Max sangat yakin pelayan butik yang bertugas melayaninya menikmati bagian Max telanjang dada untuk menjajal tuksedo kelabu mengilap yang harus dipakai para pendamping pria untuk pesta pernikahan Cara dan Rick. Biasanya Max dengan senang hati memamerkan tubuhnya, tapi kali ini tidak. Tidak ketika yang melayaninya adalah pria yang mengenakan bando dan syal pink. Pria itu menggigit bibir saat Max mengepas setelannya. Max yakin pria yang umurnya baru awal dua puluh itu adalah seorang gay. Untuk pertama kalinya, Max berharap menutup tirai saat mengganti baju. Perasaan tidak nyaman ini sama sekali tidak surut.
"Aku tidak mengerti mengapa mereka perlu aku mencoba ini. Maksudku, aku punya banyak setelan dan aku sangat yakin aku punya yang seperti ini di rumah. Persis." Setelan ini sempurna karena dirancang khusus untuknya. Max sendiri yang memberikan ukuran tubuhnya secara detail pada Cara karena saat itu ia tidak bisa hadir saat pengukuran badan.
"Tapi tidak yang dibayar Rick Storm," ujar pria bernama Benny itu. Sama sekali bukan yang maskulin ketika pria itu sendiri yang menyebut namanya. Pria maskulin harusnya cukup dipanggil Ben. "Kau merasa ada kekurangan? Aku mungkin bisa membantumu―"
"Tidak," potong Max. Membayangkan pria ini menyentuh tubuhnya membuatnya ngeri. "Ini sempurna. Tidak perlu perbaikan atau apalah. Pestanya lima hari lagi. Aku tidak akan membuat kalian sangat sibuk sebelumhari itu. Uh... kerja kalian sudah sangat bagus."
Benny menopang dagu dengan tangannya dan mendesah. "Tapi itulah pekerjaan kami, Sayang. Kami tidak keberatan disibukkan. Bayarannya sepadan."
"Tidak. Terima kasih." Kemudian Max menambahkan, "Dan tolong, jangan panggil aku Sayang."
Senyum Benny menghilang mendapati penolakan Max. Bibirnya cemberut dan itu menggelikan karena ia mempunyai kumis tipis di atasnya. "Ya sudah. Padahal, kau bisa membuatnya lebih sempurna. Aku bisa menonjolkan bentuk tubuhmu. Sangat menonjol. Meski tubuh Jim si gitaris teman Rick Storm itu bagus, tapi tubuhmu yang terbaik. Aku jujur."
Max tidak pernah membanggakan tubuhnya di depan pria gay. Jadi ia berusaha tidak menanggapi. "Kau tahu, aku harus melihat gaun gadisku. Aku ingin tahu seberapa seksi dia terlihat." Kalau-kalau Benny belum paham, Max sepenuhnya heteroseksual. Ia tidak menunggu tanggapan Benny, ia pergi ke lantai bawah di mana gaun-gaun wanita berada. Sudah cukup ia bertahan di lantai yang sama bersama seorang gay dan Max sepenuhnya jujur bahwa ia tidak mau ketinggalan menjadi orang pertama yang melihat Jesse dengan gaun itu, mengingat gadis itu belum pernah mencoba gaunnya.
Pelayan lantai dasar yang bergerombol itu berbinar-binar melihat Max turun dengan setelan. Salah satunya menghampiri Max dan bertanya apakah bisa membantunya. Itu, ditambah kerlingan nakal dan bibir yang digigit. Max lebih tertarik melihat Jesse secepatnya jadi ia bertanya di mana Jesse mengepas gaunnya.
"Kau mungkin tidak boleh masuk," tegur pelayan berambut ikal itu.
Max melambai tak acuh. "Aku sudah sering melihat yang telanjang." Bukan berarti ia pernah melihat Jesse telanjang meski begitu ingin. Bahkan Jesse adalah satu dari fantasinya sejak remaja. Sayang sekali hubungan mereka dulu tidak sampai sejauh itu sebelum akhirnya putus. Yang terkadang masih membuat Max menyesalinya karena tidak gigih mempertahankan Jesse.
Pelayan itu menurut saja dan mengarahkan ke deretan kamar pas di bawah tangga. Ada lorong dengan cermin sepanjang dinding, di sanalah Jesse terlihat cantik dengan gaun kelabu cantik ala Yunani yang jatuh sampai ke lantai. Jesse mengubah rambutnya menjadi sebuah ikatan tinggi yang membuat lehernya terekspos. Max dilanda hasrat untuk mengendus bagian itu sekarang juga. Jesse pasti beraroma tumbuh-tumbuhan wangi. Belakangan baru Max sadari bahwa Jesse selalu memilih parfum-parfum semacam itu dan berganti-ganti. Melati, cemara, lavender, dan masih banyak lagi aroma yang Jesse jajal. Tapi gadis itu selalu beraroma menyenangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
RECOVER ME
RomansaBEVERLY HOUSE SERIES #2 √ Completed √ Jesslyn McGraw baik-baik saja selama menjauh dari mantan kekasihnya, Maxime Beverly. Jesse sebisa mungkin menghindari Max yang tampan, penuh pesona, dan berbakat mematahkan hati wanita. Tapi Jesse tidak bisa mel...