Monster? Ah tidak mungkin.
-Rindu
######
"Dari mana aja lo? Kok telat? Kok rambut lo berantakan? Motor lo mogok? Apa telat bangun? Ini tas siapa?" Sean yang melihat Rindu baru saja memasuki kelas langsung menyerang Rindu dengan rentetan pertanyaan.
Rindu yang tengah sibuk pun hanya mengabaikan Sean. Karena Sean memang begitu, selalu penasaran dengan apa yang di lakukan oleh Rindu.
"Rindu!" Seru Sean saat Rindu masih mengabaikannya dan buru-buru meletakkan tas serta membuka sweater nya.
Rindu melirik Sean tajam, lalu melanjutkan aktivitasnya. Tak lupa Rindu juga mengambil ponselnya dari dalam tas.
"Nanti, kalau bu Tia masuk, bilang gue izin ya. Ada yang kecelakaan" Ujar Rindu sembari meletakkan sweater nya di sandaran kursi.
"Kecelakaan? Lo kecelakaan?!" Kali ini Sean sudah tidak bisa santai lagi.
Tak sengaja, Sean melirik sweater Rindu. Dan pupil Sean sontak membulat saat melihat bercak kemerahan disana.
"Rindu! Ini darah siapa? Lo berdarah?!" Sean panik seperti orang kehilangan akal. Ia meraih tangan Rindu, memeriksa dari bagian mana sekiranya darah itu berasal. Memutar-mutar tubuh Rindu dan memeriksanya secara teliti.
"Sean! Apaan sih?!" Seru Rindu.
Sean mengambil kasar sweater Rindu, lalu menunjukkan bercak kemerahan itu pada Rindu.
"Darah! Ini darah siapa?!" Bentak Sean akhirnya, membuat satu kelas melihat ke arah mereka.
Rindu merutuki dirinya sendiri, harusnya tadi ia tak usah ke kelas dulu dan langsung ke kelas Pandu saja. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, dan Rindu harus menghadapi kebawelan Sean.
"Ini bukan darah gue, Sean! Lo bisa santai nggak? Orang-orang ngeliatin kita" Seru Rindu dengan menahan suaranya agar tidak menarik lebih perhatian teman sekelas.
"Duh, guys, kalau ada masalah rumah tangga jangan di kelas dong. Kita jadi kayak orang bego, nih!" Protes Arfan, ketua kelas mereka. Sean mengabaikan Arfan, meliriknya tajam yang membuat nyali Arfan ciut sendiri.
"Terus ini tas siapa? Kenapa lo bawa-bawa?" Tanya Sean saat sudah bisa mengendalikan emosinya, yang terpenting Rindu tidak berdarah.
"Tas Pandu, anak IPS itu" Jawaban Rindu sukses membuat seluruh mata satu kelas melihat kearahnya. Sebagian ada yang begidik ngeri, dan sebagian lagi ada yang memberikan tatapan meremehkan.
"Ko --kok bisa sama lo?" Sean tergugu, penasaran kenapa Rindu bisa berurusan dengan seorang Pandu.
"Ceritanya panjang, nanti gue ceritain. Oh iya! Nanti gue aja yang ketempat bu Tia mengejelasin kenapa gue izin" Setelahnya, Rindu bergegas meninggalkan kelas, meninggalkan tatapan-tatapan anak kelas yang menatap ngeri kearah Rindu. Sebagian ada yang merapalkan do'a agar Rindu baik-baik saja.
######
Tok tok
Suara ketukan pintu membuat guru yang tengah menerangkan materi ekonomi mengalihkan perhatiannya.
Guru yang selama ini dikenal paling killer seantero sekolah, menatap Rindu dengan pandangan menilik.
"Ngapain kamu disini? Nggak masuk kelas?" Tanya guru yang Rindu ketahui namanya buk Deli dengan nada ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLIONS [PANDU RINDU]
Teen FictionAku akan selalu punya berjuta alasan untuk bertahan disaat mereka punya satu alasan untuk meninggalkan --------------------------------------------- Berkisah tentang 5 orang remaja dari latar belakang, kehidupan, dan masa lalu yang berbeda. Berjuang...