Dr... Dr.. Dr..
Kurasakan handphoneku bergetar, aku segera mengambilnya dari saku baju Gamis ku.
"Bang Tio" Ujarku lirih saat ku lihat nama bang Tio dilayar handphone.
"Halo, assalamualaikum"
"Waalaikumusalam"Jawab yang disana, yang ternyata ibu.
"Ibu?" Ujarku memastikan.
"Bagimana keadaan bapakmu?" Tanya Ibu.
Bang Tio sudah memberi tahunya ternyata.
"Bapak lagi istirahat bu, ibu tidak usah khawatir, Masya akan jagain bapak" Aku mencoba membuat ibu tenang.
"Hm, iya nak, ibu akan kesana setelah urusan adikmu selesai"
"Bu"
"Iya?"
"Bagimana keadaan Dinda?" Tanyaku ragu.
"Dia masih didalam sel, kita menunggu hasil urin"
"Hasil urin?" Tanyaku terkejut.
Hiks..
Hiks..Ibu tidak langsung menjawab, ku dengar suara isak tangis yang berusaha dia sembunyikan membuatku ikut menangis.
"Dinda, hiks.. tertangkap sedang pesta narkoba. Hiks.. Hiks.."
Deg..
Deg..Badanku kembali lemas, bahkan kabar ini membuatku lebih tekejut dari sebelumnya.
Ya Allah, Dinda.
Marah, khawatir, sedih, buruk semua bercampur jadi satu. Aku tidak bisa menggambarkan perasaanku saat ini.
***
4.00Aku kembali kerungan UGD saat selesai melaksanakan shalat azhar dimasjid Rumah sakit.
Setiba disana. Aku melihat ibu dan Bang Tio sedang duduk didekat bapak berbaring.
"Bang Tio" Aku mempercepat langkahku.
Kedua orang tersebut langsung mengalihkan pandangannya kearahku.
"Kamu dari mana?" Tanya Bang Tio sedikit mengangkat kepalanya untuk melihatku.
"Dari shalat bang" Jawabku. "Dinda dimana bang?" Tanyaku.
"Dia masih dikantor polisi, hasilnya belum keluar jadi dia masih ditahan" Terang Bang Tio.
Aku mengangguk paham. Kualihkan pandanganku melihat ibu yang kembali menyandarkan kepalanya disamping bapak sambil menatap wajah pria itu yang begitu terlelap. Dia begitu terpukul dengan keadaan ini. Aku tahu itu.
"Kenapa bapakmu belum bangun sih Sya?" Tanya ibu sedih. Matanya sudah bengkak karena seharian ini menangis.
"Dia hanya butuh istirahat bu, ibu engga usah khawatir Yah?" Ujarku.
"Apa kata Dokter?" Suara bas milik bang Tio kembali membuatku mengalihkan pandanganku kearah wajah pemilik suara itu.
"Adam bilang bapak hanya sedikit shock, tidak perlu dikhawatirkan" Terangku pada pria yang sedang duduk dihadapanku itu
"Adam mana?" Bang Tio sepertinya baru tersadar akan keberadaan lelaki itu
"Aku menyuruhnya pulang, dia kelihatannya capek bang"
"Kasihan juga anak itu" Aku dengar ibu angkat bicara membuat aku dan Bang Tio mengalihkan pandanganku kearah ibu.
"Iya juga bu, padahal dia bilang mau balik ke Mesir hari ini, tapi sepertinya dia tunda karena masalah ini" Ujar Bang Tio.
"Oyah?" Aku jadi semakin merasa tidak nyaman dengan dia.
"Coba saja Adam itu anak Ibu, pasti sangat bahagia punya anak seperti itu" Ibu mengangkat kepalanya. Aku dan bang Tio saling berpandangan. Entah kenapa ibu tiba-tiba bicara seperti itu. Apakah dia sedang berpikir kalau kami bukan anak yang baik baginya?
"Memangnya ibu engga bahagia punya anak seperti kita?" Tanya Bang Tio
"Ibu bahagia, hanya saja ibu sedang berpikir kalau Adam itu anak ibu" Ibu lalu manarik nafas panjang.
Bang Tio mengangguk paham.
"Dijadiin anak menantu aja bu" Bang Tio menatapku jahil.
Aku refleks memukul lengan kekar milik Bang Tio, membuat pria itu meringis kesakitan. Bagaimana bisa dia bercanda disaat seperti ini.
" Kenapa sih?" Protes bang Tio sambil tertawa kecil membuat ibu ikut tersenyum. Aku lega melihat senyum itu terbit dari wajah murungnya. Seperti pelangi yang datang setelah hujan turun.
Saat itu, kami mendengar suara bapak yang terbangun dari sadarnya.
"Bapak" Aku dan ibu mendekati wajah pucat itu.
"Kalian ribut sekali" Ujar bapak membuat kami tersenyum dengan perasaan lega.
Alhamdulillah, Ya Allah. Lirihku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diam Dalam Doa
RandomCinta yang kusimpan dalam diam kulukiskan dengan doa.. Kisah anak manusia yang memilih mencintai dalam diam untuk menjauhi fitnah. *** Aku menyebut namanya dalam doaku tapi Allah tidak memilih dia sebagai jawaban dari doaku. -Masya- *** Aku memilih...