Berandalan : 17. Sabar

132K 6.9K 192
                                    

Bonus paitan hari ini :v

___________________________

Violet membuka matanya, meluruskan punggungnya lalu panik saat sadar telah ketiduran. Ia menatap jam dinding, waktu menunjukan pukul 1 pagi. Artinya sudah 3 jam ia disini meninggalkan Jovan di kamarnya.

Violet mengusap wajahnya dengan kasar, lalu bangkit. Membuka kulkas dan mengambil minum. Minum beberapa teguk agar sadar sepenuhnya.

Setelah itu berjalan pelan menuju pintu kamarnya. Sudah berdebar saat pelan-pelan menarik knop dan mendorong pintu itu dengan hati-hati. Sambil menarik nafas dalam Violet masuk ke kamarnya. Ia luar biasa lega saat melihat Jovan sudah tertidur di ranjangnya.

Setelah menutup pintu dengan hati-hati, Violet menghampiri ranjangnya. Pelan-pelan sekali naik ke atas ranjang, tak ingin membuat Jovan terbangun. Setelah itu berbaring membelakangi Jovan dan memejamkan mata.

Baru sebentar Violet terpejam ia terkesiap dan membuka matanya lebar saat Jovan memeluknya dan bertanya.

"Kamu marah sama aku?"

Rupanya Jovan belum tertidur. Violet menelan ludah dan kini berdebar kencang. Saking kencangnya debaran itu terasa sampai kepalanya.

"K-kenapa juga aku marah sama kamu?" Tanya Violet balik.

Jovan merengkuh tubuh Violet lebih dekat lagi, hingga melekat sempurna pada dirinya.

"Terus kenapa ngehindarin aku?" Tanya Jovan.

Violet jadi gugup, ternyata Jovan menyadarinya.

"Kapan aku ngehindarin kamu?" Tanya Violet pura-pura tak tahu.

"Terus kenapa tidur di luar?" Tanya Jovan lagi.

Deg. Jantung Violet bergejolak mendengarnya. Jovan bahkan tahu kalau di luar tadi ia hanya tidur. Artinya ia mengintip kesana?

"A-aku ketiduran," jawab Violet pelan.

"Terus kemana aja kamu tiap ku suruh dateng ke tempat biasanya?" Tanya Jovan selanjutnya.

Violet kembali menelan ludah. Akhirnya Jovan menanyakan itu juga padanya. Sekarang bagaimana? Tak mungkin ia bilang ia sembunyi di bawah meja kan?

"Aku dateng, tapi kamu gak ada. Yaudah aku balik ke kelas," jawab Violet kini merasakan ada keringat di dahinya.

"Eh? Gitu?" Tanya Jovan heran.

Tapi jawaban itu membuat Violet cukup lega, artinya Jovan sedikit mempercayai alasannya. Pelan-pelan Violet mengangguk.

"Terus Risa bilang kamu malah nyari aku ke kelas. Kan aku jadi bingung sendiri," lanjut Violet.

"Hmm," jawab Jovan pelan.

Violet masih berdebar. Khawatir kalau Jovan masih curiga.

"Vi, kamu gak selingkuh kan?" Tanya Jovan tenang.

Pertanyaan dengan suara yang tenang itu terdengar seperti gelegar petir di telinga Violet.

"Mana mungkin kita tersilap beberapa kali terus menerus," jelas Jovan.

Ternyata Jovan tak percaya. Sekarang bagaimana? Violet sudah panas dingin. Memang benar yang dikatakan Jovan. Bukan hanya sekali Violet sembunyi darinya. Kalau hanya sekali itu mungkin masuk akal. Tapi nyatanya itu terjadi lebih dari tiga kali.

"Beberapa hari yang lalu Roky lihat kamu ngobrol sama cowok. Dan siangnya kamu gak dateng waktu ku suruh dateng,"

Mata Violet sudah membulat, Jovan sedang membicarakan Rafa? Dia mencurigai Rafa? Tidak, semoga tak ada hal buruk yang terjadi pada Rafa.

Berandalan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang