56

23.5K 3K 290
                                    

Budaykan vote sebelum membaca!

Tak terhitung sudah berapa ratus kali Sehun mengumpat semenjak menerima telepon dari Chanyeol, hingga kini dirinya sudah menjajakkan kaki di Seoul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terhitung sudah berapa ratus kali Sehun mengumpat semenjak menerima telepon dari Chanyeol, hingga kini dirinya sudah menjajakkan kaki di Seoul. Pria itu tidak henti-hentinya melayangkan panggilan telpon untuk Jessy setelah ia turun dari pesawat dua puluh menit yang lalu. Namun, percuma saja, tak ada hasil yang bisa Sehun dapatkan. Sehun jadi berpikiran kalau seandainya jarak Seoul dan Berlin sedikit lebih dekat dan tidak perlu menghabiskan waktu kurang lebih dua belas jam lewat jalur udara, mungkin dia bisa sampai lebih cepat dan mencari Jessy-nya lebih awal.

"Cepat sedikit, Kai!" Bentak Sehun frustasi.

"Aku sudah cepat, sialan! Dan jangan berteriak! Tenanglah sedikit, kau benar-benar kacau!"

Sehun berdecih, menjambak rambutnya sendiri lalu membanting ponselnya keras-keras dan menginjaknya lantaran kesal karena terlalu banyak mendengar suara operator.

"Sehun! Ku bilang tenangkan dirimu!"

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG KALAU AKU TIDAK TAHU APAKAH JESSY DAN ANAKKU MASIH HIDUP ATAU SUDAH MATI SEKARANG ?!"

Kai mengerang rendah, memukul stir mobil, lalu menginjak pedal gas hingga mobil yang mereka tumpangi mencapai batas kecepatan maksimal. Mereka nyaris menabrak beberapa pengendara lain atau bahkan penyebrang jalan, Kai bahkan tidak bisa menghitung dengan jelas sudah berapa banyak lampu merah yang ia terobos begitu saja. Cari mati memang. Namun berkat aksi gila tersebut, delapan menit kemudian keduanya sudah memasuki pekarangan rumah Sehun, lengkap dengan beberapa mobil polisi yang mengikuti mereka dari belakang.

Sehun turun terburu-buru, berbicara sebentar dengan anak buahnya agar mengurus polisi-polisi itu, sebelum dirinya berlari masuk ke dalam rumah disusul Kai kemudian.

Pria bermarga Oh itu menemukan seluruh pelayannya berjejer di depan pintu dengan wajah tertunduk merasa bersalah. Sehun mendengus kesal. "Siapa yang bisa menjelaskan sesuatu ke padaku disini ?" tanyanya tanpa ragu.

Semuanya diam dengan keringat dingin dan wajah panik yang semakin kentara.

"Aku akan memecat kalian semua jika tidak ada satu orangpun yang angkat bicara!"

"Kemarin malam setelah makan malam, Nona Jessy memaksa ingin jalan-jalan ke sungai Han, Tuan. Kami sudah melarang, tapi Nona memaksa, bahkan hampir menangis. Nona Jessy mengatakan itu adalah keinginan anaknya, Nona mengeluh stres dan tertekan karna terus menerus berada di dalam rumah. Jadi kami tidak bisa menolak lagi setelah itu, kami tidak tahu hal seperti ini akan terjadi," Maria mencoba menjelaskan kejadian yang di ketahuinya.

Sehun menghela nafas berat, memejamkan mata sejenak. Pria itu benar-benar pusing. Ah sial! Kenapa juga Jessy harus sekeras kepala itu! Tidak bisakah gadis itu bersabar sedikit lagi saja hingga Sehun pulang lalu mereka bisa jalan-jalan bersama.

Sweetest Sugar ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang