nyeblak

2.5K 535 29
                                    

Gerimis sore tadi mengakibatkan kursi tunggu didepan minimarket menjadi sedikit basah akibat percikannya. Jingga menaruh sekantung plastik kecil berisikan beberapa yogurt dan snack untuk dia cemil nanti malam di kursi itu sebelum bokongnya ikut duduk disamping plastik miliknya sambil memakan es krim di malam yang hawanya dingin seperti sekarang, jika di hawa dingin seperti sekarang orang-orang akan memilih meminum minuman hangat seperti teh anget, susu hangat atau coklat hangat, bagi Jingga es krim lebih menarik setelah dia masuk ke minimarket dan membelinya tidak peduli apapun cuacanya.

Cewek itu mengayun-ayunkan kakinya yang selonjoran di halaman minimarket, mencoba mengisi waktu menunggu delivery-an seblaknya datang—mereka sudah janjian bertemu di minimarket depan gang komplek rumah Jingga biar sekalian karena Jingganya beli sesuatu dulu disana tapi ternyata pesanannya belum juga datang sampai sekarang— dengan membuka aplikasi whatsApp iseng-iseng lihat story teman-teman sekontaknya.

Tidak ada yang menarik perhatiannya untuk direply hingga akhirnya cewek itu memilih menekan-nekan sesuatu yang dia tutupi dengan plester di bagian tulang pipinya. Entahlah apa namanya yang jelas saat Jingga ngaca siang tadi tiba-tiba dia menemukan itu di pipinya yang dia asumsikan kayaknya sih jerawat, maklum selama tujuh belas tahun hidup Jingga belum pernah punya jerawat dan enggak punya kulit sensitif jadi sekalinya dia melihat sesuatu yang hinggap di wajahnya tangan Jingga tidak kuasa menahan rasa gatel pengen garuk-garuk yang mengakibatkan brenjolan kecil itu pecah siang tadi dan meninggalkan bekas di sana. Jingga curhat sama Aji mengenai hal itu dan Aji yang selama ini punya masalah sama kayak Jingga—belum pernah jerawatan— nyaranin Jingga buat nutup bekas itu pake plester.

"duh masa senin depan udah try out terakhir aja sih?"

Jingga menatap Aji yang membuka suara, "kenapa? Belum siap menghadapi UN?"

"lebih tepatnya sih belum siap pisah sama elo, heheheh."

"hadehh." Jingga memutar bola matanya malas.

"tapi beneran loh, gue nggak tau bakalan kuat apa nggak ya misalkan pisah sama lo?" Aji bertanya dengan raut wajah polos membuat Jingga terdiam, pikirannya mendadak meranah pada perjanjian dia dengan papa.

"hng, gimana ya? Elo mau cobain?"

"cobain apaan?"

"pisah sama gue."

"YA KAGAK MAULAH, MALEEN!"

Refleks, Jingga menjauhkan kepalanya dari Aji, "nggak usah teriak juga!"

Aji cemberut sampai membuat pipinya yang gembul itu menggelembung mengingatkan Jingga pada Aji kecil yang ngambek kalau tidak Jingga ajak bermain barbie-barbiean, karena Jingga takut barbienya berakhir dibongkar sama Aji. Giliran Jingga minta ganti rugi malah dibeliinya mainan barbie kertas yang kalau mau dipakein baju tinggal disangkutin aja.

"lagian lo nanya nyoba-nyoba pisah, diajak LDR aja gue nggak mau."

"duhh saking sayang ya sama gue? Sampe nggak mau jauh-jauhan."

"iyalah, kalau sayang kan maunya deketan terus."

Mungkin kalau cowok lain yang ngomong begini bakal kelihatan sosweet, tapi pas Jingga ngerasain sendiri dengan menatap muka yang lagi sengak rasanya Jingga mau nampol Aji aja. Nggak romantis lagi kesannya tapi berbalik jadi ngeselin.

Bucin.

" by the way, kita udah hampir satu jam loh duduk disini. Kok suaminya teteh seblak nggak dateng-dateng, ini beneran nggak sih ketemuannya disini?" keluh cowok itu.

Iya sih ada benernya, mereka duduk di depan minimarket udah hampir sejam tapi kok seblak pesanannya belum datang juga, padahal suami teteh seblak udah otw dari lama juga.

JinendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang