17. promise

2K 254 17
                                    


**
Hari ini adalah hari keberangkatan Iqbaal ke USA.
Semua kekuarga besar Iqbaal telah berkumpul di bandara. Iqbaal pun sedang berpamitan dengan keluarga besar kedua orang tuanya.

Sedari tadi, (Namakamu) hanya menunduk sembari berdiri di belakang Jefri.
Ia takut Iqbaal akan memarahinya lagi perihal kemarin lusa.
Ia juga takut Iqbaal tak menghubunginya nanti sewaktu di USA.

"Dek, kenapa? Itu abangnya mau pergi, peluk gih!" Jefri menatap (Namakamu) dengan alis berkerut.

(Namakamu) menggeleng.
"Ak..akuu disini saja bang," ucapnya.

Iqbaal melihat (Namakamu) yang berdiri menunduk di belakang tubuh Jefri.
Ia menghela nafas pelan sebelum menghampiri adiknya.
Semarah-marahnya Iqbaal kemaren. Sekecewa-kecewanya Iqbaal, ia juga tahu situasi kalau hari ini hari terakhir ia melihat adiknya.

"(Namakamu)," ucapnya. (Namakamu) mendongak, menatap kaget Iqbaal.

"Ab..abang," ucap (Namakamu) pelan.
Iqbaal tersenyum.
"Nggak mau peluk abang?"

(Namakamu) menunduk. Ia bukan tak ingin memeluk Iqbaal, tetapi ia tak berani.
Iqbaal terkekeh. Lalu, membawa tubuh mungil itu ke pelukannya.

"Abang pergi ya. Ingat, nggak boleh bohong-bohong lagi, oke!"

(Namakamu) mengangguk.

"Baik-baik disini ya! Makan yang banyak! Tidur yang nyenyak! Jaga kesehatan! Jangan lupa belajar sama sholatnya!"

Lagi-lagi (Namakamu) mengangguk.

"Abang, (Namakamu) punya hadiah," ucap (Namakamu) sembari mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

"Abang boleh buka sekarang?"

"Te..terserah," balas (Namakamu). Iqbaal tersenyum, lalu membuka kotak hadiah itu.

"Wah.. case. Abang aja lupa mau buat case foto kita.
Hhh makasih ya dek hadiahnya," ucap Iqbaal yang masih terus mangamati case bargambar dirinya dan kedua saudaranya.
Lalu, Iqbaal melihat surat yang ada di dalam kotak itu.
Di ambilnya surat itu. Surat yang berisi tulisan tangan yang tak rapi. Dan itu, tulisan tangan (Namakamu).
Dibacanya surat itu.

"(Namakamu) sayang bang Iqbaal." Surat itu sangat singkat dan sederhana, tapi memiliki arti yang menakjubkan.

"Abang juga sayang adek abang. Cup." Iqbaal mengecup kedua sisi pipi (Namakamu).

Setelah mengecup pipi (Namakamu), Iqbaal menghampiri Jefri.
"Gue berangkat bang. Jangan (Namakamu)!" Ucapnya sembari memeluk sebentar Jefri.

"Lo jaga diri disana! Jangan nakal! Disana belajar, jangan keluyuran!" Jefri menasehati. Iqbaal mengangguk saja.

Lalu, ia menghampiri Caitlin yang sedang menatapnya sendu.
"Aku pamit ya," ucapnya.
Caitlin mengangguk sembari menunduk.

"Kamu jaga hati ya buat aku," ucap Caitlin. Iqbaal tersenyum.
"Pastilah, yang."

"Kamu juga, jangan suka hange out sama cowok!"

"Iya iya, aku janji."

"Jangan cuma janji, buktiin ya! Jaga hati jaga mata, komunikasi harus sering! Dan kepercayaan jangan sampai hilang!"

Caitlin menatap Iqbaal dengan senyumnya.
"Iya sayang. Bawel banget sih."

Iqbaal tersenyum. Lalu ia memeluk sebentar Caitlin dan mencium dahinya.

**

(Namakamu) berjalan memasuki kamarnya diikuti Jefri.
Jefri duduk di tepi ranjang (Namakamu).

"Dek, sini duduk samping abang!"

(Namakamu) duduk di samping Jefri.
Jefri memeluknya dari samping.
"Sekarang tinggal kita berdua, nggak lengkap kaya dulu," ucapnya.

"Gapapa, kita bisa vc bang Iqbaal kan," balas (Namakamu).

"Iya. Tapi bentar lagi abang juga harus pergi dek.
Kamu ikut bang Jefri aja ya! Kita belajar disana!"

(Namakamu) menggeleng.
"(Namakamu) tetap mau disini," ucap (Namakamu).
Jefri menghela nafas pelan.
"Yaudah, kamu disini jaga diri ya! Jangan di masukin hati kalau ayah marah!" Pesan Jefri. (Namakamu) mengangguk saja.

"Abang di sana nggak cuma mau belajar kan? Abang mau kerja juga?" Pertanyaan (Namakamu) berhasil membuat Jefri menatapnya kaget.

"Kam..kamu tahu dari mana dek?"

"Aku nggak sengaja dengar waktu abang lagi ngomongin ini sama ayah bunda," jawab (Namakamu), ia menunduk.

"Abang sudah mikirin ini sejak dulu dek. Maaf ya," ucap Jefri.
(Namakamu) diam tak menjawab.
Ia bingung, apa yang harus di bicarakannya.
Yang jelas, untuk saat ini, perasaannya sedang sedih.
Bagaimana mungkin dirinya yang baru beberapa bulan ini tinggal bersama abangnya, dan harus kepisah lagi.

"Ab..abang bbbakal pulang kan?" Tanyanya pelan sekali.

"Abang pasti pulang untuk temuin adek abang yang cantik ini."

(Namakamu) tersenyum.
"Promise?" (Namakamu) menjulurkan jari kelingkingnya. Jefri punengaitkan jari kelingkingnya ke jari (Namakamu).

"Promise," balasnya.











Oke, ini semakin gaje😅
Dan author akan segera tamatin cerita ini!!

Makasih🙏 yang sudah mau repot-repot baca cerita jelek saya.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya💋

(namakamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang