Selama berbulan-bulan terpisah dengan Jesse, Max tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi padanya. Dia akan menjadi seorang ayah dari bayi kembar―bayinya bersama Jesse, satu-satunya wanita yang pernah ia cintai. Max ingin menghentikan waktu jika bisa, membekukan momen ini. Ketika Jesse berada di dekatnya dan Max bisa sepuas hati menyentuh bayi-bayi di perut Jesse. Tapi jika waktu terhenti, itu artinya bayinya akan tetap di sana, padahal Max ingin segera melihat bayinya lahir.
Max cukup lega mendengar pernyataan cinta Jesse, meski wanita itu tidak mau mengulanginya. Itu artinya Max sudah sepenuhnya memiliki hati Jesse. Tidak ada lagi pria pengembang kecambah, tidak ada lagi saling menghindari seperti sebelumnya. Max memiliki Jesse. Titik.
"Kapan kau mengetahuinya?" tanya Max seraya membuai Jesse yang mengantuk dengan satu tangannya yang sehat.
"Tahu apa?" bisik Jesse.
"Soal bayinya. Apa kau datang ke pertandingan itu untuk memberitahuku?" Jika iya, Max akan meninju dirinya sendiri karena sudah bersikap brengsek padahal Jesse tidak pantas diperlakukan seperti itu.
"Apa? Tidak. Aku juga belum tahu saat itu. Setidaknya beberapa jam kemudian aku tahu. Aku pingsan di sana dan tidak ingat apapun. Tahu-tahu aku sudah di rumah sakit, mobilku diderek, dan mendapat berita kehamilan. Aku tidak bisa keluar sampai seseorang datang mendampingiku pulang ke Manhattan. Syukurlah, Davis mau menolong."
Max tidak suka mendengar nama pria lain dalam obrolan mereka. "Aku juga bisa menolong. Andai saja kau menelepon. Aku tidak habis pikir. Aku lah yang ada di Boston, tapi kau menelepon seseorang yang bahkan tidak punya hubungan dengan bayinya."
"Aku tidak tahu apakah saat itu Davis terlibat atau tidak, oke? Aku tidak punya bayangan siapa ayah bayinya."
"Mereka kembar. Demi Tuhan! Itu memperjelas sesuatu."
"Dan kalau kau lupa, ada yang mengusirku setelah aku membayar lima ratus dolar hanya untuk menonton seseorang berlarian ke sana-sini dengan bolanya. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."
"Jangan ingatkan aku." Itu kebodohan Max yang lainnya. Rasanya Max masih ingin mengutuk diri sendiri.
"Aku seharusnya mencari jaminan uang tiket kembali."
"Aku bisa mengembalikannya."
Jesse mendongak dan merengut menatap Max yang bersandar kepala ranjang. "Kau tahu, kau membuatku tidak mengantuk lagi. Kenapa kau sangat keras kepala padahal satu lenganmu sudah digips?"
"Oke, hentikan. Tidurlah. Kau tidak boleh berdebat denganku. Itu akan mempengaruhi bayinya." Setidaknya menurut Max begitu. Ia tidak mau anak-anaknya kelak tahu cara membantahnya, meski hal itu tidak terhindarkan.
"Kau tidak tahu itu."
"Percayalah, aku tahu. Aku bukan kau yang selalu menurut apa kata James. Dan omong-omong soal James, kenapa kau tidak memberitahu ayahmu soal aku yang kemungkinan jadi ayahnya? Aku lebih suka James menghampiriku di lapangan dan meninjuku di depan pers daripada tidak tahu apa-apa."
Jesse terdiam sesaat sebelum mengulurkan tangannya untuk membelai wajah Max. Tangan Jesse begitu lembut dan nyaman di pipinya hingga Max perlu memejamkan mata untuk menyerap segalanya. "Aku takut kau tidak akan percaya. Aku tidak punya bukti kuat bahwa kau ayahnya. Kau juga terlihat begitu membenciku waktu itu."
Max membuka mata dan mendesah. "Sekarang saja aku sudah cukup membenci diri sendiri karena menyakitimu waktu itu. Saat aku mendengar kau hamil, rasanya aku begitu marah. Aku mungkin mengamuk kalau bayi itu bukan bayiku. Dalam kepalaku, aku berpikir kenapa waktu itu aku perlu peduli pakai pengaman kalau aku bisa menghamilimu sekalian. Aku tidak rela kau punya bayi dari pria lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
RECOVER ME
RomanceBEVERLY HOUSE SERIES #2 √ Completed √ Jesslyn McGraw baik-baik saja selama menjauh dari mantan kekasihnya, Maxime Beverly. Jesse sebisa mungkin menghindari Max yang tampan, penuh pesona, dan berbakat mematahkan hati wanita. Tapi Jesse tidak bisa mel...