Revan menuruni tangga dengan langkah gontai , matanya menjelajah seluruh ruangan kemudian berhenti di ruang keluarga , disana ayahnya duduk bersama seorang anak kecil dengan canda tawa .
"Ayah sama humaira udah sarapan ? " tanya revan yang sudah berdiri di belakang sofa
" Udah bang , tadi papa ngajakin huma sarapan dulu , abang lama" jawab humairaRevan tersenyum mengangguk. Humaira adalah satu-satunya keluarga dari hafiza yang berhasil lolos dari bencana yang merenggut orang tua dan kakaknya , ia adalah motivasi terbesarnya untuk bangkit setelah ayahnya , humaira yang masih kecil saja bisa bangkit saat semua keluarganya pergi , maka ia juga harus bisa .
Revan mengusap perlahan kepala huma yang ditutupi hijab merah muda itu kemudian berpamitan untuk segera pergi ke kantor .
" Huma , ayah , revan berangkat dulu ya" pamit revan menyalami keduanya
" nggak sarapan dulu van ? " tanya ayah
" engga yah , revan ada meeting pagi ini " jawabnya berlalu menuju pintu depanRevan mengendarai mobilnya dengan santai , jalanan masih terlihat sepi , mungkin revan yang terlalu pagi . Ia menyetel murrotal dalam mobilnya untuk menemaninya.
Sesekali ia berhenti di lampu merah , mengamati orang-orang yang berlalu lalang menyebrang . Ia tersenyum melihat orang yang bersemangat menjalani harinya sejak pagi buta dan ia bersyukur berada di antara mereka .Sesampainya di kantor dengan nama PT Permana Group , ia melangkahkan kaki memasuki lift menuju ruangannya yang berada di lantai 23.
" Pak , meeting dengan Pak Surya siang ini di adakan di luar Pak , di Restoran Hikmah " Sebuah suara mengintrupsinya saat hendak melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan .
Revan hanya mengangguk tersenyum kepada daniel yang merupakan sekertarisnya .
Revan menarik napasnya dalam-dalam saat bau aromatherapy menyeruak di indra penciumannya . Sekelebat bayangan memenuhi pikirannya , langkah gontai membawanya menuju kursi kebesaran kemudian duduk disana . Ia meraih salah satu bingkai foto disana , foto seorang wanita yang terlihat sangat cantik meskipun diambil secara blur , revan tahu kalau Hafiza sangat anti dengan yang namanya kamera ."Hafiza , sudah 5 tahun kamu pergi, kamu bahagia kan disana ? Kamu pasti sudah jadi bidadari syurga ya ? Tunggu aku ya hafiza, aku akan memperbaiki diri lagi agar aku bisa bersama kamu di syurga kelak" gumam revan menitikkan air mata
Ia memeluk erat bingkai foto itu , seolah-olah yang di dalam pelukannya adalah Hafiza . Revan beranjak menuju balkon yang menghadap pemandangan di luar , revan menghembuskan nafas kasar , ia menjambak rambutnya frustasi , di genggam erat pisau yang berada di tangannya .
" Aku rindu kamu Hafiza " teriaknya sebelum ia mengarahkan pisau itu kepergelangan tangannya
" Revan !!! " suara itu membuatnya tersentak , pisau itu berhasil menggores sedikit pergelangan tangannya
" apa yang lo lakuin heh ! " teriak alvin berusaha melepaskan pisau itu dari tangan revan .
" aku kangen hafiza vin ! Biarin aku ketemu dia, aku kangen dia " ucapnya serak
" Jangan bodoh van , Cara lo tu banci tau gak , lo kira dengan ini semua bakal selesai ? Lo bakal ketemu hafiza ? Punya bekal apa lo mau nyusul hafiza ? Gak inget ayah sama adek-adek lo dirumah nunggu lo pulang , kenapa lo jadi gini si , sadar van sadar !!! "BUGGGHHHHH !!!!
Alvin menonjok revan hingga luluh ke lantai
" Gimana ? Udah sadar ? " tanya alvin mengulurkan tangannya yang di sambut oleh revan , kemudian alvin membantu revan kembali ke dalam ruangan .
" udah gue bilang van , nggak usah ke balkon lagi , disana itu banyak setannya tau gak lo , andai gue gak kesini pasti tu setan udah buat lo khilaf " ucap alvin yang kini duduk di sofa
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Waktu
SpiritualAllah maha baik merencanakan segalanya bagi makhluknya , tidak terkecuali untuk revan , ketika ia merasa allah begitu kejam memisahkan dirinya dengan orang-orang yang di sayangi seakan dunianya runtuh begitu saja , hampir ia berputus asa tanpa mengi...