Berandalan : 13. Toxic

165K 8K 658
                                    

Spesial manis-manis doangan.

_________________________________

Violet kehilangan fokusnya sebentar dan Jovan berhasil membuka satu kancing seragamnya. Segera ia tahan lagi tangan itu sebelum berhasil membuka kancing lainnya.

Dan Jovan mulai gemas. Ia lepaskan ciumannya dan Violet jadi khawatir karena bisa merasakan benda keras menekannya dari belakang. Jovan menciumi lehernya dan memeluknya erat sekali.

Violet berdesir hebat saat merasakan ciuman di lehernya mulai di bumbui dengan sapuan lidah. Dan terbelalak saat lidah itu sampai pada telinganya.  Menciptakan rasa geli luar biasa sekaligus nikmat secara bersamaan. Violet tak bisa melepaskan diri karena Jovan terus menahannya bahkan lebih kuat lagi. Ia hanya bisa menggenggam erat tangan Jovan sebagai pelampiasannya.

Violet makin tak tahan saat Jovan telusupkan lidahnya dalam rongga telinga lebih jauh lagi. Bahkan Jovan memegangi kepalanya agar tak bisa bergerak melawan.

"Jo. Ahh," pekik Violet sungguh ingin melawan tapi terlanjur lemas. Bahkan tak bisa lagi mencegah saat Jovan mulai merabai pahanya.

Merasa sudah menang Jovan lepaskan telinga Violet. Menarik Violet hingga terbaring dan cepat saja naik ke atas tubuhnya.

"J-jo, jangan aneh-aneh! Ini sekolah jo," kata Violet panik. Berusaha bangkit dan tapi Jovan menahan dadanya agar tetap berbaring. Tersenyum padanya lalu pelan-pelan mendekat.

"Jo, jangan becanda," kata Violet memejam erat, menolehkan wajahnya saat Jovan mau menciumnya.

Jovan tak mau ambil pusing, tak diberi bibir ia pilih menciumi leher kesayangannya. Sambil satu tangannya meremasi dada Violet pelan.

"Jovan," kata Violet dengan nafas tertahan. Menahan desir yang diciptakan Jovan pada dirinya.

"Apa sayang? Udah gak tahan?" Jawab Jovan dari dalam kungkungan leher.

"Aah...," Desah Violet saat merasakan benda keras itu sudah menggeseknya di bawah sana. Tapi kali ini rasanya tepat pada bagian yang seharusnya karena Violet tak merasa sakit justru nikmat.

Jovan mengangkat wajahnya dan melanjutkan gesekannya. Menatapi wajah Violet yang memerah dirundung nafsu. Mengingatkannya pada peristiwa malam itu saat pertama kali mereka bertemu. Ekspresi Violet sama, dan ia kelihatan sama cantiknya dengan malam itu.

"Jo.. ahh," desah Violet lagi.

"Enaak?" Goda Jovan tersenyum masih menatapi Violet yang terpejam. Violet memukul lengannya agak kesal dan lalu Jovan tertawa.

Jovan kembali mendekat dan menciumi wajah Violet, tanpa menghentikan aktifitasnya di bawah sana. Menekannya gemas merasa nikmat walau sedikit tersiksa, karena inginkan lebih.

"Celananya dibuka aja ya Vi," bujuk Jovan dengan nafas mulai berat akhirnya dirundung nafsu juga.

Violet tak menjawab. Bimbang, ini memang terasa nikmat dan rasanya ingin lebih dari gesekan di luar saja. Tapi selaputnya tidak akan kembali utuh jika dia nekat memberikannya pada Jovan. Ia tak ingin menyesal, jadi akhirnya Violet menggeleng.

Jovan nampak kecewa seperti biasanya. Ia menarik tengkuk Violet dan lalu menyesapi bibir manis pacarnya. Menekan Violet lebih kuat di bawah sana.

Violet merangkul punggung Jovan dan meremas seragamnya hingga kusut. Semakin kuat Jovan menekan itu, rasanya malah semakin nikmat saja.  Bahkan Violet bisa merasakan celana dalamnya terasa lembab. Ia sudah basah.

Sesaat kemudian bel masuk berbunyi. Mengangetkan Violet, tapi tak ada tanda-tanda Jovan mau berhenti. Violet mulai berusaha untuk mendorong Jovan dan menyudahi kegilaannya.

Berandalan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang