part 9

296 31 0
                                    

“Jadi, bagaimana kabarmu sekarang, Yoona-ah?” Yong Hwan bertanya pada wanita di depannya sambil sesekali menyesap kopi yang ia pegang. Senyumnya terukir tulus untuk wanita itu.

“Seperti yang kau lihat, oppa. Nan gwaenchanayo,” senyum tulus juga terukir di bibir wanita dewasa yang dipanggil Yoona itu. Sama seperti Yong Hwan, dia juga memegang secangkir kopi di tangannya.

Beberapa jam lalu Yong Hwan mengajak Yoona, teman semasa SMA-nya dulu untuk bertemu di cafe ini. Cafe bergaya klasik yang terletak di pusat kota Seoul.

“Mmm, oppa. Aku turut berduka atas kematian Hanna eonnie,” Yoona berkata setelah lama mereka terdiam, “maaf karena aku baru mengatakannya sekarang.”

Yong Hwan menatap wanita yang pernah disakitinya itu sebentar sebelum berkata, “gwaenchana. Hanna sudah tenang di alam sana. Tidak perlu mengungkit-ungkitnya lagi,” katanya, “kau sendiri, bagaimana kabar keluargamu?”

“Mereka baik. Tapi sebenarnya apa tujuanmu mengajak kita bertemu, oppa.”

Yong Hwan terdiam. Ternyata Yoona tahu jika ada maksud lain dibalik pertemuan ini.

“Yoon, sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu.”

“Apa itu? Aku akan membantumu jika aku bisa.”

Yong Hwan tampak berpikir sebelum mengatakannya, “Awasi Kwang So.”

“Mwo?”

“Aku tahu sekarang kau menjadi asistennya, bukan?” Yong Hwan menjelaskan alasannya memilih Yoona, “kau akan mudah untuk mengawasinya dari dekat.”

“Tapi kenapa?”

“Kwang So, dia mengincar putraku, Yoona-ah,” Yong Hwan menghela napas, “dia ingin membunuhnya…maka dari itu aku meminta bantuanmu. Aku ingin kau membantuku mencari bukti-buktinyaㅡ”

“ㅡkarena dia sangat pintar. Dia bisa menyewa seseorang untuk membunuh orang lain dan membuat semua orang percaya jika itu kecelakaan biasa.”

Yoona terdiam. Sejujurnya dia sedang berpikir apakah dirinya harus membantu Yong Hwan atau tidak, karena dia tahu resikonya akan sangat besar jika dia sampai ketahuan nantinya.

“Baiklah. Aku akan membantumu, oppa.” jawab Yoona akhirnya.

.

.

.

Gedung sekolah Parang High School hari ini tampak lebih ramai dari biasanya. Banyak siswa dari sekolah lain yang datang sedari tadi. Tentu saja karena hari ini adalah hari kompetisi diadakan, yang pastinya mereka datang untuk kompetisi itu. Umm sebenarnya masih ada waktu satu jam sebelum acaranya dimulai, tapi mereka yang tidak ingin terlambat memilih datang lebih awal.

Lihatlah puluhan siswa berbakat musik yang dikirim oleh limabelas sekolah di Seoul itu kini sudah memenuhi ruang aula, duduk di masing-masing kursi yang tersusun rapi disana. Dan lihat juga, bagaimana anggota osis telah menyusun ruangan ini sedemikian rupa. Ratusan kursi berjajar rapi menghadap panggung sederhana yang luasnya seperempat ruangan itu. Tentu saja dengan meja dan tempat duduk khusus para juri terletak paling depan. Di panggung itu ada lampu-lampu yang menggantung diatasnya, dan juga alat musik yang nantinya boleh digunakan para peserta.

Apa kalian tidak ingin bertanya mengapa ratusan kursi itu terlihat penuh? Padahal hanya beberapa sekolah saja yang ikut, kan? Yah, sebenarnya itu karena masing-masing dari sekolah tidak hanya mengikutsertakan satu siswa saja untuk kompetisi ini. Melainkan ada tiga atau paling banyak lima siswa yang mereka kirim. Mereka berharap salah satu dari siswanya menjadi juara di kompetisi ini.

Zoilus (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang