Cerita Masa Lalu

2.2K 94 2
                                    

Acara baru saja selesai setelah jam menunjukkan pukul 11 malam. Masya memasuki kamarnya. Dia sudah begitu rindu dengan kasur mickey mousenya.

Dia membuka pintu dan mendapati Dinda duduk dikursi belajar sambil mengetik diatas papan keyboard laptopnya.

Dinda tidur dikamar Masya malam ini karena Tio menggunakan kamarnya.

"Kamu belum tidur?" Tanya Masya setelah berhasil menutup pintu kamarnya kembali lalu berjalan menuju tempat tidurnya.

"Masih ada tugas kuliah" Jawab Mirza tanpa menoleh melihat kakaknya yang sudah berbaring dibelakangnya saat ini.

"Kamu banyak berbubah sekarang" Masya mulai memejamkan matanya.

"Rugi kita hidup didunia kalau kita tidak berusaha merubah hidup kita jadi lebih baik, Bukannya kakak pernah bilang begitu?" Ujar Dinda sambil matanya fokus pada layar laptopnya.

Masya tersenyum tipis mendengar ucapan Dinda dengan mata yang masih terpejam.

"Ingatanmu kuat juga" Ujar Masya yang sudah hampir kehilangan kesadarannya.

Dinda terdiam sejenak menghentikan tangannya dari kegiatannya.

"Akh, semua orang memiliki hak untuk berubah menjadi lebih baik kan? Seburuk apapun masa lalunya" Tutur Dinda tulus membuat Masya merasa tersentuh hingga memaksanya untuk  membuka mata.

"Tentu saja" Masya menatap punggung Dinda dengan senyum tipis. Masya senang melihat perubahan adiknya itu sekarang. Dia harus bersyukur karena masalah yang sudah berhasil  menguras air mata keluarganya itu menjadi titik balik Dinda memperbaiki kesalahannya.

"Allah itu maha pengampun Din" Lanjutnya.

Dinda hanya terdiam merenungi kalimat yang baru saja Masya lontarkan sambil melanjutkan kegiatan ketik mengetiknya.

Masya menatap punggung adiknya itu sendu.

"Kamu beneran mau balik besok?" Tanyanya membuat Dinda membalikkan badan menghadapnya.

"Hm, iya" Jawabnya berat sambil mengangguk pelan.

"Padahal aku masih mau cerita banyak sama kamu"

"Aku akan datang saat libur" Ujar Dinda

"Itu masih lama Din, lagian ibu masih rindu sama kamu"

"Bukannya kakak mau nikah dalam waktu dekat ini? aku akan datang saat kamu menikah" Tutur Dinda terdengar menggoda.

"Siapa yang bilang?" Masya sedikit kesal. Dia terganggu dengan pernyataan itu.

"Aku dengar ibu cariin kamu jodoh"

"Iya sih tp belum tentu nikahkan?" Masya menatap langit langit kamarnya kali ini.

"Bang Tio juga dulu gitu, sehabis wisuda langsung disuruh nikah sama ibu sekarang kakak juga dipaksa nikah tapi untungnya bang Tio punya mbak Tanti, lah.. kamu engga punya orng spesial untuk diajak nikah" Lanjutnya disambut dengan wajah masam dari kakaknya itu.

Dinda terkekeh, dia memutar kembali badannya melanjutkan kegiatannya. Takut akan mendapat amukan dari kakaknya itu.

"Akukan engga pacaran Din, jadi engga punya orang spesial" Jujur Masya.

"Iya deh yang jomblo fisabililllah" Godah Dinda.

"Iya dong"  Bangga Masya disambut tawa geli dari adeknya.

"Kamu tahu engga kak? Kalau bang Tio itu berharap sekali bisa jodohin kamu sama kak Adam?" Tutur Dinda. Masya terdiam sejenak mengingat kejadian saat Tio mencoba menggodanya bersama Adam saat perjalanan pulang mencari Dinda yang kabur dari rumah. Saat itu dia sudah curiga kalau abangnya itu memang berniat menyebut namanya.

Cinta Diam Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang