Bagaimana kabarnya kalian? Maaf banget kali ini bener-bener telat update. Aku sadar hampir satu bulan aku membiarkan cerita ini terbengkalai.
Kalian masih stay kan? Aku harap kalian jangan kemana-mana. Tetap terus menunggu kisah Minchae disini.
Oke daripada kebanyakan BCD, mending langsung aja. Let's get it!
.
.
.
.
.
.Kim Mingyu pov
Setelah mendapati telfon dari Somi malam itu, aku langsung bergegas pulang dan mengemasi barang-barangku. Aku merelakan waktu dua hariku yang tersisa untuk pergi ke Osaka demi melihat keadaan Wonwoo di Korea.
Bayangan buruk di kepalaku semakin tak karuan ketika aku tidak mendapat penerbangan malam ini juga. Aku harus menunggu sampai besok pagi.
Ah, Sial! Mengapa keadaan tidak mengerti juga? Aku sangat khawatir sesuatu menimpa Wonwoo dan... Chaeyeon. Pikiranku sangat gelisah saat tiba-tiba Chaeyeon menghilang di balik telepon dan sampai sekarang dia tidak bisa dihubungi.
Aku mulai lega saat kaki sudah menginjak kota dimana aku tinggal. Sebelumnya saat di pesawat aku sudah tidak sabar dan rasanya aku ingin menyuruh pilot pesawat yang aku tumpangi untuk mengebut.
"Ashh! Kenapa dia belum mengangkatnya juga?" gerutuku kesal, "Ahjussi, bisa tolong cepat sedikit?" pintaku pada supir taksi dan syukurnya dituruti.
Saat taksi yang aku naiki sampai, benar-benar aku langsung berlari secepat kilat. Dan aku harus bersabar lagi menunggu lift menuju apartemenku terbuka. Aku tidak sabar dan akhirnya aku memilih menaiki tangga. Beruntung apartemenku tidak berada di lantai terlalu atas. Lantai empat. Hitung-hitung untuk olahraga. Aku menaiki tangga dengan sangat cekatan bahkan kakiku mampu menjangkau dua tiga anak tangga karena saking tidak sabarnya.
Aku mengatur napas setelah kakiku sampai pada lantai apartemenku. Aku mencoba tenang sebelum membuka pintu rumahku.
Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi.
Setelah pintu terbuka, semua terlihat baik-baik saja. Tidak ada benda berserakan atau pecah di ruang utama. Kakiku kemudian beranjak ke kamar Wonwoo, memastikan keberadaanya. Aku menghembuskan napas lega saat melihat Wonwoo tengah berbaring di ranjangnya.
"Mingyu?" Aku menoleh ke belakang untuk mencari suara yang memanggil namaku. Ada Chaeyeon sedang berdiri dengan satu tangan membawa baskom berisi air hangat sedangkan tangan yang lain berada di keningnya sambil memegang handuk.
"Kau sudah pulang?" tanyanya tidak percaya.
Mataku menyipit saat menyadari bahwa kening Chaeyeon sedikit benjol. "Apa yang telah terjadi? Kenapa kau tidak menjawab telfonku? Kau tidak tahu bagaimana khawatirnya aku, huh?" ucapku dengan emosi.
"Mianhe, aku tidak sempat bermain ponsel karena aku harus mengurus Wonwoo." Aku dapat melihat raut ketulusan dari wajah Chaeyeon. "Semalam Wonwoo seperti orang lain. Aku sangat takut dan bingung. Maaf aku tidak bisa melaksanakan permintaanmu dengan baik," ucap Chaeyeon dengan kepala menunduk.
Aku mengedarkan pandangan ke arah lain. Rasanya disini aku yang jadi merasa bersalah. Seharusnya aku tidak melibatkan Chaeyeon dalam urusan pribadi keluargaku.
"Keningmu... apakah karena Wonwoo?" tanyaku mengubah topik.
"Ahh, ini semalam aku tidak eung... aku terkena tembok... tidak maksudku...," Chaeyeon begitu gugup jika harus berbohong. Inilah kelemahannya dan tentunya Mingyu dapat membacanya dengan mudah.
"Aku minta maaf jika itu karena Wonwoo. Kemarilah akan aku obati lukamu," aku langsung menarik tangan Chaeyeon, menyuruhnya duduk di sofa dan anteng selama aku mengobati lukanya.
Seolah terhipnotis, Chaeyeon patuh pada perkataanku. Dia siap merasakan nyeri saat tanganku mulai menekan benjolan di keningnya meski dengan pelan.
"Kenapa kau bisa dirumahku?" aku memulai pembicaraan.
Sambil sesekali meringis karena menahan nyeri, Chaeyeon berusaha menceritakan semuanya dari awal. Semua dijelaskannya secara rinci mulai dari Wonwoo yang tidak kunjung menjemputnya, lalu dia terpaksa menghampiri rumahku, dan sampai akhirnya dia melihat Wonwoo sedang dalam keadaan di luar kendali.
"Beruntung Somi datang dan dia langsung menghubungi dokter pribadi Wonwoo," pungkas Chaeyeon.
"Kau melupakan satu dan saat itu kau terluka," kataku melengkapi cerita Chaeyeon.
Chaeyeon tidak bisa berbohong lagi, karena semuanya sudah terlihat jelas dan aku sudah paham jika situasi seperti semalam terjadi. Aku selalu mendapat luka ketika trauma Wonwoo kambuh. Entah itu luka kecil atau bahkan parah. Aku pernah dibawa ke rumah sakit karena waktu itu Wonwoo memukulku dengan vas bunga. Tentunya dia melakukan itu dalam keadaan tidak sadar.
"Aughh," Chaeyeon merintih saat aku tidak sengaja menekan pusat lukanya.
"Ah, mian. Aku akan lebih berhati-hati."
Chaeyeon tertegun dengan sikap Mingyu yang sangat berbeda ini. Mingyu menunjukkan sisi barunya kepada Chaeyeon. Sisi baru dimana Mingyu menjadi orang yang lembut, hangat, dan manis.
Aku kembali mengobati luka Chaeyeon dengan lebih hati-hati. Sesekali aku menyibakkan rambutnya yang menghalangi lukanya. "Apakah sangat sakit?" aku sedikit bersimpati karena ku lihat benjolan di kening Chaeyeon lumayan serius.
"Aku tidak bisa bilang aku baik-baik saja. Tapi setidaknya ini lebih baik dari sebelumnya."
Mingyu menghiraukan gurauan Chaeyeon meski dia mendengarnya. Entah mengapa fokusnya saat ini hanya satu, mengobati luka Chaeyeon. "Pegang ini! Aku akan mengambil obat untukmu." pintaku sedikit memaksa.
"Mingyu-ya...," Chaeyeon menahanku dengan menarik ujung kemeja yang sedang aku pakai. "Nega jinjja gwenchana. Aku tahu kau merasa bersalah atas kejadian yang telah menimpaku. Tapi ini bukan salahmu dan bukan salah Wonwoo. Jadi kau tidak perlu melakukan semua ini, huh?"
Aku menatap Chaeyeon dalam. Memang sebenarnya aku melakukan ini karena merasa bersalah. Tapi, aku merasakan hal selain itu. Aku perduli denganya bukan atas dasar rasa bersalahku tapi karena aku ingin. Aku memang bodoh, mengapa aku melakukan ini. Tapi otak dan hatiku berjalan tidak pada satu arah. Jika biasanya aku melakukan apapun dengan logikaku, kali ini aku melakukannya dengan hatiku. Aku tulus ingin merawat Chaeyeon. Dan rasa itu tiba-tiba muncul begitu saja saat pertama kali aku melihatnya tadi.
"Apa aku salah jika perduli denganmu?"
Chaeyeon terhenyak mendengar ucapan yang keluar dari mulutku. Yang ada dipikirannya mungkin sedang mencoba kalimat tanya itu.
"Chaeyeon-ah."
"Huh?"
"Apa aku salah jika ingin merawatmu seperti kekasihku sesungguhnya?"
Aku tidak tahu apa yang telah aku katakan.
Dan aku tidak mau menyebut ini adalah kata pelampiasanku karena telah dicampakkan oleh Sana.
Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang hatiku ingin ungkapkan.
Ya sesederhana itu aku mulai merasakan hal aneh dalam jantungku.
***
Sebelum ke part selanjutnya, aku mau nanya kalian pengin aku bikin fanfict lagi ngga? Kalo iya please recomend shiper kalian dong. Hehe...
Oke... Terimakasih sudah baca cerita My Fake Boyfriend. Jangan lupa vote, comment, dan juga share ke teman² kalian.
Next>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Boyfriend (Mingyu-Chaeyeon)
FanficTidak ada yang salah dari perkataanmu. Yang salah adalah hatiku yang menghempaskan kebencian menjadi kerinduan terhadapmu. -Jung Chaeyeon. Awalnya aku pikir aku gila karena kelemahanku. Tapi ternyata aku memang lebih dari gila saat mengatakan itu...