23

510 127 5
                                    

"Kenapa tiba-tiba kau mempertanyakan masalah begini?" ibunya heran.
"Aniyo, hanya ingin tahu saja. Apa Eommoni percaya atau tidak?"
"Eoh, Eommoni percaya. Makanya selama 49 hari orang meninggal harus kita doakan karena itu masa transisi, dimana roh akan bereinkarnasi. Dan pada saat koma seseorang diantara hidup dan mati, rohnya bisa tidak bersama jasadnya." jelas ibunya.
"Jadi bagi Eommoni cerita itu benar."
"Kenapa, apa kau bermimpi tiba-tiba membicarakan hal begini?"
"Seseorang mengaku aku selalu datang ke tempatnya saat aku mengalami koma, tapi wujudku tidak dapat dilihat orang lain selain hanya dia saja."
"Nugu...? Laki-laki atau perempuan?" kening ibunya mengernyit.
"Perempuan, usianya kira-kira sepantar denganku. Apa Eommoni tahu siapa dia?" Yong Hwa balas menatap ibunya yang tampak berpikir.

Tapi wanita paruh abad itu menggeleng. "Aniyo. Lalu katanya untuk apa rohmu datang padanya?"
"Katanya untuk berterima kasih karena dia telah menolongku."
Wanita itu terdiam lagi, seolah kembali berpikir. "Sebentar..." ucapnya.
"Wheo? Eommoni ingat sesuatu?"
"Saat kau sedang menjalani operasi, tiba-tiba perawat mengatakan persediaan darah kurang maka dia meminta kerelaan orang-orang yang ada disana pada saat itu untuk diperiksa darahnya. Dan ada 3 orang yang dinyatakan memiliki kecocokan darah kemudian mereka mendonorkan darahnya."
"Siapa saja mereka?" Yong Hwa penasaran.
"Eommoni lupa, tapi yang bisa diingat salah satunya perawat disana. Untuk hal itu Abeoji memberikan imbalan sejumlah uang untuk perawat itu. Sedang untuk yang 2 orang lagi, sekretaris Ki yang mengurusnya."
"Jadi Eommoni tidak tahu siapa mereka?"
"Eoh. Eommoni hanya fokus padamu, pada kesembuhanmu. Eommoni tidak bisa memikirkan hal lain kala itu, Yongie-ah."
Yong Hwa diam. Alasan Eommoni yang begitu mengkhawatirkannya, masuk akal.

Tapi ada titik terang. Yong Hwa harus bertanya kepada Ki Ajhussi. Sekretaris kepercayaan ayahnya. Maka selesai membersihkan badan, orang tua itu yang ia datangi. Ia tidak mood untuk datang ke kantor dan bekerja. Mencari pendonor darah saat ia mengalami kecelakaan 10 tahun lalu, sangat penting sekarang.
"Yang 1, seorang pria dewasa yang berprofesi sebagai trainer di sebuah pusat kebugaran. Satu lagi seorang siswi sebuah SMA. Ajhussi sudah mendatangi keluarga mereka, sebab kita pun tidak boleh sembarangan menerima donor. Harus dari orang-orang yang sehat, begitu pun keluarganya harus sehat." cerita Ki Ajhussi.
"Apa Ajhussi masih ingat alamatnya?"
"Aniyo, kejadian itu sudah 10 tahun berlalu. Ajhussi lupa."
"Kalau aku mau mengetahui orang-orang baik hati itu sekarang, bagaimana caranya?"

Ajhussi terdiam sejenak, berpikir. Tapi lalu bicara lagi.
"Cari saja ke RS. Identitas mereka pasti tersimpan di arsif RS. Apa harus Ajhussi yang mencari?"
"Aniya, biar aku saja."
Dan tanpa buang waktu, Yong Hwa pergi ke RS saat itu juga. Hari itu ia tidak berkeinginan untuk bekerja sedikit pun. Tidak mudah untuk mendapatkan apa yang ia minta, terlebih kejadian itu sudah 10 tahun lebih. Arsip diatas 10 tahun menurut aturan boleh dimusnahkan. Namun karena Yong Hwa memohon dan data yang ia minta hanya data penunjang, tak urung RS mengusahakannya.
"Aku belum berterima kasih secara pribadi kepada orang-orang yang telah menolongku, Tuan. Makanya sangat membutuhkan identitas mereka." ujarnya.
"Jika begitu beri saya waktu untuk mencari di ruang arsip. Dan semoga memang belum dimusnahkan, jika ternyata sudah dimusnahkan mohon maaf sekali, Tuan." ucap bagian arsip RS itu yang ditemuinya secara pribadi.
"Nde, tapi semoga masih bisa ditemukan." harap Yong Hwa harap-harap cemas.

Dan menunggu data itu dicari sungguh membuat Yong Hwa tidak dapat tenang. Namun syukur di hari kedua bagian arsip RS menghubunginya. Sejumlah uang yang Yong Hwa berikan nampaknya sangat membantu untuk segera pria itu menghubungi Yong Hwa kembali.
"Apa Tuan bisa datang ke RS sekarang?" tanya orang itu.
"Apa Anda menemukan apa yang saya minta, Tuan?"
"Syukurnya iya, Tuan."
"Baiklah. Saya akan pergi sekarang juga."
Seperti hendak meledak hatinya begitu gembira. Segera saja ia meninggalkan ruang kerjanya dengan hati berdebar karena penasaran.

Pria itu hanya mengatakan nama dan alamat kedua orang tersebut. Dimana siswi SMA itu hanya alamat sekolah pula yang diberitahukan kepadanya. Yong Hwa menatap nama sebuah SMA dengan alamatnya dalam-dalam. SMA elite tempat musuh bebuyutannya bersekolah, apa benar dia siswi sekolah itu? Masih ada anak sebaik ini di sekolah itu? Dan jantungnya seperti mau lepas saat membaca nama siswi yang telah mendonorkan darah padanya. Park Shin Hye. Nama siswi itu sama dengan direktur perencanaan Wang Jang. Jangan bilang mereka orang yang sama! Dan jangan bilang pula itulah alasan rohnya selalu kelayapan mendatanginya kala ia koma dulu.

Tidak tahan dengan rasa penasaran yang memuncak di benak dan dadanya, saat itu juga Yong Hwa menuju sekolah yang alamatnya tercantum di dalam identitas sang pendonor. Sekolah elite tempat para chaebol bersekolah. Dia ingin memastikan benarkah gadis itu Park Shin Hye direktur perencanaan Wang Jang? Setelah menerima penolakan karena dirinya bukan merupakan alumnus sekolah itu, dan setelah berulangkali memohon serta berulangkali pula menjelaskan tujuannya bukan untuk kejahatan, Yong Hwa diantarkan kepada wakil kepala sekolah.

Syukurnya wakil kepala sekolah itu adalah bukan orang asing. Wakil kepala sekolah SMA elite itu tiada lain, adik kelas ayahnya. Maka dengan ijinnya dokumen yang berisi foto-foto siswa yang kira-kira satu line dengannya, dikeluarkan oleh bagian arsif. Dengan teliti ia mengamati lembar perlembar yang berisi beberapa foto tersebut. Dan pada sebuah buku ia menemukan beberapa nama serta wajah yang sangat familiar baginya. Yakni wajah Kim Woo Bin, Lee Jong Suk, Im Si Wan, Im Yoo Na, Kang Ha Neul dan Baek Soo Ji. Mereka rupanya berada pada kelas yang sama dulu.

Dan nama Park Shin Hye pun ia temukan di buku tersebut, namun wajahnya sama sekali tidak ia kenali. Hingga akhirnya ia terus mencari pada buku yang lain, yang artinya di kelas lain. Namun hingga tumpukan buku berisi koleksi foto itu selesai ia buka satu persatu, tidak ada wajah serupa direktur perencanaan Wang Jang. Park Shin Hye yang ia temukan disana berwajah tidak cantik, sangat jauh dengan wajah direktur perencanaan Wang Jang. Mereka pasti bukan orang yang sama.

Dengan lesu akhirnya Yong Hwa meninggalkan SMA itu. Park Shin Hye yang telah mendonorkan darah kepadanya saat menjalani operasi karena kecelakaan itu, nampaknya bukan direktur perencanaan Wang Jang. Park Shin Hye yang berhati mulia itu berwajah tidak enak dilihat. Rambut kepang, kaca mata tebal dan pipi chubby. Saat berfose untuk pas foto, dia jelek minta ampun. Dari foto yang ada di kelas itu, wajahnya paling jelek diantara wajah-wajah tampan dan cantik. Sangat ironis.
💞

Shin Hye menumpuk daun perilla dan salada ditangannya, bulgogi diatasnya, bumbu, kemudian ia menggulung dan menyantapnya. Tampak nikmat. Tapi kenikmatannya itu hanya sebatas saat mengunyah makanan kegemarannya itu saja. Saat melihat siapa yang menemaninya makan siang itu, ia sebal. Tapi ia memang sengaja tidak menolak tawaran Woo Bin tersebut, sebab ia punya misi.

"Apa pria J Group itu baik-baik saja?" usik Woo Bin tidak ada topik pembicaraan.
"Eoh, wheo?"
"Masih berurusan dengan Wang Jang?"
"Iya, kami baru memulai sebuah proyek sekarang."
"Hubunganmu dengannya baik-baik saja?"
"Ani, sekarang aku bahkan sengaja pergi denganmu karena untuk menghindarinya yang sedang berada di kantor."
"Kenapa tidak kau tolak saja sekalian kerjasama dengannya jika kau malas berurusan dengannya?"
"Aku ingin melakukannya, tapi kerjasama J Group dengan Wang Jang sudah terjalin jauh sebelum aku bergabung di Wang Jang. Jadi aku tidak berdaya."
"Aigoo..." Woo Bin seperti yang gemas.

"Woo Bin-ah, saat kecelakaan yang terjadi padanya dulu itu, setelah kalian bertengkar, apa itu ulahmu?" tatap Shin Hye to the point.
"Kenapa kau menuduhku sejahat itu?" Woo Bin menyuatkan alisnya.
"Aku paham jika kau berpikir untuk melakukan itu, sebab dia memang orang yang menyebalkan." seringai Shin Hye santai seraya menyumpit kimchi lobak.

TBC

Imaginary BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang