Viny POV
"Ok! CUT!"
Aku berjalan kembali ke bangku yang telah tersedia di lokasi syuting. Tunggu, syuting? Ya, aku seorang artis terkenal dan telah membintangi sejumlah sinetron dan juga film layar lebar. Kata-kata diatas sudah sering kudengar.
"Nih Vin, minum dulu." Aku melihat orang tersebut dan mengambil minuman yang disodorkan padaku, "Thanks, Cha!"
Setelah itu, mataku kembali terfokus ke naskah yang ada di tanganku. Kudengar helaan napas berat dari Acha saat dia menjatuhkan duduknya disampingku. Tanpa mengalihkan pandanganku dari naskah, aku bertanya pada Acha, "Kenapa lo?"
"Tau nih badan pegel dari kemarin." Jawabnya.
"Udah tua kali yak? Makanya cepet pegel." Ledekku padanya diiringi kekehanku.
Acha menonjok pelan lenganku, "Tua, tua! Nyadar diri oi! Lo juga tua!"
Suara tawa yang nyaring langsung pecah dari mulutku saat aku berhasil membuat kesal asisten serta sahabatku ini.
"Vin, lagi sibuk ga?" Aku menghentikan tawaku dan melihat ke pemilik suara tersebut, "Ada apa, Gre?"
Gracia, gadis yang menjadi lawan mainku di film layar lebar kali ini. Kuakui dia cantik. Tapi, dia belum termasuk tipe cewek idaman aku.
"Uhmm... Gue mau ngomong sama lo." Jawabnya.
Aku melihat jam tanganku sejenak lalu memberi tanda lima menit padanya, "Lo punya waktu lima menit sebelum kita melanjutkan syuting lagi."
Gracia menarik nafasnya kemudian menatap serius padaku, "Vin, gue--"
"Ayo! Lanjut syutingnya!" Seruan sutradara menghentikan ucapan Gracia yang baru akan keluar dari mulutnya.
"Sorry, Gre. Kita lanjut syuting. Nanti baru diomongin lagi." Ucapku padanya.
Tanpa memperdulikan dia, aku berjalan melewatinya dan kembali berakting di depan kamera seperti biasanya.
***
Shani POV
Aku, Shani Indira. Aku seorang mahasiswi semester akhir di sebuah kampus swasta terkenal di Jakarta. Diriku mengagumi sosok Viny, artis yang baru-baru ini naik daun akibat film yang diperankan olehnya.
Seperti saat ini, aku sedang mengecek salah satu aplikasi sosial mediaku untuk sekedar melihat update dari dirinya.
"Woi! Dicariin dari tadi ternyata disini lo?" Aku melihat ke sang pemilik suara, "Napa lo nyariin gue? Kangen?"
"Idih! Amit-amit gue kangenin lo! Mending gue kangenin Viny." Aku tertawa mendengar celetukan Natalia, sahabatku.
"Lo udah makan?" Natalia menggeleng, "Sudah gue duga. Pesen gih!"
"Tumben lo ngomong gitu." Natalia mendelik, "Lo mau nraktir?"
Tangan kananku terangkat dan menoyor kepala Natalia, "Enak aja lo! Ga ya! Lo bayar sendiri sono. Mana uang jajan lo lebih banyak dari gue kan?"
"Sakit, bego!" Natalia mengusap-ngusap kepalanya, "Becanda padahal. Sewot amat nih Ibu-ibu."
Aku menggelengkan kepalaku saat Natalia beranjak untuk memesan makanan. Sementara aku? Aku kembali memandang sosial mediaku tentunya.