(27)

8.1K 1.1K 156
                                    


Siapa tadi minta tambah? :D :D

Wajib vote dan komentar ya berarti :p :p

Jesse hanya pernah sekali menonton pertandingan Max―baiklah, ia hanya sekali menonton pertandingan apapun. Dan pertandingan yang ia datangi sekarang ini tidak bisa dibandingkan dengan pertandingan pertamanya itu. Stadion itu sudah dipenuhi orang meskipun Jesse terlambat tiga puluh menit. Jesse lupa kapan terakhir kali ia menyetir secepat itu sejak ia bisa menyetir. Untungnya, Jesse membeli kursi dengan jarak pandang terbaik yang paling dekat dengan baris pemain New England.

Sepertinya pertandingan baru saja dimulai karena belum ada satu tim pun yang mencetak skor. Jesse berusaha mengambil tempat di tengah karena di depan pagar keriuhan menggila dengan para pendukung New England. Harus diakui, Jesse merasa salah kostum karena memakai kaos hitam biasa sementara yang lainnya memakai jersey biru seperti yang dikenakan tim New England. Jesse mengamati jalannya pertandingan dan mencari-cari sosok Max. Jesse tidak tahu berapa nomor punggung Max di tim ini. Dulu Max selalu memakai nomor punggung 11 ketika di SMA.

Rasa penasaran Jesse berbuah setelah jeda pertama dan mendapati orang-orang bersorak meneriakkan nama Max. Jesse memperhatikan setiap pemain yang berada di barisan gelandang. Dengan mudah Jesse menemukan Max meski pria itu mengenakan helm dengan pipi yang tercoreng cat warna biru seperti pemain lainnya.

Bola dilemparkan dan orang-orang bersorak memberi dukungan pada Max yang telah berlari secepat kilat untuk mendapatkan operan bola seraya melewati musuh-musuhnya. Tetapi seseorang berhasil menjagal Max hingga terjatuh, membuat Jesse menahan napas. Satu orang bertubuh besar tidak bisa mengendalikan kecepatannya hingga menubruk Max yang tersungkur. Jesse kembali tercekat hingga memejamkan mata. Meski Max sama besarnya dengan pemain lain, tapi orang yang menubruk Max punya badan yang cukup besar, dan Jesse tidak bisa mengendalikan kekhawatirannya. Sepertinya hanya Jesse yang peduli bahwa Max terjatuh begitu keras. Orang-orang di sekitarnya hanya mendesah ketika Max tidak berhasil membawa bola dan mencetak skor pertama. Max pun sepertinya tidak ambil pusing meski baru saja terjatuh. Ia bangkit dibantu temannya dan kembali bersiap di posisinya.

Jesse mulai berpikir ini pilihan yang buruk. Pertandingan ini lebih brutal daripada yang Jesse saksikan saat SMA. Harusnya Jesse menyiapkan diri dengan menonton pertandingan NFL di TV sebelumnya. Berada di stadion yang besar dan seriuh ini jelas tidak membantunya mengatasi kekhawatirannya pada Max.

Max kembali berlari membawa bola dan menerjang lawannya. Tetapi kali ini Max sempat melempar bola pada rekannya sebelum dijagal seseorang. Ternyata lemparan Max dan perkiraannya untuk melempar bola sempurna karena New England berhasil mencetak enam skor untuk pertama kalinya.

Max berlari menubruk rekannya dan sorak sorai penonton yang menggema di seluruh stadium. Jesse merasa canggung karena datang sendiri dan tidak bisa membagi kebahagiaannya. Tetapi ia bangga pada Max yang bertanding di bawah sana. Max menyalami pendukung-pendukungnya di bangku terdepan. Namun sebelum kembali ke posisinya, selama beberapa detik yang membekukan, tatapan mereka bertemu. Jesse berusaha melambai meski tak yakin. Sekarang Max tahu bahwa Jesse di sini menontonnya. Jesse berharap mendapatkan senyum yang dulu Max berikan ketika Jesse menontonnya latihan, tetapi yang tak Jesse duga, senyum Max seketika pudar.


# # # #


Brengsek.

Max pasti sudah terlalu lama menderita hingga berhalusinasi bahwa Jesse ada di sini. Tidak mungkin Jesse ada di sini sendirian di tengah ribuan penonton malam ini. Di cuaca yang hampir sedingin ini. Jesse yang Max kenal tidak akan peduli apapun yang Max lakukan. Jesse tidak akan repot-repot berpikir ingin hadir di setiap pertandingan Max. Jesse tidak akan bersorak-sorai atau lari ke pelukannya ketika Max mencetak skor. Wanita itu pasti tidak nyata.

RECOVER METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang