21. bunda

2.4K 261 35
                                    


**
(Namakamu) tersenyum bahagia di atas podium sembari memegang piala besar pertamanya. Sang bunda melihatnya dengan bangga. Melihat si bungsu yang selama ini di kenal dengan banyak kekurangan kini, si bungsu itu membuktikan kalau dirinya bisa. Dirinya mampu membuat ayah bangga.

(Namakamu) berjalan menghampiri bundanya, bunda menyambutnya dengan pelukan hangat.

"Ayah pasti senang lihat kamu menang lomba melukis," ucap bunda.

"Tapi ayah nggak setuju kalau aku ikut lomba art ini bun." (Namakamu) menatap bundanya.

Bunda tersenyum.
"Itu karena ayah belum tahu kemampuan kamu sayang. Yuk kita ke kantor ayah!"

"Se..sekarang bun?" Tanya (Namakamu). Bunda mengangguk saja.

"(Namakamu), (Namakamu) mau beli es krim dulu bun," ucap (Namakamu) pelan. Bunda terkekeh.

"Yaudah yuk, kita cari kedai es krim!"

(Namakamu) mengangguk antusias.

"Makasih ya bun sudah di tlaktir es krim." (Namakamu) memakan es krim dengan lahapnya. Bunda tersenyum tipis melihatnya.
Ini baru pertama kalinya ia membelikan (Namakamu) es krim. Ia merasa bersalah, sungguh.

"maafin bunda ya dek. Selama ini, bunda nggak pernah jajanin kamu secara langsung. Maafin bunda karena sudah titipin kamu sama eyang mu."
Ucapan bunda berhasil membuat (Namakamu) menghentikan makannya. Ia menatap bundanya sebentar, lalu kembali melanjutkan makan es krimnya.

"tidak apa-apa kok bun, (Namakamu) bahagia," ucapnya.

"Maafin ayah juga karena sering marahin kamu."

"Ayah marah juga (Namakamu) yang salah bun."

Bunda tersenyum tipis. Ia bangga punya anak lemah lembut seperti (Namakamu).
Rupanya, darah bangsawan mertuanya menurun ke anak gadisnya.

"Habis ini kita ke mall dulu yuk! Kita shooping," ucap bunda.

"Tadi katanya mau ke kantor ayah."

"Kita senang-senang dulu di mall. Bunda kepingin beliin kamu baju baru."

Bunda menatap (Namakamu) dengan sumringah.

"Tap..tapi.."

"Nggak ada tapi-tapian! Harus nurut sama bunda, oke!"

"I..iya bund."

**
"Hallo bang, assalamualaikum." (Namakamu) menyapa abang keduanya dari layar ponselnya.

Iqbaal tersenyum di sana.
"Waalaikumsalam dek," balasnya.

"Hay Ale, assalamualaikum." Bunda ikut mendekat di samping (Namakamu).

"Eh bunda,waalaikumsalam. Lagi di mana nih kok rame banget?" Tanya Iqbaal.

"Di mall bang, aku sama bunda lagi di starbuck," jawab (Namakamu).

"Wah bunda mah."

"Apa sayang," sahut bunda.

"Bunda nggak pernah ajak Iqbaal ke starbuck." Iqbaal memanyunkan bibirnya lucu.
(Namakamu) dan bunda terkekeh.

"Yaudah sini pulang, nanti bunda ajak ke sini," ucap bunda.

"Tapi bun, dalam rangka apa coba, jalan-jalan di mall sama (Namakamu)?" Tanya Iqbaal.

"Ini loh Baal, adik kamu hebat banget! Dia menang lomba melukis tingkat umum sejabodetabek," ucap bunda.

"Wah, the best kamu dek," ucap Iqbaal.

"Ab..abang juga hebat kok," ucap (Namakamu) pelan.

"Abang lagi ngapain?" Tanya (Namakamu).

"Mau siap-siap tidur dek," jawab Iqbaal.

"Yaudah kalau begitu selamat tidur bang."

"Eh jangan di matiin dulu. Abang mau lihat wajah cantik adik abang dulu."

(Namakamu) tersenyum.

"Kita mau lanjut jalan-jalan Baal! Kamu juga harus istirahat, jangan main hp mulu," sahut bunda lagi.

"Iya..iya bun. Yaudah dek, abang tutup teleponnya ya. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

(Namakamu) sedari tadi mengekori bunda sembari membawa beberapa baju yang dipilihkan bundanya untuknya.

"Bun sudah banyak," ucap (Namakamu).

"Belum itu dek. Sini bunda bawain! Sekarang giliran kamu pilih sendiri!"

"Tapi bun."

Bunda tersenyum.
"Ayo!"

(Namakamu) menghela nafas pasrah, lalu mulai memilih baju.

"Dek ayah sudah balas chat bunda nih. Katanya kita di suruh ke sana sebentar," ucap bunda.

Mereka pun pergi membayar semuanya dan kembali ke mobil.

"Terima kasih bun," ucap (Namakamu) sembari memeluk bundanya.

"Sama-sama sayang," balas bunda.

(Namakamu) menunduk. Ini sudah mau sampai di kantor ayahnya. Tinggal melewati perempatan saja.

(Namakamu) takut jikalau ayahnya akan memarahinya lagi. Sepertinya si bungsu itu trauma dengan ayahnya.
Bunda yang menyadari perubahan dari sikap (Namakamu) pun bertanya.

"Kamu kenapa sayang? Jangan takut, ayah pasti bangga sama kamu!
Kalau ayah marah, bunda akan berada paling depan untuk melindungi mu," ucap bunda sembari merengkuh tubuh kecil (Namakamu).

"Bunda janji?" (Namakamu) menengadah, menatap wajah cantik bundanya.

"Janji," balas bunda.

(Namakamu) pun semakin mengeratkan pelukannya.
Ini hangat, dan (Namakamu) sangat jarang mendapat pelukan bundanya.

(Namakamu) menikmatinya sembari memejamkan mata, sampai tak tahu bahwa mobil yang di tumpanginya bermasalah.

Dan..
Brakk...
Truk besar itu berhasil membuat mobil avanza putih yang di tumpanginya berguling beberapa kali di perempatan tepat depan kantor ayahnya.







Btw, itu mimpi atau tidak ya....

Jan lupa vote comment-nya😙

(namakamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang