Jung Chaeyeon pov
Mencari pekerjaan jaman sekarang tidaklah mudah. Ada begitu banyak persyaratan ini dan itu. Pendidikan utamanya.
Namaku Jung Chaeyeon, umurku sudah 24 tahun, aku tidak pandai dan hanya lulusan SMA. Aku hanya gadis mandiri yang menacari peruntungan di kota orang.
Cantik? Banyak yang mengatakan aku seperti personil idol girl grup. Mereka yang tak mengenalku pasti tak akan mengira aku adalah seorang pengangguran tua.
Tapi hari ini, status pengangguranku akan hilang. Hari ini aku mendapat pekerjaan! Tidak terlalu menguntungkan memang, tapi aku sangat senang.
Pengantar buket bunga. Tidak buruk bukan?
Memang gajinya tak sebanyak dengan mereka yang bekerja di bidang manajemen dan entertaiment, tapi setidaknya pekerjaan ini bisa sedikit meringankan kebutuhan hidup ku yang serba abal-abal. Terutama hidup ku yang selalu diselimuti rasa bersalah karena telah berbohong kepada Ibu ku.
Sudah empat tahun lamanya aku berbohong pada Ibuku tentang aku yang sudah memiliki pekerjaan yang layak. Aku memang anak durhaka. Aku telah berdosa. Tapi aku akan menebusnya dengan pekerjaan ini.
"Chaeyeon-ssi, tolong kau antarkan buket ini ke alamat ini," ucap Park Sajangnim sambil menyodorkan selembar kertas kecil.
"Nde, Park Sajjangnim!"
Dengan penuh semangat dan energi, aku mengkayuh sepeda menuju alamat yang di tuju. Aku menyukai sepeda ini. Nyaman dan terasa ringan. Membuatku tak terusik untuk menikmati terpaan angin yang mengenai wajahku.
Aku memjamkan mata agar sensasinya lebih terasa. Aku menghirup dalam udara sejuk yang menyelubungi indra penciumanku. Harum dan segar bunga yang aku bawa juga terasa menusuk di sana.
Belum sempat aku mendalami sensasinya. Tiba-tiba klakson sebuah mobil mengejutkanku.
-Tiiin!-
Aku melompat jatuh ke tanah ketika bagian depan mobil itu hampir menabrak ku. Membiarkan sepeda yang aku tunggangi bergerak sendiri menerjang sebuah mobil di depannya.
-Braak!-
Aku melongo ketika melihat sepeda ku di tabrak sebuah mobil. Mataku membulat mengikuti arah terbangnya sepedaku dan berakhir hancur tepat di sampingku.
"Tidak! Mati aku!"
Aku langsung bangkit dan menghampiri sepeda malangku. Tubuhku melemas ketika melihat ban depan sepeda ku bengkok. Lalu aku hampir jantungan ketika melihat buket bunga pesanan itu hancur berceceran di tanah.
"Andwe...!" (tidak) teriak ku sambil menjambak rambutku sendiri.
***
Kim Minggyu pov
Aku tersenyum pada cermin ketika melihat pantulan diriku sendiri. Berputar dan bergerak ke kanan dan ke kiri untuk memastikan semua yang menempel di tubuhku sempurna.
"Kau memang sangat tampan," ucapku pada sosok diriku yang ada pada cermin.
Setelahnya aku meraih ponselku di atas nakas lalu mengetik sebuah pesan.
"Sana-ya kau sudah disana? Aku akan berangkat sekarang. Nan neomu bugoshipo."
Tanpa menunggu pesanku dibalas, aku langsung meraih kunci mobilku lalu pergi.
Dengan perasaan bahagia aku menyetir mobilku dengan santai. Hari ini adalah hari pertemuan keduaku dengan kekasihku, Sana. Kami sudah menjalin hubungan selama empat tahun. Namun, hubungan kami harus terpisah jarak jauh karena Sana harus berkuliah di Jepang.
Kesibukkan diantara kami membuat kami jarang bertemu. Terakhir kami bertemu saat aku berlibur ke Jepang. Disana aku menyempatkan menemui Sana meski sebentar. Dan sekarang, Sana baru saja datang dari Jepang dan dia langsung mengatakan ingin menemuiku.
Jujur aku terkejut karena sebelumnya Sana tak mengatakan apapun tentang dirinya akan datang ke Korea. Aku sangat bahagia ketika Sana menelfonku dan mengatakan bahwa dia akan datang ke Korea untuk menemuiku langsung dari bandara.
Untuk menyambut Sana yang sepertinya sangat antusias menemuiku, aku akan memberinya hadiah dan bunga. Kemarin aku baru saja membeli kalung berliontin bentuk hati. Membayangkan Sana memakainya aku tersenyum-senyum sendiri. Cantik. Tak ada kata lain untuk menggambarkan kekasihku itu.
Aku menyetir sambil menggenggam erat kotak hitam kecil yang isinya kalung itu. Seakan aku sudah tak sabar ingin memberikannya.
"Sana-ya aku hampir sam-" gumaman ku terpotong ketika kotak hitam hadiah untuk Sana terjatuh.
Aku berdecak lidah lalu sedikit menunduk mencari kotak kecil itu di alas mobilku.
"Ini dia!"
Saat tubuhku kembali pada posisi semula, leherku menegang. Aku terkejut setengah mati tiba-tiba ada sepeda berada tepat di depan mobilku.
Aku tekan klakson mobilku agar sepeda itu menyingkir. Namun, apa yang terjadi. Sepeda itu tetap melaju ke arah mobilku sedangkan si pengemudinya entah menghilang kemana.
Aku memejamkan mataku sambil menginjak rem. Aku tak tahu apa yang terjadi. Yang aku dengar hanya suara benturan keras antar benda keras.
Perlahan aku membuka mata. Aku melihat seorang perempuan terduduk di tanah sambil menangis dan kebingungan. Di sekitarnya sudah banyak bunga mawar berceceran. Aku lebih terkejut lagi ketika melihat ban sepeda yang ku tabrak bengkok.
"Bagaimana ini?" aku menjambak rambutku frustasi.
-Drrt-
Ponselku tiba-tiba bergetar. Rupanya Irene menelfon.
"Sana-ya?," ucapku dengan nada bergetar ketakutan.
"Aku sudah sampai. Bisakah kau cepat sedikit?"
"E-eoh, aku hampir sa-sampai." ucapku terbata.
Aku mengerang frustasi setelah sambungan terputus. Perempuan di depanku, aku tidak tega melihatnya. Tapi jika aku keluar pasti akan semakin rumit dan butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. Sedangkan aku juga tidak mau kekasihku Sana menungguku terlalu lama.
Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan perempuan itu dengan sepedanya yang rusak.
"Yaaaak! Berhenti kau!" teriak perempuan itu sambil mengejar mobilku.
"Jusunghabnida," (Maafkan aku) aku kembali berbicara sendiri.
Tidak, aku berbicara pada perempuan itu sebenarnya. Sungguh aku merasa menyesal dan tidak enak hati. Aku berjanji jika kita bertemu lagi aku akan bertanggung jawab.
Aku berjanji.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Boyfriend (Mingyu-Chaeyeon)
FanfictionTidak ada yang salah dari perkataanmu. Yang salah adalah hatiku yang menghempaskan kebencian menjadi kerinduan terhadapmu. -Jung Chaeyeon. Awalnya aku pikir aku gila karena kelemahanku. Tapi ternyata aku memang lebih dari gila saat mengatakan itu...