15

924 103 1
                                    

Shani dan Natalia berjalan ke arah halte di sekitar kampus mereka. Hari ini, mereka kembali pulang bersama setelah mereka tidak berangkat bersamaan tadi. Keduanya tampak terlibat dalam obrolan seru, atau lebih tepatnya, Natalialah yang sedari tadi penasaran bertanya pada Shani.

"Shan, jawab ish!" Rengek Natalia karena sedari tadi, Shani tidak ingin menjawab pertanyaannya.

Shani menatap Natalia dan memberikan senyumannya, "Lo liat senyum dan wajah gue. Disitu lo pasti akan nemuin jawabannya."

Natalia mengerutkan keningnya bingung dengan kalimat yang diucapkan oleh Shani. Tapi, dia tetap menuruti ucapan Shani. Ditatapnya wajah Shani yang menunjukkan jawabannya disana. Sesaat kemudian, Natalia tersenyum.

"Gue tau." Natalia menjentikkan jarinya, "Pasti lo nerima kak Viny kan?"

Shani memutar malas bola matanya dan memalingkan wajahnya dari Natalia. Natalia kembali mendengus saat Shani mengalihkan tatapannya. Lagi, dia merajuk pada Shani untuk meminta jawaban darinya. Shani yang kesal pun akhirnya kembali menatap Natalia, "Senyum dan ekspresi gue cukup membuktikan kalo gue menolak kak Viny."

Natalia membelalakkan matanya, tak menyangka dengan jawaban yang terlontar dari mulut Shani. Shani menolak Viny, dan itu sungguh tidak dapat diterima oleh Natalia. Tangan kanannya terangkat dan menoyor kepala Shani. Shani meringis ketika merasakan sakit pada bagian kepalanya. Ditatapnya Natalia dengan tatapan tajam yang bertanya.

"Bego ya lo!" Natalia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Lo nolak kak Viny yang udah susah payah nembak lo. Payah!"

Shani berdecak atas cibiran Natalia. Tangannya merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya lalu mulai memainkannya. Natalia mendesah pelan. Tak lama kemudian, dia tersenyum penuh arti. Ternyata Shani memang tidak sebodoh yang dia kira. Dan dia rela menunggu kak Viny hingga dia pensiun dari dunia entertain.

"Gue bangga sama lo." Natalia menepuk pelan pundak Shani, "Ternyata lo ga sebodoh yang gue kira."

Shani tersenyum simpul, lalu kembali menatap Natalia, "Gue kan udah pernah bilang sama lo."

Natalia mengangguk, kemudian tertawa yang diikuti oleh Shani. Mereka berdua sampai dipandang oleh orang-orang yang sedang berada di halte.

***

Viny menghempaskan tubuhnya di kursi santai lokasi syuting. Helaan nafas lelah lolos dari mulutnya. Hari ini cuaca begitu terik. Keringat yang mengalir semakin membasahi wajah Viny. Acha yang bertindak sebagai asistennya mengambil inisiatif untuk mengusap wajah Viny dengan tissue yang dibawanya. Tangan Viny terjulur mengambil air mineral dan meminumnya seteguk.

"Baju lo basah banget, Vin." Acha menatap baju Viny yang basah akibat keringatnya.

Viny juga ikut menatap ke arah bajunya sejenak, lalu mengalihkan tatapannya pada Acha, "Panas, Cha. Wajar gue keringetan sampe basah gini."

Acha menyimpan tissuenya ke dalam tas, kemudian dia meraih kipas batere yang dibawanya. Acha berdecak saat kipas batere tersebut ternyata mati dan dia lupa mengisi daya dari kipas tersebut. Dia menyimpan kembali kipas tersebut, lalu berdiri dan beranjak meninggalkan Viny yang kebingungan atas sikapnya.

Mata Acha berbinar saat dia melihat salah satu dari artis yang ada di sana memegang kipas tangan. Dia pun menghampiri artis tersebut, "Uhmm maaf, apakah anda punya dua kipas tangan?"

Artis tersebut menatap Acha, kemudian tersenyum dan mengangguk. Dia melipat kipas tangannya tersebut dan menyerahkannya kepada asistennya. Lalu, tangannya merogoh tasnya dan mengambil kipas tangan lainnya.

Flower of Love(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang