20

791 92 1
                                    

Gracia menghela nafasnya saat dia menghempaskan dirinya di kursi mobilnya. Sisca yang berada di kursi kemudi hanya bisa meggeleng melihat kelakuan artisnya. Sisca telah bertekad untuk menghilangkan perasaannya pada Gracia. Meskipun masih ada rasa tidak rela dalam diri Sisca untuk melepaskan Gracia, tapi dia harus mencobanya.

"Anterin gue pulang. Gue mau istirahat." Ucap Gracia tanpa basa basi.

"Yakin pulang? Ga mau singgah ke kafe dulu?" Tanya Sisca.

Gracia mendengus, "Ga! Anterin gue pulang sekarang, atau gue pecat lo jadi manajer gue."

Sisca akhirnya mengangguk dan segera menjalankan mobil Gracia untuk pulang ke rumah.

Sepanjang perjalanan, Sisca hanya diam dan fokus pada jalanan. Sementara Gracia, dia hanya mengutak atik ponselnya. Sesekali, dia mendengus saat memikirkan kalimat yang dilontarkan oleh Shani tadi. Kalimat yang dilontarkan Shani seolah menjadi tamparan keras baginya.

"Kenapa gue ga bisa ngelawan lagi sih tadi?" Batinnya.

"Ngapain sih?" Gracia menatap Sisca sejenak, "Diem dan nyetir! Ga usah kepo!"

Sisca mengangguk, "Ok, gue diem."

Kembali, keheningan terjadi di dalam mobil Gracia. Sebenarnya Gracia telah mengirimkan pesan pada Viny, menanyakan kabarnya di Singapura. Tapi, Viny mengabaikan chatnya. Ini yang membuat Gracia kesal. Viny lebih banyak mengabaikan chatnya. Viny juga lebih banyak chat dia hanya karena masalah pekerjaan.

"Anggurin aja trus chat dari aku." Gumam Gracia tanpa sadar.

Sisca yang mendengar gerutuan Gracia hanya bisa tersenyum miring. Teringat bagaimana chat dari Sisca yang notabene adalah manajer Gracia juga sering dianggurin.

"Mungkin, ini karma buat lo karena sering anggurin chat gue." Batin Sisca.

"Ya, mungkin dia lagi sibuk aja kali, Gre." Balas Sisca tanpa mengalihkan fokusnya pada jalanan.

Gracia menatap tajam pada Sisca, "Gue bilang, lo diem! Mau gue pecat lo?!"

CKIT!

Sisca menghentikan mobil Gracia di tepi jalan. Dia membalas tatapan tajam Gracia dan tersenyum miring, "Sudah cukup gue sama sifat lo selama ini, Gre!"

Gracia mengernyitkan keningnya, "Maksud lo apa?! Lo udah bosen kerja, hah?!"

"Iya, gue udah bosen kerja sama lo! Gue juga udah bosen mendem perasaan ini buat lo!" Jawab Sisca sengit.

"Perasaan?" Gracia semakin mengernyitkan keningnya, "Lo punya perasaan sama gue?"

Sisca mengangguk, "Bahkan, lo ga pernah anggap perasaan gue! Dan lo juga ga pernah nganggep gue yang selalu ada buat lo! Bagi lo, gue ini cuma babu yang selalu siaga buat lo!"

Gracia tersentak. Ini kali pertama dia melihat kemarahan besar dari Sisca. Dan dia baru mengetahui bahwa Sisca menyimpan perasaan untuknya.

"Gue ga nyangka lo bisa mendem perasaan lo ke gue." Gracia menggeleng, "Harusnya lo pikir status lo!"

"Gue cukup tau dan sadar diri siapa gue." Suara Sisca mulai terdengar lirih, "Gue ini cuma manajer lo. Gue ga selevel sama lo."

"Bagus, kalo lo tau." Gracia memalingkan wajahnya dari Sisca, "Sekarang, jalankan mobilnya."

Sisca menggeleng, "Ga! Mulai sekarang, gue bukan lagi manajer lo!"

Setelah berkata demikian, Sisca pun keluar dari mobil Gracia. Sementara Gracia, dia terlihat tidak peduli. Dia bahkan tidak berusaha untuk mengejar Sisca yang tampak telah berjalan jauh.

Flower of Love(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang