Berandalan : 6. Pulang

219K 8.9K 332
                                    

Violet baru mau naik ke ranjang saat seseorang memanjat jendela kamarnya. Ia menunggu sebentar untuk memastikan bahwa itu bukan maling atau "bahaya" lainnya. Dan cukup lega saat melihat wajah Jovan yang muncul di sana.

Jovan memang termasuk "bahaya" juga, tapi Violet mulai terbiasa dengan kemunculan Jovan di kamarnya. Ini bukan kali pertama atau kali kedua Jovan datang. Bukan juga kali ketiga atau kali keempat. Violet sudah tak ingat ini kali ke berapa. Semenjak Jovan bilang mereka pacaran, dia lebih sering datang.

Violet khawatir saat merasa Jovan benar-benar serius menjadikan ia pacarnya. Pacaran dengan manusia semenakutkan Jovan? Rasanya hidupmu tidak akan mudah. Lihat saja bagaimana Jovan menjadikannya pacar tanpa minta persetujuan! Violet memang belum pernah pacaran sebelumnya, tapi setahunya tidak seperti itu juga caranya.

Ia pikir orang biasanya berkenalan, pendekatan, setelah itu baru pacaran dan lalu merasakan ciuman dan sebagainya. Tapi dengan Jovan semuanya terbalik. Bermula dari ciuman, lalu hal menjijikkan yang benar-benar tak ingin diingat Violet lagi, setelah hal gila itu justru baru pacaran dan lebih gila lagi, baru setelah itu melakukan pendekatan.

Tapi Violet tak bisa berbuat banyak, setelah lebih dari satu bulan, Violet mulai terbiasa. Lagi pula walaupun Jovan kerap datang ke kamarnya, Jovan memegang kata-katanya untuk menjadi pacar yang manis. Yah, manis dengan cara Jovan tentu saja. Menginginkan pacar manis yang sopan dengan tangan tidak kemana-mana saat menciummu? Jangan harap Jovan bisa seperti itu.

Jovan suka menggerayang, mungkin itu sudah kodratnya. Tapi "pacar manis" cara Jovan adalah melakukannya dengan cara yang lembut dan bukannya kasar. Pacar manis cara Jovan adalah tetap bersabar jika Violet katakan sebentar. Tidak marah saat Violet memukulnya karena kesal, dan berhenti saat Violet katakan sudah. Mm yah.... Yang terakhir kadang tidak dilakukan Jovan. Tapi di mata Violet, Jovan tak lagi semenakutkan yang dulu.

Violet naik ke ranjang, memperhatikan Jovan yang kini telah berhasil melewati bingkai jendela. Ada yang berbeda dari penampilannya malam ini. Yang membuat Vio mengernyit terkejut, sedikit marah, kecewa juga khawatir.

Jovan memakai jeans hitam dengan jaket bomber tebal. Penampilannya mirip seperti saat pertama kali mereka bertemu. Malam saat pertama Jovan datang dengan luka menganga di lengannya. Padahal sebelum-sebelum ini Jovan hanya akan memakai celana kain sepanjang lutut dipadukan kaos oblong atau singlet disusul dengan hoodie. Dan kekhawatiran Violet terasa makin benar saat ia lihat ada katana menggantung di pinggang Jovan.

"Jo," panggil Violet khawatir.

Jovan yang tengah melepasi sepatunya mendongak menatap Violet.

"Hm?" Jawabnya sambil tersenyum.

"Kamu abis tawuran lagi?" Tanya Violet memperhatikan Jovan lebih teliti, berharap tak ada luka sayatan di tubuh Jovan seperti hari itu.

Jovan mengernyit mendengar pertanyaan itu, lalu menggeleng. Tak lama kemudian menyadari pandangan Violet pada katana di pinggangnya. Membuat Jovan tahu apa yang mungkin dipikirkan pacarnya saat ini.

"Kamu inget kan, waktu itu mereka ngajakin tawuran dan aku malah ke sini?" Kata Jovan melepaskan katana itu dari pinggangnya, meletakkannya di dekat sepatu.

"Besoknya mereka marah sama aku," kata Jovan berjalan mendekati Violet. "Jadi kali ini aku dateng," lanjut Jovan berhenti di depan Violet. "Tapi aku langsung pergi pas mereka mulai kelahi," jelas Jovan menarik kepala Violet untuk mengecup keningnya.

Violet diam saja, masih kelihatan cemas.

"Tenang Vi," kata Jovan merendahkan diri supaya wajah mereka sejajar. "Aku kan udah bilang mau berhenti," lanjutnya tersenyum.

Berandalan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang