13

546 138 11
                                    

Shin Hye menatap tamunya dengan pandangan tidak suka, kehadirannya benar-benar mengganggu konsentrasi saja.
"Aku mendengar kau ingin menemui Dirut Ahn bukan? Kenapa malah masuk ke ruanganku?" tanyanya jutek.
Orang ini memang suka sekali mengganggunya, sejak bertemu lagi dengannya sekitar 3-4 bulan lalu, dia akan mampir ke ruangannya setiap datang ke kantor Wang Jang. Siapa pun yang akan dia temui di kantor itu.
"Nde, tapi beliau sedang menerima tamu dan sekretarisnya menyuruhku menunggu. Jadi aku memutuskan menunggunya disini." tukasnya cuwek.
"Aku ini walau begini posisiku direktur, apa kau tidak merasa kelakuanmu lancang?" kejar Shin Hye gemas tak terkira.
"Aniyo. Karena kau temanku." senyumnya pula tidak tahu malu.
Shin Hye akhirnya hanya menyeringai miring.

Pria itu Kim Woo Bin. Dia adalah wakil direktur sebuah perusahaan yang berada di bawah apiliasi Wang Jang. Setiap bulan setidaknya 2 kali dia akan mondar-mandir ke Wang Jang. Pada tengah dan akhir bulan. Tapi sejak kehadiran Shin Hye, setiap minggu dia pasti datang. Dan seperti ketika SMA dulu, Shin Hye tidak membuka hati untuk teman jahatnya itu. Meski Woo Bin sangat sok akrab terhadapnya.

Dan tanpa merasa malu, tanpa meminta maaf atas kelakuan menyebalkannya dulu, Woo Bin bersikap seakan mereka sangat dekat ketika SMA. Tanpa diminta Woo Bin juga menceritakan kepada Shin Hye tentang teman-teman sekelas mereka bekerja dimana saat ini dan menduduki posisi apa. Dan lucunya, untuk beberapa nama populer yang dulu kerap membully-nya, mereka berada pada perusahaan yang berafiliasi dengan Wang Jang. Secara tidak langsung kedudukan mereka berada di bawahnya.

Shin Hye tersenyum kecut. Ia ingat dengan apa yang pernah dikatakan Yong Hwa imajiner 10 tahun lalu :

Di masa depan kau harus lebih sukses dari mereka, supaya mereka tidak meremehkanmu lagi

Dan sekarang semua itu terbukti sudah, tapi sayang pria imajiner yang ia kira nyata itu nampaknya benar-benar hanya imajinasinya saja. Meski hati kecil Shin Hye yang terdalam menolak, apa yang dialaminya 10 tahun lalu bersama pria yang selalu datang ke dalam kamarnya dan hanya dirinya yang bisa melihat itu adalah sebuah imajinasi. Walau benar secara nalar sulit dijelaskan.

Shin Hye kemudian fokus kepada pekerjaannya, begitu konsentrasi, ia tidak merasakan kehadiran Woo Bin di ruangannya. Hal itu membuat pria jangkung tersebut jadi seperti kambing congek.
"Umm, jeogie... Shin Hye-ya!" Woo Bin memberanikan diri membangunkan Shin Hye dari kekhusuannya menelaah bundelan laporan.
Tapi terlihat tangannya mengusap kelopak mata sebelum menatapnya. "Nde." jawabnya dengan suara pelan. Rautnya pun berubah 180 derajat dengan saat awal yang begitu jutek.
Apa yang terjadi? Apa sebenarnya barusan itu dia melamun dengan pura-pura bekerja? Lalu apa yang dia lamunkan sampai perubahan raut wajahnya sangat signifikan. Apa Shin Hye mengingat kelakuannya dulu ketika SMA yang suka membully-nya?

"Mianhe, Shin Hye-ya! Bila aku mengganggumu bekerja. Dan maaf juga untuk kelakuanku dulu ketika SMA. Aku sering melukaimu." Woo Bin bersuara pelan. Ia sangat yakin Shin Hye sedang mengingat kelakuannya yang dulu sering jahat terhadapnya.
"Kau baru menyadarinya sekarang?" tatap Shin Hye langsung sadar bila ekspresi wajahnya itu membuat Woo Bin merasa bersalah.
"Aku sudah menyadarinya sejak kau berubah di pesta Soo Hyun Hyung. Tapi kala itu aku malu untuk minta maaf padamu." Woo Bin memejamkan mata. "Dan di hari-hari berikutnya kita sibuk belajar untuk ujian akhir, aku tidak bisa memikirkan hal lain selain harus belajar keras supaya lulus dengan nilai bagus. Seperti yang Appa minta..." Woo Bin terus berceracau mengenang masa SMA pasca perubahan penampilan Shin Hye yang justru ingin Shin Hye lupakan. Sebab sekarang mengingat siapa yang menjadi supporter tentang perubahannya dahulu membuat hatinya sakit.

