10

837 32 0
                                    

"Lo masih dimana? Gue nunggu didepan sama si Sean." Terdengar suara Virga di telepon sedang marah marah kepadaku.

"Sabar ya elah bentar lagi gue nyampe tunggu 3 menit lagi." Aku mematikan telfon itu dan berlari menuju parkiran. Terlihat Virga sedang berkacak pinggang melihatku dan Arsean yang setia dengan smartphone ditangannya.

"heheh marah marah mulu lo. Nih bantuin gue masukin tas."

"ogah."

"ihhh Virga cepet berat tau." Virga membawa tas yang ada ditanganku untuk disimpan di kursi belakang. Sementara aku langsung duduk di bagian tengah mobil karena kursi samping supir diduduki oleh Arsean. Virga masuk ke dalam mobil dan menutup pintu dengan keras.

"EDAN!!"

"MONYET LU!!" Aku dan Arsean berteriak karena kaget sementara Virga menatap kita aneh. Bego dasar.

"Apaan sih lo nutup pintu keras keras kaget gue." Ucap Arsean.

"hehe sorry sorry tadi gue kelepasan hahah. Kalem dong mukanya." virga mulai menyalakan mobilnya.

"Ana?" virga memanggil namaku.

"Paan?" balasku lemas.

"gimana acaranya? Lancar?" tanya Arsean.

"Gue duluan yang mau nanya itu bego." ucap Virga sambil menonyor pelan kepala Arsean.

"hehe sorry sorry tadi gue kelepasan." canda Arsean.

"udah berisikkkkk. Acaranya lancar sampe beres ko." jawabku.

"oh iya virga beliin gue syal lagi dong yang kaya kemarin hehe." ucapku pelan.

"kenapa emang? Syalnya ilang? Rusak?" tanya Virga. Semoga dia enggak marah.

"syalnya kena darah hehe."

"APA?!" Virga dan Arsean berbicara berbarengan dan mobilpun diberhentikan. Mereka berdua melihat kearahku dengan tatapan khawatir.

"Lo luka?"

"ada yang sakit?"

"kenapa bisa berdarah?"

"sekarang kamu enggak pa pa kan?"

"siapa yang bikin lo berderah?"

"orangnya bakal aku datengin!"

"STOPPPP." Ucapku sambil mengangkat kedua tanganku.

"bukan gue yang luka." ucapku sambil melihat ke arah virga.

"aku enggak pa pa ko cean." ucapku kepada Arsean.

"Ada ade kelas yang mimisan. Enggak ada apa apa kan. Yaudah gue bersiin sama syal. Maaf yah ga heheh." mereka berdua membuang napas kasar.

"gue kira lo kenapa napa. Nanti gue beliin lagi yah." ucap virga sambil mengelus kepala ku dan berbalik untuk menjalankan mobilnya lagi.

"siapa yang sakit?" sekarang gantian arsean yang mengelus kepalaku.

"ade kelas cowo namanya Anggara." ucapku.

"ohh yaudah. Mau makan dulu atau langsung pulang?" tanya Arsean.

"pengen makan." balasku cepat.

"pulang dulu aja. Badan lo bau. Pasti belum mandi."

"ihhh enggak bau ko." aku menjitak kepala arsean pelan.

"kan biasanya yang camping gitu enggak mandi." balasnya polos.

"tapi gue mandi."

"udah udah." ucap Arsean memotong pembicaraan kita berdua.

"Laperrrr."

"yaudah sekarang kerumah gue aja. Mama gue udah masak ko." Tawar Virga.

"eh malu dong."

"sejak kapan kamu punya malu" ceplos Arsean.

"heheh yaudah ayo. Gue kangen sama mamah lulu." ucapku semangat. Kita bertiga menuju ke rumah Virga untuk? Makannn yeeee. Karena jarak yang memang dekat enggak LDRan ke hati aku, kita pun sampai dengan selamat. Cuma tadi aja enggak sengaja mau nabrak mobil angkot hehe.

"assalamualaikum warohmatullahi wabarakatu." virga masuk sambil mengucapkan salam.

"lu salam kaya yang mau ceramah. Teriak teriak lagi." ucap Arsean.

Mama Lulu datang dari dapur sambil berlari. Aku dan yang lainnya menatap mamah lulu heran. Karena melihat mama lulu merentangkan tangannya Virga pun ikut merentangkan tangannya bersiap siap untuk memeluk. Dan ternyata mama lulu memelukku dan Arsean bukan memeluk Virga. Virga memutarkan bola matanya kesal.

"mama apaan sihh. Lari, ngerentangin tangan kirain mau meluk Virga. Kan Virga gendok." Ucap Virga mengeluh.

"eh maaf kamu siapa yah?" Tanya mama lulu polos.

"Pernah sakit tapi tak pernah sesakit ini." virga bernyanyi sambil menyentuh dadanya seperti merasakan sakit yang mendalam.

"hadeuh-hadeuh hahah. udah udahhh kamu tuh berisik banget. Yaudah yuwana sayang sama Arsean langsung duduk di meja makan. Mama tau kalian lapar kan? Virga panggilin papa di kamar yah." mama lulu menarikku dan Arsean menuju tempat makan. Tau aja aku udah lapar.

"bagian anak aslinya disuruh. Hadeuhhh." virga menggerutu tidak jelas menuju kamar mama lulu dan suaminya. aku mengangguk lalu berjalan beriringan dengan arsean dan mama lulu mamanya virga.

"hehhe makasih mah. Tau aja yuwana laper. Oh iya maaf enggak bales chat dari mama yah soalnya hpnya abis batre. Aku buka chatnya tadi di mobil." ucapku dengan nada sedih.

"iya enggak pa pa. Yang pasti kamu baik baik aja." aku tersenyum dan langsung memeluk mama lulu, seperti ibu kandungku sendiri.

Walaupun aku baru dekat dengan mama lulu tapi kita berasa seperti ibu dan anak. Kita juga sering bertukar pesan dan pernah beberapa kali mama lulu menelponku. Bukan denganku saja tapi sama halnya dengan Arsean. Mama lulu memang ibu yang baik.

"wahhh ada yuwana sama Arsean ternyata. Cape yah?" aku dan Arsean langsung berdiri dan menyalami pa dani.

"enggak cape ko pa hehe."

"boong pa. Tadi bilang cape bangettt, laperrrr. Manjahhhh dasar." sanggah virga.

"virga yang boong pa. Tanyain aja sama Arsean aku enggak ngeluh ko." aku langsung memberikan kode kepada Arsean agar mengiyakan kata kata ku.

"ngapain kamu gitu ekspresinya? Udah jelek. Makin jelek." aku mengembungkan pipiku kesal karena Arsean tidak peka apa dengan yang aku lakukan.

"harusnya kamu ngomong iyaa ceannnn." aku menghentakkan kakiku kesal.

"hahha udah udah duduk kita makan yah." pa dani langsung mengajak kami untuk makan.

"wahhhhhh." Aku, Virga dan Arsean mengucapkan kata itu bersama. Karena makanan yang ada di meja makan sangat banyak. Dikira mau hajatan nih hahah.

"banyak banget mah." Arsean menyeletuk karena melihat banyak makanan dimeja.

"enggak pa pa biar bisa kalian bawa kerumah."

"kalau sean sih enggak usah mah. Biar Yuwana aja, kan dia doyan makan haha." sindir Arsean.

"boong ma." sanggah ku.

"badan gede gitu yakin makan sedikit?" aku langsung memelototi Virga yang menyebutku gendut.

"udahhh kalian tuh berantem terus. sampe pusing liatnya." pa dani menengahi perdebatan kita.

Kita makan dengan tenang. Belum lagi makanan buatan mama lulu yang enak dan juga diisi obrolan singkat keluarga. Kita seperti keluarga sungguhan. Sumpah aku rindu suasana ini. Bahkan aku sudah lupa terakhir kali aku dan keluargaku makan bersama atau setidaknya makan bersama ayah tidak pernah. Aku bahagia. Sangat bahagia.

Aku menatap Arsean sedih. Dia pasti mengerti maksudku. Dia langsung mengusap rambutku hangat dan tersenyum seolah berkata 'semua baik baik saja, terus tersenyum.'

BAD BOY VS KETUA MPK (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang