Berandalan : 25

141K 9K 920
                                    

Love you silent readers kuuu 😘😘

Eaaaak 😂

__________________________

Tidur Violet terusik saat mendengar suara yang agak berisik dari satu tempat. Perlahan ia membuka mata, setengah sadar ia berpikir apakah suara yang ia dengar sungguhan atau dari mimpinya saja.

Namun kemudian mendengar suara besi tergeletak dari arah jendelanya. Violet menoleh dan kantuknya hilang seketika melihat Jovan ada disana terduduk lemas dengan beberapa luka. Sontak membuatnya panik dan segera beranjak dari tempat tidurnya.

"Jo," kata Violet menghampiri Jovan dengan cemas.

Jovan diam saja tengah mengatur nafasnya.

Violet mengamati seluruh tubuh Jovan baik-baik. Banyak luka di sana. Banyak darah juga, baik dari jaket Jovan maupun katana yang tergeletak tak jauh dari tangannya. Katana itu benar-benar mengerikan, banyaknya darah hingga tercecer sampai lantai kamarnya.

Dengan tangan yang sudah gemetaran Violet membuka jaket yang dikenakan Jovan. Bayangan mimpinya beberapa hari yang lalu kembali terputar di kepalanya. Terus menerus ia yakinkan pada dirinya sendiri bahwa ini tak akan seburuk itu. Jovan akan baik-baik saja. Tidak akan terjadi hal yang sama dengan mimpinya.

Violet mulai menangis saat berhasil membuka jaket Jovan. Banyak lebam dan luka sayatan di tubuh yang kerap memeluknya itu. Dan jaket yang berhasil dilepasnya ini pun sudah terkoyak penuh sayatan benda tajam.

Violet bangkit dan segera keluar dari kamar untuk mengambil air dan handuk kecil. Tak bisa berhenti menangis, takut mimpinya akan jadi nyata.

Jovan masih tak berpindah dari tempatnya saat Violet kembali. Setelah mengambil kotak obat ia kembali mendekati Jovan. Sambil menangis ia bersihkan luka-luka itu.

"Kamu udah bilang sama aku gak akan berantem-berantem gini lagi jo," isak Violet membersihkan tubuh Jovan dengan handuk basah.

"Sorry Vi," jawab Jovan terpejam menahan perih.

Violet terus menangis, sedikit kecewa juga marah. Tapi rasa takut dan cemas lebih mendominasinya sekarang.

Jovan menatap wajah basah ketakutan itu dan tersenyum. Ada rasa senang melihat Violet begitu ketakutan karena dirinya. Sebab itu berarti gadis ini sangat menyayanginya. Terbayang di ingatannya kata-kata Roky malam itu. Malam saat ia memergokinya bertemu dengan Feri. Mereka bicara di depan rumah Roky sepulang dari pasar malam.

_____

"Jo, lo mau tau gak kenapa gue mikir dua kali buat make duit yang lo kasih itu?" Tanya Roky tertunduk dengan begitu murung.

Jovan menatapnya, mengerutkan alis jadi penasaran.

"Gue ngerasa gak pantes buat dapet bantuan dari lu Jo," jelas Roky menatapi jari-jari tangannya yang bertaut-tautan satu sama lain.

"Gue udah pernah bantuin Feri buat ngusik idup lo. Gue sebenernya bukan temen lo jo, gue musuh dalam selimut," kata Roky masih menunduk.

Roky diam beberapa saat, mengingat kembali apa yang ia lakukan. Memang tak banyak, memang tak begitu merugikan Jovan. Tapi tetap saja. Menjadi musuh dalam selimutnya dan malah mendapatkan balasan yang begitu tulus dari Jovan menyakiti dirinya sendiri. Apalagi setelah tahu Violet juga punya andil atas ketulusan Jovan itu.

"Gue diminta Feri buat ngawasin lo dan cari tahu alasan lo ngejauh pelan-pelan dari gerombolan," kata Roky.

"Lo pernah bilang sama gue ama Dani kalo Vio gak suka lo berantem, dan gue liat lo peduli banget sama hal itu. Hal yang disukai dan juga hal yang gak disukai sama Vio. Gue pikir itu alasan lo ngejauhin gerombolan. Gue bilang itu ke Feri dan waktu itu dia malah ketawa. Dia gak percaya, mana mungkin seorang Jovan jadi kaya gitu cuma gara-gara seorang cewek? Cerita kayak gitu cuma ada di novel. Gak akan ada di dunia nyata. Tapi beberapa hari setelahnya dia tiba-tiba nyuruh Rafa buat deketin Vio. Gue gak tahu kenapa tiba-tiba jadi gitu, tiba-tiba Feri jadi percaya," cerita Roky.

Berandalan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang