Jung Chaeyeon pov
Malam yang hening dan dingin serta lampu jalan yang redup cukup menggambarkan suasana kompleks perumahan bergaya terasering yang berada di bawah kata elite.
Langkah sempoyonganku menapakki satu per satu anak tangga yang seperti tak ada habisnya. Semerbak aroma alkohol dari mulutku tercium menusuk indra penciuman orang-orang yang melewatiku. Tak ada kondisi lain selain mabuk yang merangsang tubuhku.
"Wae...?! Akhu tidak melakhukan kesalakhan apapun, tapi––." Aku meracau tak karuan hingga tiba-tiba rasa kantuk menyerang mataku. Setelahnya gelap, cahaya redup itu perlahan menghilang. Aku tertidur.
Dalam lelapku yang begitu pulas, aku bermimpi. Tubuhku yang tergeletak di tanah tiba-tiba melayang. Aku merasakan hangatnya mentel sutra menyelimuti tubuhku. Aku juga mencium aroma parfum maskulin di sana.
Dalam mimpi, aku melihat wajah seseorang tak jauh di atas wajahku. Namun, tidak tahu kenapa penglihatanku buram hingga tak tahu siapa pemilik wajah itu. Yang aku tahu pastinya dia adalah seorang pria. Dia berjalan menaiki tangga menuju rumahku sambil menggendongku dengan gaya bridal style.
Aku terus menatapnya meskipun penglihatanku buram. Anehnya aku tidak menolak ketika dia membawaku dalam gendongannya.
"Nuguseyeo?" tanyaku dengan suara lirih. (Kau siapa?)Dia beralih menatapku sekilas kemudian kembali ke arah pandangannya ke depan seraya berkata. "Saya minta maaf."
Aku menyatukan alis bingung.
"Kau Park Sajjangnim?" tanyaku.
Aku benar-benar gila. Aku telah kehilangan akal sehatku. Bagaimana bisa aku menayakan orang itu? Orang yang benar-benar mematahkan kepercayaanku bahwa Tuhan itu adil.
Ini adalah hari dimana aku mendapat pekerjaan dan juga hari dimana aku kehilangan kembali pekerjaanku. Singkatnya aku telah di pecat.
Park Sajjangnim begitu murka ketika mengetahui aku gagal melakukan tugas di hari pertamaku bekerja. Dia memaki ku dengan begitu fasih dan lancar. Dia sudah tak percaya lagi padaku meski aku berlutut di kakinya.
Sakit hati tentu aku rasakan. Maka dari itu, aku sangat berharap orang yang meminta maaf itu adalah Park Sajjangnim.
"Aku tidak bisa melihatmu. Kau Park Sajjangnim, bukan? Jika iya minta maaflah yang tulus kepada ku," aku kembali meracau.
"Saya minta maaf, Nona."
Aku tersenyum sinis seraya berdecih. Aku tak paham mengapa orang ini hanya mengatakan maaf tanpa mengatakan identitasnya.
Aku yang merasa kesal langsung menggeliat meminta turun dari gendongannya. Dia terlihat kewalahan dengan aku yang begitu agresif ingin turun daru topangan tangannya.
Tiba-tiba.....
Bruk!
Aku tersadar dari mimpi dengan tubuhku yang sudah ada di lantai. Aku terduduk sambil memperhatikan sekitar. Mataku menyipit karena silau matahari. Aku menggaruk kepalaku sambil mengumpulkan kesadaran.
Ternyata memang mimpi. Aku kira tubuhku benar-benar jatuh mencium tanah. Syukurlah tapi, mimpi macam apa itu?
***
Kim Mingyu pov
Di sebuah bar tenda pinggir jalan aku duduk sambil meneguk gelas berisi soju. Saat ini masih ada setengah cairan alkohol itu di dalam botol kedua ku. Aku tak sanggup menghabiskannya. Aku bukanlah orang-orang yang kuat minum. Aku benci berantakkan dan kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Boyfriend (Mingyu-Chaeyeon)
FanfictionTidak ada yang salah dari perkataanmu. Yang salah adalah hatiku yang menghempaskan kebencian menjadi kerinduan terhadapmu. -Jung Chaeyeon. Awalnya aku pikir aku gila karena kelemahanku. Tapi ternyata aku memang lebih dari gila saat mengatakan itu...