"Joyonghe, Woo Bin-ah! Kau terus saja membicarakan masa itu. Aku muak mendengarnya, tahu? Aku sudah melupakannya sebab benci dengan kejahatan kalian, tapi kau mengingatkannya lagi." berondong Shin Hye membuat Woo Bin seketika terdiam.
"Kau tahu, aku sangat benci kalian semua. Benci. Sampai sekarang pun masih benci, dan baru saja kau membuatku semakin benci padamu, arra?" pekik Shin Hye hilang kendali.
Woo Bin hanya berdesis pelan. "Mianhe! Jeongmal mianheyo, Shin Hye-ya!"
💞

Sejak kembali dari Paris, Shin Hye yang sudah gila kerja, menambah lagi ritme kerjanya. Semakin saja membuat Soo Jung sulit untuk menemuinya. Hal ini terang membuat Soo Jung sangat mengkhawatirkannya. Dan semakin keras keinginannya untuk membawa Shin Hye ke psikiater.

Siang itu sedang dilakukan pertemuan bilateral antara Wang Jang dengan J Group. J Group diwakili oleh beberapa petinggi datang ke kantor Wang Jang. Salah satu petingginya itu adalah Yong Hwa. Shin Hye malas untuk hadir di dalam pertemuan itu. Ia tidak mau bertemu lagi dengan pria angkuh itu. Itu makanya ia menunjuk salah satu bawahannya untuk mewakili. Ia sendiri tetap di belakang meja dengan seabreg dokumen.

Tapi rapat menjadi deadlock, ketidak-hadiran direktur perencanaan itu nampaknya sangat berpengaruh terhadap jalannya pertemuan. Sebab ide-ide brilliant sering datang dari kepalanya. Maka tidak ada pilihan selain Shin Hye harus dipanggil.
"Aku rasa Ibu Shin harus meninggalkan dulu pekerjaannya, katakan beliau untuk hadir disini sekarang, Tn Jang." perintah direktur utama kepada yang mewakili Shin Hye.
"Nde, baik, Pak." segera dia meninggalkan meeting room untuk menyuruh Shin Hye pergi menghadiri rapat yang sangat dihindarinya tersebut.

"Aniyo. Katakan aku tidak bisa pergi, Tae Ho-ya. Hasil laporanku ini juga sangat ditunggu oleh rapat direksi akhir bulan nanti." tepis Shin Hye keras kepala.
"Akhir bulan itu masih beberapa hari, Isa-nim. Pak Ahn marah nanti bila Ibu tidak pergi kesana."
"Coba saja kalau berani... paling aku mengundurkan diri dari kantor ini."
"Aigo... Isa-nim. Apa sulitnya hanya setengah jam saja. Tidak biasanya Ibu seperti ini. Malas mengikuti rapat."
"Kau balik lagi sana, katakan aku tidak bisa diganggu."
"Aku akan kembali kesana tapi untuk mengatakan Ibu baru bisa kesana setelah jam istirahat."
"Mwoga...?" Shin Hye melotot.
"Ayolah, Bu Shin! Ibu juga tidak punya alasan tepat untuk menghindar. Apa salah satu pemimpin J Group yang membuat Ibu malas menghadiri rapat saat ini?" terka Tae Ho sok tahu  dan heran sekali dengan kekerasan atasannya itu.
"Aish... Kau ini staf macam apa? Harusnya kau lebih membelaku bukan mereka." belalak Shin Hye.
"Aku hanya menyampaikan pesan Ahn Sajang-nim, Isa-nim. Dirut Ahn sangat membutuhkan Anda."
"Menyebalkan! Berikan iPad-nya!" Shin Hye menyambar iPad dari tangan stafnya itu kesal luar biasa. Lalu tak urung ia melangkah meninggalkan ruangannya menuju meeting room.

Dirut Wang Jang tampak senang dengan kehadiran Shin Hye, wajahnya terlihat berseri. Sebaliknya Shin Hye, ia tidak bisa menyembunyikan keterpaksaannya hadir disana. Ia hanya membungkuk formal kemudian duduk tanpa mengangkat wajah. Saat berbicara pun hanya terhadap orang-orang tertentu ia mau melakukan kontak mata. Sedangkan saat Yong Hwa yang bertanya, Shin Hye menjawab seraya terus menunduk. Tidak peduli meski kali itu Yong Hwa sangat ramah dan hormat terhadapnya. Shin Hye tampaknya teramat sakit hati oleh sikap Yong Hwa di malam pelantikan di kantor J Group.

Dan berbanding terbalik dengan saat di malam pelantikan, hari itu Yong Hwa melihat Shin Hye sebagai seseorang yang kafabel dan berwibawa, membuatnya sangat segan sekaligus penasaran. Tapi Shin Hye sangat menjaga sikap terhadapnya. Bahkan kontak mata pun enggan. Disamping itu dia seperti yang menghindari pertemuan tersebut, dengan tergesa pula dia meninggalkannya begitu selesai menyampaikan pandangan-pandangannya. Kemudian tak kembali lagi. Yong Hwa menatapnya berlalu dengan tatap kecewa. Ia suka dengan cara pandangnya yang mendobrak dan anti mainstream. Wanita ini bukankah yang telah sok akrab di malam pelantikan? Jika kala itu dia begitu sok akrab terhadapnya, kenapa sekarang sangat jutek?

TBC

Imaginary BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang