10

512 135 10
                                    

Sepuluh tahun kemudian

Malam sudah beranjak sunyi, di sebuah perkantoran mewah, satu persatu lampu mulai dimatikan. Suara heels wanita seperti yang mengetuk-ngetuk lantai, terasa meruapkan bulu kuduk di tengah keheningan malam. Sosoknya berjalan anggun meninggalkan ruangan direktur. Dengan coat berwarna burgundi yang talinya dililitkan di pinggang, ia melangkah cepat menuju basement.

Hari itu hari yang sangat melelahkan dan sangat panjang. Ia duduk di jok belakang mobilnya seraya menggerakan leher ke kiri dan kanan melepas penat. Sopir lalu melajukan mobilnya pelahan meninggalkan basement.

Dia adalah Park Shin Hye, direktur perencanaan Wang Jang Group. Seorang workaholic, yang setiap hari baru meninggalkan kantor diatas jam 10 malam. Setiap hari ia mencurahkan tenaga dan pikirannya setidaknya selama 13-15 jam di kantor. Ia bahkan tidak menyukai libur. Ia akan tetap bekerja di rumah saat libur.

Sejak menyelesaikan pendidikan doctoral dari Universitas terkemuka di Amerika dalam waktu cukup singkat, Shin Hye memang ogah-ogahan untuk kembali ke Korea. Awalnya ia tidak terlalu berminat berkecimpung dalam bidang yang sama dengan kedua orangtuanya. Namun tak urung akhirnya ia tetap kembali. Seperti kata pepatah, setinggi-tingginya bangau terbang, surutnya ke kubangan juga. Dan Shin Hye tidak bisa menolak posisi direktur pada sebuah perusahaan besar di Korea setelah sekitar 2 tahun ia menjajagi kantor cabang Wang Jang di New York.

Wang Jang Group sendiri berafiliasi dengan perusahaan-perusahaan terkenal di dunia. Di samping itu, Wang Jang juga setengah milik pemerintah. Tidak mudah untuk memasuki perusahaan itu, terlebih untuk menduduki jabatan tinggi. Tapi Shin Hye dipinang langsung oleh direktur utamanya untuk posisi bergengsi sebagai direktur perencanaan. Jabatan strategis yang menjadi primadona para petinggi. Namun sekaligus juga posisi yang berat, sebab dari sanalah starting point maju mundurnya perusahaan. Dan disanalah ia sekarang menjadi penentu. 

Bukan tanpa alasan Shin Hye menerima pinangan direktur utama Wang Jang, dan bukan tidak tahu posisi yang ditawarkan kepadanya tidak ringan. Tapi Shin Hye butuh perusahaan yang memang menuntut totalitasnya. Jika perlu merampas hak-hak pribadinya. Shin Hye siap waktunya ia serahkan sepenuhnya hanya untuk bekerja. Sebab tanpa kesibukan bekerja ia tidak ingin benaknya hanya memikirkan seseorang yang jelas hanya ada di alam khayalnya saja. Ia tidak ingin waktu luangnya hanya disita oleh bayangan masa lalunya, bayangan tentang seorang pria imajiner yang tidak pernah ada.

Sepuluh tahun sungguh bukan waktu yang sebentar, namun selama itulah Shin Hye membiarkan hatinya kosong, hanya mengharap pria imajiner di masa remajanya. Sebuah kemahatololan dari seorang yang memiliki otak genius. Begitu besar keyakinannya bahwa suatu saat mereka akan bertemu, hingga 10 tahun kemudian kesadaran seperti menyentaknya. Bahwa pria bernama Jung Yong Hwa itu hanya ada di alam imajinasinya saja. Sungguh bodoh dirinya telah membuang waktu selama itu untuk sesuatu yang tidak pasti.

Maka untuk melarikan rasa kecewanya, ia menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Ia seperti robot yang tidak merasa capek. Ia pulang ke rumah hanya untuk tidur. Ia bahkan sudah kehabisan waktu untuk sekedar mengobrol dengan ayah ibunya. Terlebih untuk meladeni Soo Jung yang melulu bertengkar dengan kekasihnya. Hidupnya sudah seperti zombie yang hanya bekerja tanpa tahu untuk apa hasil kerjanya itu. Berbulan-bulan ia menjalani kehidupan keras seperti itu, hingga suatu saat jantungnya seperti akan meletup lantaran tidak percaya.

Perusahaan mengirimnya ke Paris 3 bulan lalu untuk mengikuti pertemuan bisnis. Banyak perwakilan perusahaan dari berbagai negara, dan beberapa perwakilan perusahaan besar Korea. Tidak ada yang menarik pada 2 hari pelaksanaan kegiatan. Namun di hari ke-3 ketika gala dinner sebelum acara ditutup, kaki Shin Hye seperti tersemat di lantai. Ia tidak merasa sedang bermimpi. Wajah itu, wajah yang 10 tahun lalu pernah datang ke dalam kamarnya dan ia anggap sebagai teman imajiner~sebab hanya dirinya saja yang bisa melihat~kali ini ada nyata di depan matanya. Ia melihatnya pada jarak yang tidak lebih dari 2 meter saja. Sebentuk wajah yang tidak bisa ia lupakan.

Dia sedang bercengkrama dengan beberapa orang seraya menghirup wine di dalam gelas. Tampak santai dan sangat menikmati tegukan demi tegukan kecil wine itu. Shin Hye yang beberapa jenak menatap tanpa kedip, mengambil napas. Diambilnya kocktail dari nampan waiter yang melintas ke depannya, lalu diteguknya setengah. Aniyo. Tidak boleh mabuk, bisiknya. Atau dirinya kehilangan lagi wajah itu. Ya, kalau ternyata dirinya saat ini sedang bermimpi, ia tidak ingin terbangun dulu. Setidaknya hingga matanya puas menatap wajah yang sangat dirinduinya itu.
Shin Hye menatap kocktail di tangannya, bibirnya tiba-tiba menyeringai sendiri. Saat kembali ke Korea besok nampaknya dirinya harus mengikuti apa yang selalu diminta Soo Jung, pergi ke psikiater. Padahal dalam beberapa bulan ini ia nyaris sukses dalam upayanya untuk melupakan pria imajiner itu. Tapi sekarang bisa-bisanya dia hadir lagi di dalam benaknya.

Hati Shin Hye berceracau sendiri, dihirupnya lagi kocktail di tangannya. Dan bola matanya seakan hendak lepas di balik gelas yang menempel di bibirnya, sebab mata itu tengah menatapnya. Berulang kali Shin Hye mengedip, sosok serupa pria imajiner itu tidak hilang dari pandangannya. Hanya matanya yang tidak lagi menatapnya. Wajah itu sekarang tersenyum kepada lawan-lawan bicaranya. Shin Hye terbatuk. Apa...??? Dia tidak hilang? Maksudnya, dia itu nyata...? Bukan imajinasi?

Ini gila! Ini tidak mungkin terjadi. 10 tahun lamanya setiap hari ia memang selalu mengharapkan bertemu dengannya, namun cukup di dalam khayalan saja seperti sebelumnya. Atau di dalam mimpi... Namun selama 10 tahun hal itu tidak pernah terjadi, justru kini disaat ia mulai sadar akan kelakuan tidak logisnya tersebut, dan ia mulai melupakannya, sosok itu menjelma nyata di depan matanya. Shin Hye menggigit bibirnya sekuat tenaga. Terasa sakit. Sekali lagi, saat ini ia tidak sedang bermimpi.

Sekarang jantung Shin Hye berdetak cepat. Ia tidak percaya bahwa pria imajiner itu ada di alam nyata. Lalu siapa dia sebenarnya? Apa juga bernama Jung Yong Hwa? Dan dia datang mewakili perusahaan apa? Diam-diam Shin Hye terus mengawasi setiap gerak-geriknya. Tapi lalu otak geniusnya bekerja lebih cepat dari kesadarannya. Shin Hye segera menghampiri resepsionist untuk melihat daftar hadir tamu.
"Aku berjanji dengan teman, boleh melihat apa dia sudah datang?" tanyanya, sebab rupanya juga tidak mudah melihat daftar hadir para delegasi penting itu oleh sembarang orang.
"Siapa namanya, Mam?" petugas itu balas bertanya.
Padahal pertanyaan yang tidak butuh dipikirkan jika memang betul, tapi Shin Hye kesulitan menjawab. "Mm... namanya... Mr Yong Hwa... Jung." tukasnya spekulasi.
"Dari perusahaan apa?"
"J... Group..." Shin Hye mendengar ada perusahaan itu turut mengirim wakilnya.
"J Internasional maksud Anda?"
"O yes, J Internasional maksudku." senyumnya.

Petugas itu pun membuka daftar hadir di dalam komputernya. Shin Hye membuka mata lebar-lebar turut menatap layar monitor. Mencuri pandang, sebab ia tadi asal bunyi menyebutkan sebuah nama. Mungkin tidak ada nama itu yang menjadi delegasi perusahaan Korea.
"Mr Yong Hwa-Jung from J Internasional Korea, alraedy inside, Mam." jawab petugas yang malah membuat Shin Hye membelalakan mata.
"Excuse me?" tatapnya.
"Mr Yong Hwa-Jung from J Internasional, do you mean?" balas petugas pula.
"O yes, that's right! Thank you very much." senyum Shin Hye menganggukan kepala. Kemudian ia berlalu meninggalkan meja resepsionist sambil kepala disesaki rasa kaget yang tak terkira.

Jadi dia benar-benar bernama Jung Yong Hwa...? Jadi pria bernama Jung Yong Hwa itu nyata bukan imajinasi? Tapi 10 tahun yang lalu mengapa dia hadir di dalam kamarnya sebagai sosok imajiner yang hanya dapat dilihat olehnya saja? Shin Hye benar-benar tak habis mengerti. Sekali lagi ia menyapu seluruh ruangan mencari sosok imajiner yang kini menjelma jadi nyata, Jung Yong Hwa. Ia ingin yakin dengan penglihatannya dan itu bukan mimpi.

TBC

Imaginary BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang