Berandalan : 21. Orang Baik

160K 9.3K 1.8K
                                    

Cerita akan mulai masuk ke kehidupan pribadi seseorang yes, Gak terlalu manis sih kayaknya... tapi otewe paitan kita.

Jan manis mulu,
Karena hidup punya banyak rasa, gugel punya banyak rasa untuk harimu.

Ada yg tahu itu iklan apaan?
Iyak bener, iklan google :v

Gw ngapain sih, elaaah 😆😆😆
_________________________

Jovan baru menuruni tangga istana megahnya. Ia berjalan dengan langkah santai seperti biasanya. Melewati ayahnya yang ada di ruang makan begitu saja. Tak berniat menyapa atau sekedar menatapnya.

"Jovan?" Panggil lelaki paruh baya itu nampak heran.

Jovan berhenti dan menoleh, menatap ayahnya dingin seperti biasanya. Lelaki itu mengerutkan alis menatapi anaknya lamat-lamat. Dari ujung kepala turun sampai ke ujung kaki dan naik lagi ke ujung kepala. Ada yang aneh dari penampilan anaknya hari ini. Anaknya yang biasanya terlihat gagah dengan dandanan ala bocah kekinian, hari ini terlihat rapi dengan sisiran rambut klimis ke samping dan bahkan memakai kacamata.

"Kamu sehat?" Tanya sang Ayah.

"Sehat," jawab Jovan sama herannya.
"Tumben ayah nanyain keadaan Jovan," lanjutnya.

Sang ayah mengusap dagu, masih mengernyit meragukan jawaban itu.

"Mata kamu rabun? Sejak kapan kamu pakai kacamata?" Tanya sang ayah lagi.

Jovan menghela nafas pelan, merasa malas menanggapinya.

"Mata Jovan gak kenapa-kenapa," jawab Jovan melepaskan benda yang dipermasalahkan itu dari wajahnya.

"Ini juga bolong, gak ada kacanya," tambah Jovan melewatkan jarinya diantara bingkai kacamata. Menunjukkan pada ayahnya kalau benda itu sungguh tak berkaca.

Si Ayah tertawa melihatnya. Jarang sekali melihat anak nakalnya itu bertingkah konyol. Dan si anak nakal tersenyum sengit, jarang melihat ayahnya tertawa karena dirinya.

Namun Jovan tak ingin berlama-lama karena masih harus ke suatu tempat.

"Jovan berangkat yah," pamitnya sebelum pergi, yang jarang juga ia lakukan. Tak menunggu jawaban ayahnya, ia pergi.

Sangat jarang keduanya bicara. Keduanya punya sikap dingin dan tak banyak bicara, dan semenjak penengah diantara mereka yaitu ibunya Jovan tiada, rumah terasa semakin sepi saja. Sang Ayah sibuk dengan perusahaannya dan si anak menyibukkan diri di luar rumah. Rumah megah nan mewah itu seringkali hanya berisi pembantu dan pekerja kebun lainnya.

________

Violet selesai sarapan dan tengah mencuci piringnya sendiri saat mendengar ada ketukan dari pintu depan. Ia segera membasuh tangan dan kemudian berjalan cepat.

"Biar Vio yang buka, nenek lanjutin aja sarapannya," kata Violet saat melihat nenek hendak berdiri.

"Siapa pagi-pagi begini?" Gumam nenek penasaran.

Violet sampai di depan pintu dan membukanya. Ia memekik terkejut melihat siapa yang ada di depan rumahnya. Violet mengucek matanya beberapa kali, meyakinkan matanya kalau laki-laki rapi dengan sisiran rambut klimis dan memakai kacamata itu benar-benar Jovan.

"K-kamu ngapain disini?" Tanya Violet jadi gugup. Takut dengan respon nenek setelah ini.

"Mau ngajak berangkat bareng," jawab Jovan.

"A-apa? Kenapa coba, ntar juga ketemu di sekolah,"  jawab Violet setengah berbisik.

"Siapa Vi?" Tanya nenek ternyata mengikuti.

Berandalan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang