Berandalan : 8. Hanya Mitos

171K 8.1K 567
                                    

Ini udah satu minggu apa belum sih? Kok aku udah update lagi
("/,\)

Abis ini aku ada kerjaan lagi. Ini sih bukan hiatus, Slow up aja. Yah gitu lah pokoknya. Suka-suka gw aja :v
_________________

Violet berjalan menyusuri halaman sekolah. Rasanya kesal karena langsung berdebar hebat setelah melewati gerbang. Ia terus khawatir akan bertemu atau berpapasan dengan Jovan. Walaupun Risa bilang dirinya terlihat benar-benar lain, ia masih takut kalau lama-lama Jovan akan mengenalinya juga. Kenapa takut? Violet juga tidak tahu. Harusnya tidak apa juga kalau Jovan tahu ini adalah dirinya. Ah entahlah.

"Pagi Viooo," sapa suara cempreng itu seperti biasanya.

Dan Violet memekik terkejut seperti biasanya juga. Dulu Violet tidak terlalu peduli dengan dua kakak kelasnya ini. Mereka hanya menggodanya dan Violet akan mengacuhkan begitu saja. Tapi sekarang lain. Mereka berteman dengan Jovan. Berada dekat-dekat mereka pastilah berbahaya, karena ada kemungkinan Jovan akan muncul juga.

Violet tak mengatakan apapun, kemudian berusaha mendesak keduanya supaya bisa lewat.

"Hey hey.. buru-buru amat sih. Masih pagi ini. Santai aja kali," kata Dani menahan Violet.

Violet cepat membuang tangan yang menahannya itu.

Roky mengangguk membenarkan kata-kata Dani.

"Santai aja lah, ngobrol-ngobrol bentar sama kita," katanya.

"Permisi kak," kata Violet tak tertarik. Ia baru mau pergi saat lagi-lagi Dani menahannya.

"Takut amat dah sama kita," katanya.

"Lu berdua ngapain sih?" Tanya suara yang benar-benar sedang tak diharapkan Violet untuk muncul.

Violet berdebar makin hebat hingga degupan kencang jantungnya terasa sampai kepala. Pelan-pelan ia menoleh dan benar dugaannya, itu memang Jovan. Tatapannya dengan Jovan bertemu. Jovan lagi-lagi mengernyit heran menatapnya. Violet segera mengalihkan pandang. Merasa bodoh, harusnya dia tidak menatap Jovan dengan cara seperti itu atau Jovan jelas akan curiga.

"Hehe.. iseng doang," jawab Roky terkekeh.

Violet melepaskan tangan Dani darinya dan lalu cepat-cepat pergi dari sana. Masih sempat ia mendengar Jovan berkata.

"Cari cewek lain lah, jangan dia."

Violet mengeratkan genggaman. Sakit hati. Apa Jovan mau bilang kalau dirinya ini terlalu menjijikkan makanya dia menyuruh Dani dan Roky mencari gadis lain? Lalu bagaimana jadinya seandainya dia tahu kalau gadis menjijikkan ini adalah "pacar"nya?

Yah, sepertinya bersikap biasa dan pura-pura tak mengenali Jovan adalah pilihan yang tepat. Kini Violet jadi tahu seperti apa tabiat Jovan sebenarnya. Dia tak ada bedanya dengan cowok-cowok sombong yang selalu menatapnya dengan jijik.

🍃🍃

Vio meringkuk lemas di mejanya. Cemberut kesal menatap layar ponselnya. Pagi tadi sebelum jam pelajaran dimulai, Jovan mengirimkan pesan.

"Pagi Cinta," katanya.

Dan Violet cepat saja mengumpat geram setelah membacanya.

"Makan tuh Cinta," gumamnya kembali merasa kesal.

Risa menatapnya bingung.
"Kamu kenapa Vi?" Tanyanya heran.

Violet terkesiap. Lalu cepat-cepat menggeleng dan tersenyum masam. Risa mengernyit makin heran. Tapi tak mau bertanya lebih jauh.

"Ke kantin yuk," ajak Risa kemudian.

Violet memikirkannya sebentar. Dia lapar tapi sedang malas gerak alias mager. Dia juga sedang tak ingin melihat Jovan. Violet menggeleng pelan.

Berandalan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang