Teman Masa Kecilku

4.1K 163 0
                                    

Aku selesai mengerjakan shalat sunnah 2 rakaat, aku melihat kedepan, laki-laki itu masih khusyuk dengan shalatnya. Akupun bergegas keluar dari masjid dan mempercepat langkahku menuju rumah.

"Assalamualaikum" Ujarku dengan napas terputus-putus saat tiba dirumah.

"Waalaikumusalam" Bapak menjawab salamku, dia masih asyik menonton Tv dengan gaya yang sama. Tidur terlentang di atas sofa depan TV. Pemandangan setiap hari yang disajikan didepan mataku selepas pulang masjid.

Aku langsung menuju dapur, saat mukenahku sudah kulepaskan. Disana ibu sudah sibuk memotong-motong sayur kangkung untuk ditumis. Aku tdk melihat Dinda disana. Mungkin dia tidur dikamarnya? Dia memang paling malas kalau di suruh ke dapur.

"Sya, goreng ikannya dong" Pinta ibu saat menyadari kehadiranku.

Tanpa berkata apapun, aku langsung mendekati kompor dan mulai menggoreng ikan yang sudah dilumuri dengan terigu beserta bumbu itu.

Sambil menunggu ikannya masak, aku mendekati ibu yang masih memotong sayurnya diatas meja makan.

"Aku potong bawangnya yah bu? " Ujar ku menawarkan bantuan.

"Hm" Jawabnya."Oyah, Adam datang yah?" Tanya Ibu, tiba2 membuatku sedikit terkejut mendengar nama itu

" Adam?" Ujarku Pura2 tidak tahu.

"Iya, yang jadi imam dimasjid tadi siapa? Itu suara Adamkan?"Tanya Ibu terlihat penasaran. Karena jarak rumah dgn masjid sangat dekat jadi kita bisa mendengar jelas suara Imam saat shalat.

"Mungkin saja, itu dia" Jawabku seolah tdk tahu.

"Loh.. Kan kamu yang shalat dimasjid, kok engga tahu sih?"

"Masya engga perhatiin bu, shaf kami kan dipisah" Jawabku berbohong padahal aku melihat jelas pria itu tadi.

"Ibu yakin itu suara dia, tapi makin merdu aja yah suaranya? Ibu jadi betah dengar suara dia ngaji" Ujar Ibu

Aku mengiyakan dalam hati, tidak dipungkiri suara teman kecilku yang satu itu memang patut diacungi jempol.

"Tapi bukannya dia lagi kuliah di Mesir yah, bu?" Tanyaku sedikit penasaran kali aja ibu tahu tentang pria itu. Aku pernah dengar dari ibu kalau dia lolos masuk di untuk Universitas Cairo.

"Mungkin saja dia lagi libur" Jawab ibu. "Kamu tuh yang seharusnya lebih tahu tentang dia, bukankah kalian berteman?"

Aku berdiri dari tempat duduk ku untuk melihat ikanku yang ku goreng tadi.

"Aku sudah tidak berhubungan lagi dengannya bu, ibu kan tau dia dikirim ke pesantren setelah tamat SMP" Jawab ku sambil membalik ikan yang ku goreng tadi.

"Tapi diakan biasanya pulang kesini, ibu lihat beberapa kali kamu bicara sama dia waktu itu" Ibu terlihat menyelidiki

"Itu waktu masih dia dipesantren , tapi setelah di Mesir kami sudah tidak bertemu lagi" Jelasku.

Yah,laki-laki yang ku temui di masjid itu Adam, temanku sejak SD, dia kakak kelasku, setahun lebih tua dariku tapi kami sering berangkat kesekolah dan bermain bersama karena kami tinggal sekampung, rumah kami hanya beda lorong

Aku sering kerumahnya waktu duduk di bangku SD, Abah dan umminya seorang hafidz Qur'an, Uminyalah yang mengajariku mengaji. Mereka dikenal sebagai keluarga yang Qur'ani, saudaranya semua hafidz dan beberapa kakaknya lulusan Cairo. Meraka juga keluarga yang cukup terpandang di kampung kami. Terkadang aku iri dengannya.

"Kalau begitu, ajak dia kerumah atau kamu yang kerumahnya, uminya pasti senang lihat kamu lagi" Ujar Ibu lagi malah bersemangat membahas teman kecilku itu.

"Aku malu bu, Adam yang sekarang bukan Adam yang dulu, sekarang dia sudah jadi hafidz, sekolah di Mesir, pasti makin paham agama, Masya gak selevel bu" Ujarku iri sambil meletakkan ikan goreng yang sudah matang itu diatas meja makan.

"Ibukan cuman suruh kamu bertamu kerumahnya, bukan nyuruh kalian nikah, kenapa harus pake selevel engga selevel segala kalau cuman bertamu, lagian kan kalian temen dekat, apa salahnya sih?" Ujar Ibu

Aku terdiam sejenak merenungi kata-kataku lalu tertawa kecil. Ibu melirikku sejenak.

"Sudahlah bu', aku dan Adam sudah sama-sama dewasa, sudah gak boleh terlalu akrab seperti waktu kecil, engga enak loh kalau masih sering ketemuan, cukup dia jadi teman kecil Masya aja yah?" Ujarku.

"Terserah kamu saja lah" Ujar Ibu terdengar tidak setuju.

Ibu terbilang akrab sama Adam waktu kecil dulu, dia anak yang penurut tapi semenjak di Mesir kami benar-benar putus kontak. Tapi yang paling penting kita sudah sama-sama paham tentang batasan interaksi kami jadi kami berusaha menjaga jarak.

Cinta Diam Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang