar sembuh, tapi untuk beberapa kondisi kadang membuat ketidak-stabilan emosinya kambuh. Untuk itu hanya Min Hyuk yang mampu mengatasinya.
"Lakukan tugasmu dengan baik, aku khawatir. Sebab 'Storm' sudah berulang-ulang dimainkannya." Jong Hyun menepuk pundak Min Hyuk yang sedang menatap Yong Hwa yang sedang 'ngamuk' memainkan 'Storm'.
"Jika tahu siapa yang telah menyabotase mobil Hyung kala kecelakaan dulu, aku pasti sudah membunuh orang itu sekarang." geram Jung Shin prihatin mendalam melihat dan mendengar alunan piano bertempo super cepat yang dimainkan Yong Hwa.

Tidak ada yang bersuara, hingga Min Hyuk berdiri lalu melangkah mendekati Yong Hwa.
"Malam sudah hampir turun, Hyung. Kami akan pergi makan ke tempat biasa, apa Hyung mau ikut?"
'Storm' berhenti meraung-raung, Yong Hwa menghentikannya. "Apa itu juga artinya kau mengajakku minum?" tatapnya.
"Apa Hyung tengah butuh minum?"
"Nde."
"Geurae. Ayo kita pergi!"

Jung Shin dan Jong Hyun lebih dulu melangkah menuju pintu, Yong Hwa dan Min Hyuk menyusul di belakang mereka. Semuanya menuju mobil yang sama, yaitu mobil Jung Shin. Jeep Wrangler itu kemudian meninggalkan pelataran parkir. Duduk di belakang kemudi Jung Shin sendiri, disebelahnya Jong Hyun. Yong Hwa dengan Min Hyuk di jok belakang. Beberapa saat hanya suara Jung Shin dan Jong Hyun yang terdengar, mengomentari jalanan dan orang-orang yang memadatinya. Yong Hwa tampak tidak peduli dengan kondisi itu. Pandangan matanya menerawang keluar jendela.
"Hyung, gwenchana?" usik Min Hyuk melihatnya hanya diam.
"Ani. Aku sedang sebal."
Jung Shin dan Jong Hyun seketika diam mendengar suara Yong Hwa.
"Apa yang terjadi?" lanjut Min Hyuk.
"Aku ingin membunuh Woo Bin."
"Dimana Hyung bertemu dia?" tatap Min Hyuk.
"Kantor Wang Jang."
"Apa memang yang dia lakukan padamu?"

Yong Hwa diam, tidak segera menjawab. Tidak ada, desis hatinya. Tapi dia telah menarik perhatian direktur perencanaan Wang Jang, hingga wanita itu lebih ramah terhadapnya.
"Apa kalian terlibat kerjasama?" sela Jong Hyun tidak sabar menunggu jawaban Yong Hwa.
"Tidak sudi. Lebih baik aku bangkrut daripada harus bekerja sama dengan devil itu." cibir Yong Hwa.
"Atau Soo Ji pergi lagi padanya, Hyung?" sambung Jung Shin.
"Bukan."
"Lalu?" tatap Min Hyuk.
"Min Hyuk-ah, bisakah kita bicara masalah ini berdua saja?" Yong Hwa balas menatap Min Hyuk.
"Tentu, Hyung. Setelah makan aku akan ikut pulang ke rumah Hyung." senyum Min Hyuk.
"Nde."
Min Hyuk menatap Jung Shin dan Jong Hyun lewat spion yang menggantung di depan mereka. Memberi mereka kode, masalah clear. Mereka tidak harus khawatir lagi. Dan meski Yong Hwa ingin membicarakan masalahnya itu hanya kepada Min Hyuk, tapi Min Hyuk pasti membocorkannya kepada mereka nanti.

Sementara itu Jong Hyun dan Jung Shin menerka-nerka, apa memang yang telah dilakukan musuh bebuyutan mereka itu? Dunia terasa aman saat mereka tidak harus berhubungan dengan Woo Bin Cs. Tapi seakan dunia ini menyempit sebab mereka rupanya harus berurusan lagi. Menyesakan saja.
💞

Yong Hwa tampak berat lidah untuk segera bercerita, sebab setelah beberapa menit berlalu dan Min Hyuk menunggunya, ia masih juga bungkam.
"Apa yang membuat Hyung sulit untuk bercerita?" tanyanya sabar.
"Sebab bukan Woo Bin sebenarnya masalahnya." akhirnya ungkapnya.
"Bukan Woo Bin-ssi, lalu?" Min Hyuk mengernyit.
"Kau tahu alasanku mendekati Soo Ji bukan? Yaitu semata hanya untuk membuat pria itu dan sahabatnya kalah saing dariku. Tapi sekarang ada perempuan lain yang aku tidak suka melihatnya sangat ramah terhadap pria setan itu. Aku benci diriku kalah saing olehnya." bebernya membuat Min Hyuk tersenyum kecil.

Cemburu! Rupanya Yong Hwa telah menemukan pelabuhan hati. Dan agaknya itu bukan Baek Soo Ji.
"Apa wanita itu bekerja di Wang Jang?" tatap Min Hyuk.
"Jangan katakan bekerja, kesannya kalau kau katakan seperti itu, dia hanya karyawan rendahan. Dia itu direktur perencanaan Wang Jang, jangan salah!" peringatnya tegas.
"Mianh! Tapi Hyung memang harus paham posisinya, apalagi dia itu seorang petinggi perusahaan sebesar Wang Jang. Adalah tuntutan pekerjaan bila dia bersikap ramah pada semua relasi Wang Jang." ceramah Min Hyuk.
"Benar, aku pun berpikir sama denganmu. Harusnya memang dia bersikap ramah pada semua relasi Wang Jang tanpa kecuali. Harusnya dia pun bersikap ramah padaku, sebab aku pun sama relasi Wang Jang." Yong Hwa berbicara dengan intonasi gemas tak terkira.
"Nde...?" kini Min Hyuk mengernyit tidak paham.
"Dia ramah pada semua orang kecuali padaku. Dan kepada Kim Woo Bin dia paling ramah, menyebalkan sekali tingkahnya itu. Sampai rasanya aku ingin membunuh Woo Bin supaya dia menangis." gemasnya.

Min Hyuk melongo dibuatnya. Tidak menyangka masalahnya itu dipicu karena Yong Hwa cemburu. Dan tidak percaya ada wanita yang mengabaikan Yong Hwa, apalagi dia lebih menyukai Woo Bin. Bukankah sejak dulu yang terjadi sebaliknya? Jika benar yang hyung-nya itu katakan, pasti karena dia belum mengenal Yong Hwa sekaligus tidak mengenal baik Woo Bin. Atau wanita itu tidak normal, alias sama levelnya dengan Woo Bin. Sebab jika wanita normal pasti akan lebih memilih Yong Hwa ketimbang Woo Bin. Tapi itulah hidup. Penuh misteri.

"Hal itu yang membuat kepalaku mumet, Min Hyuk-ah. Apa yang harus kulakukan? Aku berpikir untuk tidak datang lagi ke Wang Jang, tapi tidak mungkin. Proyek yang kutangani baru dimulai, aku jelas tidak bisa menyerahkannya kepada yang lain." keluh Yong Hwa.
"Direktur itu bersikap tidak ramah terhadap Hyung pasti ada sebabnya bukan?" Min Hyuk mulai menganalisa.
"Sebabnya.... Sebabnya... Umm..." Yong Hwa tampak kikuk. Hatinya tidak mau mengakui apa yang sesungguhnya terjadi. "Karena dia yang mula-mula sok akrab padaku. Itu menyebalkan sekali." terangnya.
"Sok akrab?" lagi-lagi Min Hyuk mengernyitkan dahi.
"Iya, sok akrab. Sekarang katakan padaku, jika tiba-tiba ada orang yang sok akrab padamu apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan suka, Min Hyuk-ah?" tatap Yong Hwa.
"Mungkin, tidak..." jawaban Min Hyuk ngambang.
"Benar. Itu juga yang kurasakan. Dan siapa menduga, wanita itu ternyata orang penting? Yang kelak nasib kita tergantung pada keputusannya. Apa itu tidak menyebalkan?"

Min Hyuk memejamkan mata mendengar penuturan itu. Memang seberapa sok akrab dia sehingga membuat Yong Hwa kesal? Senjata makan tuan namanya jika kemudian Yong Hwa jadi jatuh suka pada wanita itu. Dan apa benar profesi psikiater harus mengurus masalah begini?
"Apa yang harus kulakukan sekarang?" desak Yong Hwa melihatnya diam.
"Menurutku Hyung harus memperbaiki hubungan dengan direktur perencanaan itu, sebab masalah Hyung sesungguhnya dengan dia."
"Itu yang ingin kulakukan tapi bagaimana caranya? Jangan sarankan supaya aku memulai mengundang makan misalnya, itu seperti aku sedang memberi grativikasi sebab proyekku baru akan dimulai."
"Sebenarnya Hyung lebih tahu bagaimana caranya, Hyung hanya perlu lebih berani saja. Atau kalau Hyung masih mau mendengar usulku, lakukan sebagai seorang namja. Jangan pedulikan jabatan dia yang lebih tinggi atau sikap dia yang pernah menyinggung perasaan Hyung. Justru Hyung harus meluruskan kesalahan itu. Seperti itu sikap seorang ksatria."
"Aku tidak suka idemu..." tepis Yong Hwa cepat. "Beri aku advise seperti biasa dimana kau sebagai seorang psikiater. Itu akan lebih aku dengar." pintanya.
Min Hyuk memejamkan mata jengkel.

TBC

Imaginary BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang