Max merasa seperti bajingan beruntung. Ia memang tidak berencana membuat panekuk untuk merayu Jesse. Ini murni untuk menyenangkan Jesse. Ini bagian dari misinya untuk mengambil hati Jesse. Ia juga hanya berjaga-jaga membawa kondom dan mengunci pintu kamar. Tapi ia benar-benar tak menyangka Jesse mengatakan kalimat itu dengan jelas.
Bercintalah denganku, Max.
Oh, ya.
Tentu saja, YA! Max pasti bodoh jika menolak.
Tubuh Jesse beraroma lavender seperti kamarnya. Ini bukan jenis lavender pekat khas parfum ruangan atau pewangi yang membuat muak. Ini seperti wangi bunga yang baru dicabut dari potnya. Begitu segar dan memabukkan, membuat Max ingin terus menyurukkan kepalanya ke leher Jesse. Tapi ia perlu menatap Jesse sekali lagi untuk memastikan bahwa ini bukan sekedar mimpi indah Max. Jika Jesse menolaknya sekarang, pasti Max seketika terbangun dari tidurnya dan tak ingin tidur lagi. Tidak dengan mimpi Jesse yang menolaknya.
"Aku akan bertanya sekali lagi, Jesslyn," bisik Max lambat-lambat karena ia tidak bisa berhenti menghirup aroma wanita itu. "Karena aku tidak akan berhenti setelah ini. Apa kau yakin?"
"Ya! Astaga! Max, jangan leherku."
Max tersenyum di leher Jesse dan memberi gigitan-gigitan ringan hingga wanita itu mendesah, mengkhianati kata-katanya. "Jangan? Kau yakin? Sepertinya aku baru saja menemukan titik sensitifmu." Max begitu senang mendapatkan titik itu. Max menjelajah lagi, kali ini menjilat telinga Jesse hingga wanita itu menggelinjang. Ia mendapatkannya lagi. "Satu lagi, manis. Aku suka menghitung skorku."
Bibir Max merangkak ke pipi Jesse, terus ke bawah untuk menelusuri dagu dan leher. Max membuka matanya untuk melihat Jesse yang sudah memejamkan matanya sementara bibirnya terbuka dan mendesah. Max membuka satu per satu kancing piyama Jesse. Wanita itu mengenakan bra hitam berenda yang cantik. Napas Jesse tersentak ketika Max menurunkan bibirnya ke daging kenyal yang tak tertutup kain.
Jesse mengerang. "Oh Tuhan!"
"Kau suka?"
Jesse tidak menjawab tapi ia memang tidak perlu menjawab ketika tubuhnya telah menunjukkan betapa ia mendambakan Max. Tangan Max terus bergerak, menyelesaikan tugasnya di atasan piyama Jesse. Max mengangkat tubuh, menilai hasil karyanya. Perut datar Jesse terekspos, dada yang mengenakan bra cantik itu naik turun, mata Jesse menatapnya sayu. Max menarik celana piyama Jesse dengan mulus, memperlihatkan celana dalam yang sepasang dengan bra itu. Max berhenti bernapas ketika menyadari betapa cantik wanita di bawahnya.
"Kau membuatku gila." Max menurunkan wajahnya menciumi perut Jesse. Lidahnya bermain-main di sepanjang kulit hingga membuat Jesse menggeliat. Tangan Jesse di rambutnya dan suara Jesse seperti nyanyian surga.
"Max... Max..." Jesse menyebut namanya berulang-ulang dan itu membuat Max hampir kehilangan kendali.
"Astaga, kau begitu cantik." Max sudah berkali-kali membayangkan Jesse telanjang. Ia selalu bertanya-tanya apa yang ada di balik jas lab wanita ini, di balik piyama bergambarnya, tapi tidak menyangka akan seindah ini. Max menurunkan celana dalam Jesse dalam satu gerakan mulus dan melemparnya ke belakang. Kembali memeluk wanita itu, meraih kait bra di balik punggung dan melucutinya. Mencium Jesse seraya melempar branya tanpa peduli ke mana benda itu mendarat. Inilah yang Max inginkan, tangannya yang membelai dada kenyal Jesse. Mengendus ruang di antaranya. Melahapnya secara bergantian.
Jesse melengkungkan punggung dengan begitu indah. Mendekatkan dirinya pada Max dan Max siap memperdalam cumbuannya untuk menyenangkan wanitanya. "Astaga, Max! Jangan... berhenti."
"Tidak mungkin." Max melepas bibirnya dari dada Jesse. Melepas kaosnya dalam satu tarikan mulus. Ia bisa melihat Jesse yang terbakar gairah, menelan ludah, sementara pipinya merona ketika menatap tubuh Max yang telanjang dada di atasnya. Max senang menimbulkan efek semacam itu pada Jesse. "Sentuh aku."
![](https://img.wattpad.com/cover/162099317-288-k488002.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RECOVER ME
RomansaBEVERLY HOUSE SERIES #2 √ Completed √ Jesslyn McGraw baik-baik saja selama menjauh dari mantan kekasihnya, Maxime Beverly. Jesse sebisa mungkin menghindari Max yang tampan, penuh pesona, dan berbakat mematahkan hati wanita. Tapi Jesse tidak bisa mel...