Berandalan : 4. Milikku

253K 9.7K 518
                                    

Komen kalo ada typo gaes.. terutama nama tokohnya 😆
________________________________

Satu minggu kemudian...

Violet sedang ada di meja belajar saat ia dengar suara sepatu menapak keras di lantai kamarnya. Violet melepaskan kaca matanya lalu menoleh ke arah suara itu. Mendapati Jovan baru saja turun dari bingkai jendela.

"Gua bawa martabak," sapanya mengangkat bungkusan plastik yang ia bawa.

"K-kamu ngapain di sini?" Tanya Violet memutar duduknya nampak heran, selain itu juga takut dan sedikit khawatir. Apa Jovan terlibat masalah lagi hingga sampai di sini malam-malam begini? Tapi kalau Jovan bisa membawa martabak artinya tidak ada polisi yang sedang mengejarnya. Dia juga tidak membawa katana, artinya ia tidak habis berkelahi. Kalau bukan sedang bersembunyi lalu apa yang ia lakukan di sini?

Jovan kini melepasi sepatunya.
"Temen-temen ngajakin tawuran lagi, gue pikir mending di sini daripada ikut mereka," jawab Jovan berjalan menghampiri Violet.

Rupanya begitu. Violet sedikit lega mendengarnya, mengulas senyum tipis. Karena artinya Jovan serius waktu dia bilang mau memikirkan tentang berhenti tawuran. Itu kabar yang cukup bagus bukan? Artinya Jovan punya niat untuk berubah menjadi lebih baik.

Violet menerima plastik yang Jovan sodorkan padanya. Lalu meletakkannya di meja.

Jovan duduk bersila di atas ranjang Violet. Tatapan matanya langsung tertarik pada paha mulus yang lagi-lagi memakai celana terlalu pendek itu. Dia menelan ludah dan dadanya kembali berdebar.

Jovan meraih lipatan selimut di dekatnya lalu melemparkan itu pada Violet. Violet menangkap selimut itu dengan bingung.

"Lu niat pake celana apa nggak sih Vi?" Gerutu Jovan. "Nggak usah pake sekalian aja gimana?" Tambah Jovan tersenyum dengan menggoda.

Baru Violet mengerti. Dia membuka selimut itu lalu menggunakannya untuk menutupi kaki. Melihat tatapan mata menggoda Jovan itu perasaannya terasa tak nyaman, dan badannya jadi panas dingin teringat kejadian minggu lalu. Kini jadi berpikir apa jangan-jangan hal ini juga yang menyulut kejadian malam itu.

"Lo biasa kemana-mana pake celana sependek itu?" Tanya Jovan.

Violet menggeleng pelan.

"Aku cuma pake pas di kamar, aku pikir karena emang gak ada orang lain yang akan lihat selain aku," jawab Violet.

Jovan manggut-manggut mengerti. Violet meliriknya, tadinya takut pada Jovan. Tapi seperti firasatnya yang dulu, Jovan sepertinya memang tidak jahat. Dia orang baik. Dia bahkan mengomentari penampilannya yang mungkin terlalu vulgar.

"S-salah kamu sih, masuk kamar orang seenaknya," gerutu Violet agak ragu, takut Jovan akan tersinggung.

Tapi Jovan justru tertawa saja mendengarnya. Telah sadar, kalau dirinya yang lancang dan lebih pantas untuk disalahkan.

"Biasanya sore hari, lo mandi jam berapa?" Tanyanya kemudian. Tersenyum nampak begitu tengil, entah apa yang dipikirkannya.

"A-apa? Kenapa tiba-tiba nanyain itu?" Tanya Violet heran.

"Cuma mo nge-pas in aja, lain kali gue ke sini biar pas lo lagi ganti baju," jawab Jovan yang kemudian tertawa.

Violet benar-benar tak mengiranya.
"Dasar mesum," kata Violet kesal. Bangun dari kursi, melemparkan selimut itu ke muka Jovan.

Jovan tertawa menerimanya. Lalu bertanya
"Mau kemana?" saat Violet berjalan ke arah pintu.

"Kamu mau minum sesuatu?" Tanya Violet menawari saat membuka pintu kamarnya.

Berandalan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang