(1)

19K 1.3K 98
                                    

New Work! HAHAHA. Who's excited with this one.

So please, give your supports by leave vote and comments! :D thank you!

Tidak mungkin bisa lebih lama lagi. Jesse telentang dan telanjang, menatap langit-langit dan bersabar, telah menunggu selama tiga puluh detik. Waktu terus berjalan. Apakah ini sudah empat puluh detik? Bisa jadi.

"Tunggu," ujar Davis yang masih sibuk dengan kotak kondomnya. Benar, tiga puluh detik untuk kotaknya saja. Jesse memprediksi waktu yang teman tidurnya butuhkan untuk memasang karet itu ke sana. "Sial, kemasan ini sulit dibuka."

Jesse ingin sekali mengambil alih kotak itu, membantu Davis membukanya sebelum gairahnya benar-benar pupus. Yah, sekarang gairahnya sudah sepenuhnya pupus. Serius, apakah deskripsi pria tegang akan merobek dan memasang kondom dalam dua detik hanya ada di novel erotis?

"Oke. Oke. Ini dia," ujar Davis yang telah berhasil membuka kotaknya. Dalam waktu semenit. Tidak mungkin, rasanya seperti bertahun-tahun. "Yang ini juga sulit dibuka. Sebentar, aku akan cari gunting."

Jesse menahan diri untuk tidak memutar mata. Tapi helaan napasnya tidak bisa dicegah melihat Davis mengacak laci, mencari benda yang diinginkannya. "Kau yakin tidak butuh bantuan, Davis?"

Davis terkekeh. Ia menemukan gunting, memotong kemasan kondom, lalu mengeluarkan karet pelindung itu dan menunjukkannya pada Jesse. Ia memposisikan diri sambil memasang karet itu pada miliknya.

Jesse membuka pahanya dan membiarkan Davis melesak memenuhi dirinya yang basah. Well, yang tadinya basah. Bagus juga ia masih punya pelumas untuk memudahkan milik Davis memasukinya.

"Oh, ya." Itu erangan Davis. Ia memompa dengan begitu lembut sambil membenamkan kepala leher Jesse.

Jesse berusaha menemukan ritmenya. Memikirkan suatu yang erotis hingga memungkinkannya mengikuti permainan Davis. Tapi ini tidak cukup. "Dave, lebih keras. Lebih dalam," pinta Jesse.

"Hampir," bisik Davis. Gerakannya masih lembut. Tidak ada percepatan tambahan, atau momentum tumbukan yang lebih intens. Tapi ia terus mengerang.

Jesse terdiam sambil mengusap bahu kurus nan bidang milik Davis. Berharap ia mengikuti erangan Davis. Ia merindukan kenikmatan itu. Tapi bara gairahnya seperti baru saja disiram air dan ditimbun pasir. Sama sekali tak bersisa. Menyisakan asap pun tidak. Jesse bersabar menunggu Davis selesai. Hal yang tidak sulit didapatkan. Itu kabar bagusnya.

Benar saja. Davis mengerang ketika miliknya membesar dalam diri Jesse. Ia menunggu tiga detik seperti biasanya, sebelum menyingkir dari atas Jesse. Davis telentang di samping Jesse sambil memejamkan mata. Namun seperti biasanya pula, ia teringat akan pelindungnya. Ia mengambil tisu dan membungkusnya. Mengambil lagi dan membungkus untuk lapisan kedua. Mengambil lagi dan membungkus. Totalnya ada sepuluh lapisan. Jadi ketika Davis melempar ke tempat sampah, bekas kondom itu ukurannya sudah sebesar bola tenis. Lemparan Davis tidak masuk. Davis turun dari ranjang dan membuangnya dengan benar.

Itu bukan masalah. Jesse paham bahwa kebersihan itu penting. Membuang sampah sembarangan itu buruk. Apalagi sampah kondom. Hal-hal kecil memang membutuhkan perhatian dan kesadaran.

Davis kembali ke ranjang dan tidur di samping Jesse. Meraih celana dalam di atas nakas yang tadi dilipatnya, lalu mengenakannya. Benar, dia melipat celana dalam sebelum bercinta. Sekali lagi, melempar celana dalam ke segala arah ketika bergairah hanya deskripsi dalam novel erotis.

"Kau mau tetap tinggal?" tanya Davis.

Yah, Jesse berharap ada yang memperhatikan bahwa ia belum mencapai orgasme. Tidak apa-apa. Itu bukan masalah. Hari ini Davis lah yang bergairah. Jadi penting untuk Davis mencapai puncaknya.

RECOVER METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang