[11] : Upset

67 8 3
                                    

Kau terlalu misterius, membuatku amat sesak karena sulit memahamimu.

-Rindu

#####

S

uasana mencekam yang tadi mengisi seluruh rumah megah ini berangsur luntur.

Pandu sudah bisa diamankan setelah dibutuhkan sekitar 3 laki-laki dewasa termasuk ayahnya.

Bellia menatap anak semata wayangnya pilu. Tak menyangka kalau Pandu akan kumat hingga sebegininya. Padahal sudah sangat lama Pandu seperti ini, mungkin sekitar 3 bulan yang lalu.

Kini Pandu tertidur lemas di ranjang kamarnya, sudah terhitung 3 jam tapi Pandu belum juga menampakkan tanda-tanda akan membuka mata.

Bellia beranjak, memperbaiki selimut Pandu dan meninggalkan Pandu sendirian.

Suasana diruang keluarga berubah sunyi. Baik Kavin, Sean, Rindu, bahkan Keysha tak ada yang bersuara. Semuanya diam dengan pikiran masing-masing.

"Tante minta maaf ya hal ini kejadian disaat kalian lagi ngumpul" Ujar Bellia pelan.

Sedikit-banyak, Bellia khawatir. Kalau teman-teman Pandu akan meninggalkannya setelah ini. Menganggap Pandu aneh dan menyeramkan.

Mata Bellia tak sengaja menyorot mata Rindu, sarat sekali kekhawatiran dimatanya. Pancaran maniknya seakan menghujam Bellia dengan beribu pertanyaan, tapi tak satupun ia keluarkan, ia hanya diam.

"Pandu gimana, Dok?" Tanya Sean.

Bellia tersenyum, Sean dengan tulus menanyakan keadaan anaknya.

"Dia baik-baik aja, sekarang sedang istirahat" Jawab Bellia.

Bellia mendekat, mengambil tempat disebelah Kavin, "Kalian mau pulang?" Tanya Bellia.

Rindu menghela nafas. Sebenarnya ia ingin bertemu Pandu, bertanya apa yang sebenarnya terjadi, karena Rindu bukan tipe seseorang yang bisa menahan rasa penasaran. Tapi itu tidak mungkin, karena Rindu juga tidak mungkin mengganggu Pandu dalam kondisi seperti ini. Terus bertahan dirumah ini juga percuma, ia tidak bisa membantu apa-apa, yang ada hanya akan merepotkan.

Rindu menatap Sean sejenak, lalu mengangguk.

"Iya Dok, kayaknya kami pulang aja" Ujar Sean.

Bellia menghela nafasnya, "Yaudah, ayo tante antar kedepan. Sekali lagi Tante minta maaf ya, padahal harusnya kalian nginap disini malam ini. Kavin tetap nginap?" Tanya Bellia pada Kavin.

Kavin mengangguk, lalu berdiri untuk ikut mengantar yang lain kedepan.

"Tante, boleh liat Pandu sebentar nggak?" Tanya Rindu pelan.

Bellia berpikir sejenak, menimang apakah Pandu sudah bisa dikunjungi atau belum. Tapi melihat sorot mata Rindu yang sangat berharap membuat Bellia tak tega. Sehingga dengan sedikit keterpaksaan ia mengangguk.

Rindu dengan diantar seorang pelayan berjalan ke arah tangga. Rindu memilih menaiki tangga dibanding lift, mengingat kamar Pandu hanya terletak dilantai 2.

Rindu sampai disebuah pintu berwarna hitam mengkilat. Didepannya terdapat tulisan 'Mr. Pandu'. Pelayan yang tadi menemani Rindu sudah lebih dulu pamit undur diri.

Ragu-ragu Rindu meraih gagang pintu didepannya. Terdapat sebuah kunci otomatis yang sudah di non-aktifkan oleh orang tua Pandu.

Harum maskulin khas laki-laki langsung menyambut indra penciuman Rindu sesaat melangkah ke dalam kamar bernuansa monoton itu. Tak ada berantakan yang menjadi khas remaja anak laki-laki. Semuanya rapi dan teratur.

MILLIONS [PANDU RINDU] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang