Viny menjatuhkan duduknya ke kursi santai yang ada di lokasi syuting sinetron. Tangan kanannya terangkat untuk memijit kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut. Dia memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan rasa denyut di kepalanya.
"Lo gapapa kan, Vin?" Viny membuka matanya dan menatap ke pemilik suara tersebut kemudian menggelengkan kepalanya, "Gue gapapa, Cha."
"Yakin? Muka lo pucet banget lho, Vin." Acha bertanya sekali lagi untuk memastikan.
Viny mengangguk, "Kenapa sih? Emang keliatan banget ya kalo muka gue pucet?"
"Iya, Vin. Keliatan banget." Acha mengangkat tangan kanannya dan menaruhnya ke kening Viny. Sesaat kemudian, dia terkejut saat merasakan kening Viny yang begitu panas, pertanda dia sedang demam.
"Lo demam, Vin." Ucap Acha kemudian.
"Masa?" Viny memegang sendiri keningnya, "Ga ah! Perasaan lo aja kali."
Acha berdecak pelan, kemudian kembali menatap Viny, "Mendingan lo pulang, terus istirahat deh. Biar gue izin sama sutradaranya."
Baru saja Acha hendak melangkah, gerakannya terhenti akibat tangannya yang ditahan oleh Viny. Dia menghela nafasnya, kemudian berbalik menatap Viny, "Jangan paksain diri lo kenapa sih, Vin! Sekali-sekali, nurut sama gue."
Viny mengerutkan keningnya saat Acha berbicara padanya dengan nada tinggi.
"Lo kenapa sih, Cha?" Viny berdiri dari kursinya, "Kok lo jadi ngegas gini ngomongnya?"
"Gimana gue ga ngegas? Lo itu lagi sakit, Vin. Dan lo terus maksain diri lo tanpa mau dengerin nasehat gue!" Ucap Acha.
Viny menghela nafasnya. Dia tahu bahwa Acha sangat mengkhawatirkan dirinya. Tapi, apakah Acha terlalu berlebihan? Viny masih bisa kok lanjut syuting. Lagian syutingnya hanya tinggal sekali take selesai.
Kedua tangan Viny terangkat dan memegang pundak Acha. Dia tersenyum manis pada Acha, kemudian berkata, "Gue masih bisa, ok. Lo ga perlu khawatir." Viny menjeda kalimatnya, "Kalo gue udah ga sanggup, gue bakal berhenti dan istirahat."
Mendengar ucapan yang tulus dari mulut Viny, membuat Acha sedikit tenang. Dia pun menyodorkan sebotol air mineral pada Viny. Viny menerima botol air mineral tersebut dan meneguk isinya sampai habis. Bersamaan dengan itu, Viny pun melanjutkan kembali syutingnya.
***
Natalia mengerutkan keningnya saat melihat sahabatnya tersenyum-senyum sendiri melihat ponselnya. Helaan nafas kasar lolos dari mulutnya saat melihat tingkah sahabatnya itu.
"Kenapa sih lo?" Tanya Natalia penasaran.
Shani melirik Natalia sebentar, kemudian kembali menatap ponselnya. Pertanyaan Natalia dicueki begitu saja olehnya. Tidak ada niatan sedikitpun baginya untuk menjawab pertanyaan dari Natalia.
Karena kesal, Natalia pun merebut ponsel Shani. Dia mendengus sebal ketika lagi-lagi, Shani menatap foto Viny sambil tersenyum-senyum sendiri. Sementara Shani terus berusaha merebut ponselnya dari tangan Natalia yang terus menghindar.
"Gue heran deh sama lo." Natalia menjeda kalimatnya dan memperlihatkan salah satu foto Viny di aplikasi sosial media Shani, "Liat ginian aja lo bisa senyum-senyum kayak orang gila?"
"Bacot ah! Kembaliin ponsel gue!" Balas Shani yang masih berusaha merebut ponselnya dari tangan Natalia.
"Ga!" Natalia menyimpan ponsel Shani ke dalam tasnya, kemudian menatap Shani, "Lo itu udah fanatik tingkat akut tau ga?"
Shani mendengus sebal. Jika sudah gini, hilanglah moodnya. Natalia kembali menghela nafasnya, kemudian merogoh tasnya untuk mengambil ponsel Shani dan dikembalikan kepada pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower of Love(Completed)
Fiksi PenggemarKetika CINTA datang tanpa mengenal WAKTU