Menaruh Hati

2.2K 102 2
                                    

Hari H

Aku mendengar dengan khusyuk suara pria yang sedang membaca lantunan ayat-ayat Allah itu. Benar-benar menyentuh bahkan membuatku sampai merinding.

Aku tidak pernah menyangka kalau Adam tergabung kedalam LDK yang sama denganku. Itu membuatku sedikit terkejut. Engga salah sih, memang ada beberapa mahasiswa Al-azhar yang datang. Ah, kenapa aku sampai lupa kalau sahabat kecilku itu alumni Mesir.

"Kak Masya kenapa senyum-senyum?" Mirza menatapku curiga saat Adam menyudahi bacaan Qur'annya.

"Ah? Engga, aku hanya tersentuh dengar bacaannya Adam" alasanku.

"Bukannya kakak hampir setiap hari dengar suaranya?" Tanya Mirza, aku sudah menjelaskan tentang Adam padanya. Dia sedikit penasaran saat dia tersentuh mendengar suara lelaki itu melantungkan ayat suci alquran pada saat gladi kemarin.

"Iya sih dan setiap itu aku merasa merinding" Ujarku tulus.

Mirza memicingkan matanya. " Aku perhatikan kakak kelihatan aneh deh sejak ketemu Adam kemarin" Mirza terdengar menyelidiki.

"Oh yah?" Tanyaku kikuk.

Emang kelihatan banget yah? Tanyaku kali ini dalam diam.

"Oh, ak-u, aku engga ngerasa gitu kok, aku cuman ngerasa tersentuh aja dengar suaranya, beneran" 

"Oh" Mirza menggangguk tapi raut wajahnya memperlihatkan rasa tidak puas dengan penjelasanku.

"Eh..Itu, Ust. Ridwan udah mau ceramah" Ujarku saat nama Ust. Ridwan disebut oleh MC untuk membawakan ceramah pertama. Aku mencari alasan untuk mengganti topik.

Dan rangkaian acara selesai satu demi satu dengan begitu menyenangkan hingga Mirza lupa dengan pembahasan kami.

Skip.

4.00

Kami bersiap untuk kembali kerumah Ust. Khadijah setelah acara selesai. Kami akan beristirahat disana dan akan kembali ke Jakarta besok pagi. Ada juga rombongan yang memutuskan untuk langsung kembali pulang. Tapi mengingat perjalanan kami cukup jauh jadi kami perlu badan yang fit untuk menempuh perjalanan.

"Ayo kita balik" Ajak mbak Dewi setelah dia memutuskan telpon yang baru saja dia jawab. Aku rasa itu telpon dari Ust. Ridwan yang mungkin sudah menunggu di depan. 

Kamipun berjalan menuju tempat dimana Ust. Ridwan memarkirkan mobilnya dan sontak aku kembali dibuat terkejut oleh kehadiran pria yang berhasil membuatku terlihat aneh dimata Mirza sejak kemarin. Itu Adam, pria itu tengah berbincang dengan Ust. Ridwan disamping mobil.

"Mereka saling kenal?"  Batinku.

"Loh.. bukannya dia itu yang tilawah tadi yah?" Bisik Nur pada Kiki tapi aku bisa mendengarnya.

Mirza melirikku sejenak. Dia sepertinya benar-benar menaruh rasa curiga padaku.

"Assalamualaikum" Mbak Dewi memberi salam kepada kedua pria yang terlihat serius mengobrol tersebut. Mereka sontak mengalihkan padanganya ke arah kami sambil menjawab salam. Adam yang lansung melihat kearahku tampak terkejut.

"Masya?!"

Semua mata langsung tertujuh padaku saat Adam menyebut namaku. Padangan yang seolah meminta penjelasan kenapa Adam bisa tahu namaku.

"Hai Dam" Sapaku pada Adam. Dia hanya tersenyum dengan pandangan tdk percaya menatapku. Jangan bilang ini untuk pertama kalinya dia melihatku disini, padahal sudah sejak kemarin aku melihatnya.

"Kalian saling kenal?" Tanya Ust. Ridwan. Sepertinya beliau juga terkejut.

"Iya ustdaz kami teman satu sekolah dulu" Jelas Adam mendahuluiku.

Cinta Diam Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang