Berandalan : 15

153K 7.3K 436
                                    

Gak ada asupan manisan hari ini ✌

_______________________________

"Hoy!!" Seru seorang lelaki berseragam sama dengan Jovan mengejutkan keduanya.

"Ngagetin aja lu," kesal Jovan memukulnya pelan saat ia duduk di sampingnya.

Lelaki itu terkekeh pelan.

"Gue kira lu sama temen-temen baru lo, taunya sama cewek," kata lelaki itu menatap Violet.

Violet jadi bisa menebak kalau dialah Sendy. Ternyata Sendy adalah lelaki yang sama dengan yang melakukan video call dengan Jovan malam itu. Lelaki berambut cepak, kulit bersih dan berlesung pipi.

"Hai, gue Sendy," kata Sendy mengulurkan tangannya pada Violet.

"Vio," jawab Violet menyambut uluran tangannya.

Kesan pertama yang diberikan Sendy cukup bagus. Membuat Violet berpikir ulang untuk membencinya. Dia lelaki yang ramah dan periang, dan ya, dia terlihat tak sebrengsek Jovan. Kelihatan cukup baik.

"Masih inget sama gue kan?" Tanya Sendy saat jabatan mereka terlepas.
"Yang video call waktu itu," tambahnya.

Violet tersenyum mengangguk.

"Lu aslinya lebih cantik ya," komentar Sendy menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Tersenyum dengan ramah.

Violet tersenyum saja.

"Kalem bener," komentar Sendy menatap Jovan terheran.

Jovan tersenyum sengit menjawabnya. Malam pertama ia bertemu dengan Violet ia memikirkan hal yang sama. Violet kelihatan pendiam, sangat kikuk saat bertanya padanya apa yang terjadi. Hanya diam tak bersuara saat merawat lukanya. Dan menjawab lirih saat ditanya.

"Gue gak nyangka, selera lu ternyata yang kalem-kalem begini," komentar Sendy lagi.

"Oh iya bener juga," kata Sendy lagi.
"Emang bener lu harusnya sama cewek kalem, supaya bisa ngimbangin kelakuan lu yang beringas itu," jelas Sendy lalu menertawakan.

Jovan kembali tersenyum sengit mendengarnya.

"Salah," katanya pelan.
"Gue suka cewek yang kalem di depan orang lain dan main panas pas lagi sama gue doang," jelas Jovan terkekeh.

Sendy tercengang mendengarnya. Lalu menatap Violet dengan cara lain. Violet jadi merinding ditatapi begitu, lalu memukul Jovan kesal.

Sendy semakin tertarik melihat Violet memukul Jovan dan tapi Jovan hanya terkekeh.

"Gue jadi pengen punya juga yang model begitu," gumam Sendy masih menatapi Violet.

Violet melihat ke arah lain, tak mau menatap Sendy yang menatapnya dengan aneh.

"Jovaaan," seru seorang gadis tiba-tiba muncul. Merangkul leher Jovan dan kemudian mengecup pipinya.

Violet sungguh terkejut melihat sikapnya. Siapa gadis ini? Dia memakai seragam yang sama dengan yang dikenakan Jovan dan Sendy. Ia sangat menawan hati, tubuhnya tinggi bak model dengan rambut panjang diombre.

Violet tidak begitu kesal melihat gadis itu muncul dan langsung mencium Jovan, yang membuatnya lebih kesal adalah sikap Jovan yang tersenyum saja menanggapi gadis itu. Violet lebih memilih untuk menatap makanannya dari pada melihat kelanjutan tingkah Jovan yang bahkan tak mencoba melepaskan lengan gadis itu dari lehernya. Ada rasa sesak di dadanya juga ngilu di ulung hatinya.

"Yaelah, gue ada disini Re," protes Sendy pada gadis bernama Renata itu.
"Bisa-bisanya lu ya nyium cowok lain di depan pacar lu sendiri," lanjutnya.

Berandalan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang