24

505 130 6
                                    

Woo Bin diam, Shin Hye diam-diam menatapnya.
"Aniyo, aku hanya berani mengharapkannya saja, tapi untuk sungguhan mencelakainya..." Woo Bin menggeleng. "Jujur saja aku tidak punya nyali."

Shin Hye menatap mata Woo Bin mencari kesungguhan atau dusta di sana. Dan nampaknya dia mengatakan yang sebenarnya. Mungkin memang benar pria sangar ini tidak punya nyali untuk sampai mencelakai Yong Hwa, orang yang ia benci. Gagal membuktikan kecurigaannya terhadap Woo Bin sebagai otak kecelakaan yang terjadi terhadap Yong Hwa, Shin Hye terpaksa harus pula merencanakan pertemuan seperti ini dengan Jong Suk dan Si Wan. Sungguh menyebalkan.

Sementara itu, Yong Hwa seperti yang menghilang sejak kehadiran Si Wan di Wang Jang. Yong Hwa tidak pernah datang lagi, urusan selanjutnya dengan Wang Jang ia serahkan kepada orang kepercayaannya. Karena mereka baru memulai sebuah proyek, hingga proyek itu berjalan biasanya pimpinan proyek akan selalu datang ke kantor Wang Jang, sebab banyak hal yang harus mereka kerjakan atas arahan Wang Jang. Meski tidak harus selalu dengan departemen perencanaan.

Sementara Yong Hwa menghilang, Jong Suk mulai keluar masuk Wang Jang. Meski Shin Hye ingin sembunyi, namun kesempatan itu juga berguna baginya untuk melakukan penyelidikan seperti terhadap Woo Bin. Dan semakin sering bertemu dengan Jong Suk, semakin gemas untuk segera menyampaikan kecurigaannya tersebut.

Sampai kemudian tibalah pada suatu siang, saat akhirnya Jong Suk mengajaknya makan, Shin Hye tidak membuang kesempatan itu.
"Silakan kau yang pilih kita akan makan siang dimana!" tawar Jong Suk.
"Aniyo, aku akan mengikuti kemanapun pilihanmu."
"Jeongmal?"
"Seperti itu etikanya bukan?"
"Geurae, kita makan makanan Jepang kalau begitu. Ada restoran Jepang enak di Gangnam."
Shin Hye mengangguk setuju pada pilihan itu. Keduanya lalu pergi dengan kendaraan masing-masing.

"Apa kau pernah datang kesini sebelumnya?" tanya Jong Suk setelah mereka duduk.
"Sekitar 1 bulan lalu Woo Bin yang mengajakku kesini."
"Jingja?" Jong Suk tampak kaget. "Jadi rupanya dia sudah mendahuluiku." umpatnya.
Shin Hye tersenyum. "Woo Bin lebih lama berurusan denganku di Wang Jang, jadi tentu saja dia mendahuluimu."
"Iya, sayangnya dia punya waktu lebih lama denganmu daripada aku." sesalnya.
"Tapi aku harus jujur padamu, aku sungguh terbius melihat permainan pianomu malam itu. Aku tidak pernah tahu kalian sehebat itu." Shin Hye mulai memasang perangkapnya.
"Kau sungguh suka?" Jong Suk gede kepala.
"Sangat suka. Tapi Woo Bin bilang, Yoo Na dan Soo Ji malah lebih menyukai penampilan band SMA Se Yang."
"Itu dulu kala kita SMA."
"Saat ini Wang Jang pun bekerjasama dengan salah satu anak band SMA Se Yang. Aku selalu berurusan dengannya."
"Jung Yong Hwa maksudmu? Dari J Group?"
"Eoh."
Air muka Jong Suk berubah kecut, tapi tidak terdengar komentarnya. Ditambah pelayan datang mengantarkan panganan selamat datang sekaligus memberikan daftar menu.

Setelah memesan dan pelayan pergi, Shin Hye bicara lagi.
"Menurut cerita Woo Bin, kalian dulu bersaing sengit. Baru terhenti setelah vokalis band SMA Se Yang itu mengalami kecelakaan hingga koma."
"Eoh. Rasa benci yang kita rasakan padanya dulu membuat kita mengharapkan dia tidak tertolong pada kecelakaan itu. Namun rupanya Tuhan masih menakdirkannya hidup." gemas Jong Suk.
Shin Hye sampai menatapnya lekat. Dasar jahat! Apa sekarang kau akan mengaku sebagai yang membuat kecelakaan itu terjadi? Batinnya.
"Lalu menurutmu apa kecelakaan itu murni sebagai human error atau karena seseorang membuatnya terjadi?" tanya Shin Hye.
Jong Suk mencibir sebelum bicara. "Kalau benar karena seseorang membuat kecelakaan itu terjadi, aku pasti orang yang paling berterima kasih pada orang itu." tandas Jong Suk membuat Shin Hye langsung bungkam.

Apa kau tahu sedang aku korek atau memang kau tidak tahu apa-apa tentang kecelakaan itu? Batin Shin Hye mendengar jawaban Jong Suk tersebut. Tapi jangan panggil dirinya Park Shin Hye bila tidak bisa membuat Jong Suk bicara terus terang tentang masalah itu. Maka ia pun melanjutkannya. 
"Kau tahu, aku mencurigai kalianlah yang melakukannya. Bisa kalian berkomplot atau salah satu dari kalian pelakunya, mengingat kalian dulu begitu jahat padaku."
Jong Suk terlihat tersenyum getir. "Nde, dan itu sangat kusesali sekarang. Bahkan selama 10 tahun sejak kita meninggalkan SMA, aku menyesalinya." ucapnya.
"Kalau pun kau mengatakan hal jujur padaku sekarang tentang kecelakaan itu, adakah dalangnya atau tidak, sangat tidak berpengaruh. Kejadian itu sudah 10 tahun berlalu. Sudah kadaluarsa untuk diperkarakan lagi secara hukum." Shin Hye memaksa.
"Yang tak kupahami, mengapa kau ingin mengetahuinya sekali? Mengapa?" tatap Jong Suk tajam.

Shin Hye mengurai senyum lembut. "Tidak lebih hanya ingin tahu saja seberapa jahat kalian ini ketika SMA dulu? Apa hanya aku saja korban kalian... atau ada yang lain lagi?" Shin Hye balas menatap mata Jong Suk tak kalah lekat. Ia sungguh ingin membuatnya takluk.
"Kala itu aku masih SMA, daya pikirku pun masih level anak remaja. Kejahatan yang terpikir hanya membully, menyerang untuk berduel. Tapi untuk membuat sabotase pada mobil mewah yang dikendarai vokalis band Se Yang, kala itu sangat jauh dari jangkauan pikiran bodohku. Kau tahu sedan mewah yang ia kendarai pada malam kecelakaan itu? Sistem keamanannya mustahil untuk kuakali dengan otak amatirku." jabar Jong Suk membuat Shin Hye percaya, bahwa Jong Suk bukan pelaku.

Shin Hye menghela napas dalam. "Taengeyo, kalau kau bersih. Hanya, kau bukan pelaku tapi bisa saja dalangnya. Tapi mungkin juga benar, kau tidak sejahat yang kupikirkan." 
"Aku bicara dari dasar hatiku yang terdalam, Tuhan tahu aku tidak sedang berdusta padamu." tandas Jong Suk sungguh-sungguh.
Shin Hye mengedikan bahu.
💞

Penyelidikan diam-diam Shin Hye berlanjut kepada Im Si Wan. Namun tidak seperti terhadap Woo Bin atau Jong Suk. Mengingat Si Wan tidak pernah mengajaknya bicara bahkan untuk sekedar menegur kala SMA dulu. Kalau kesal matanya yang bicara, dan Shin Hye paham betul Si Wan tengah sangat kesal padanya. Sekarang pun ia tidak seperti Woo Bin atau Jong Suk yang berani mengajaknya makan, Si Wan relatif seperlunya. Meski terhadap Shin Hye tentu banyak keperluannya. Namun juga sikapnya tetap formal.

Melihat itu Shin Hye hampir membatalkan niatnya. Mungkin seperti 2 temannya yang lain, Si Wan pun tidak melakukannya. Tapi memang tidak harus terburu-buru. 
Hari itu Shin Hye baru melihat lagi Yong Hwa datang ke kantornya. Ia sedang menunggu lift menuju ruangannya di lantai 15, saat pria itu juga mendekatinya untuk memakai lift yang sama.
Dia kemudian membungkuk tanpa suara saat tiba di sebelahnya. Shin Hye yang melihat dengan ekor mata, lalu menyapanya.
"Tn Jung, annyong! Aku baru melihatmu lagi."
"Annyong. Nde, aku baru datang lagi kesini. Ada hal yang harus kuselesaikan."
"Geuraeyo. Dan sekarang sudah selesai?" toleh Shin Hye.
"Belum, akan diselesaikan sembari jalan."

Pintu lift terbuka, mereka kemudian memasukinya. Tidak banyak orang di dalam lift itu, hanya mereka dan 3 orang karyawan yang langsung membungkuk kepada mereka berdua. Tidak ada yang bicara, suasana di dalam lift sepi sampai suara smartphone Shin Hye yang berdenyit. Segera Shin Hye menyahutinya.
"Eoh, Jong Suk-ah."
Kontan Yong Hwa menolehnya. Jong Suk? Maksudnya Lee Jong Suk?
"Aniyo. Kau datanglah saja ke kantor. Setiap hari aku akan berada di kantor sampai jam 11 malam."
"Apa saja memang yang kau kerjakan di kantor sampai selarut itu?" sayup-sayup terdengar suara dari dalam benda persegi itu.
"Kau mengkhawatirkan aku?"
"Nde, aku akan jemput kau jam 8. Kita makan diluar."
Shin Hye menguakan senyum. "Tetap saja aku akan kembali ke kantor bila belum pukul 11, sebab itu jam kerjaku."

Yong Hwa merasa gerah lama-lama mendengar pembicaraan Shin Hye di telepon. Sedang benaknya disesaki banyak pertanyaan, Shin Hye tampak dekat dengan mereka bertiga, yang notabene musuhnya. Siapa sebenarnya mereka? Apa sama seperti dirinya yaitu sebatas relasi bisnis saja? Harus berapa lama bekerjasama untuk dapat sedekat itu dengan direktur perencanaan Wang Jang?

TBC   

Imaginary BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang