Merona

3K 126 6
                                    

Happy reading

Masya menatap pulpen dengan karakter mickey mouse itu ditangannya. Dia ingat betul, bahwa dia yang memberikan benda itu pada Adam. Tidak disangka Adam masih menyimpannya padahal itu sudah 9 tahun berlalu. Apa mungkin Adam begitu sangat menyukainya? Marsya menghembuskan nafasnya pelan. Matanya kembali menatap kesamping meja pada tumpukan buku-buku yang tersusun rapi disebuah rak. Seperti sebuah perpustakaan mini disana.

Ada satu hal lagi yang menarik perhatian Marsya saat pertama kali masuk ke ruangan tersebut yaitu lemari dengan kaca transparan yang hampir setinggi dengannya berada tak jauh dari pintu masuk ruangan itu. Tentu bukan lemari itu yang menjadi pusat perhatiannya. Melainkan isinya, yang berupa piagam, trompy, serta mendali emas dan perak yang tersusun dengan rapi didalam lemari yang hampir kesemuanya terbuat dari kaca tersebut.

Itu bukan piagam lomba menyanyi atau trompy lomba sepak bola atau sekedar mendali lomba balap karung. Marsya tentu tahu betul bahwa pria yang kini menjadi suaminya tersebut memiliki kemampuan membaca Qur'an dengan suara yang sangat indah serta tajwid yang benar. Jadi tidak heran jika piala Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat kecamatan hingga tingkat nasional menjadi bahan koleksi pria itu. Akh, rasanya tidak sepadan dengan dirinya yang baru belajar kembali hukum tajwid.

Masya sangat suka rungan itu, tertata rapi dan bersih, tidak seperti kamar pria kebanyakan yang biasanya berantakan.

Yah, Marsya sekarang sedang berada dikamar Adam. Ini bukan pertama kalinya dia masuk kerungan tersebut setelah mereka menikah. Hanya saja dia suka melihat-lihat saat sudah tidak ada pekerjaan rumah sembari menghilangkan kejenuhannya menunggu Adam pulang dari masjid.

Salah satu kegiatannya setalah 3 bulan menikah dengan pria itu adalah pulang balik dari rumahnya ke rumah Adam. Kadang satu pekan dirumahnya kemudian kembali lagi sepekan kerumah mertuanya tersebut.

Bukan tanpa alasan sih mereka melakukan itu. Sebenarnya Adam sudah berniat pindah bersama Marsya ke kesebuah perumahan yang pria itu beli di kota. Tapi ibunya Marsya maupun Uminya Adam belum mengizinkan. Alasannya mereka kesepian dirumah.

Iya juga sih, mengingat Dinda masih tinggal diluar kota sementara semua saudara Adam sudah tinggal bersama pasangan mereka masing-masing dan Ana, adik Adam yang bungsu, udah dikirim kepesantren setalah lulus SD tahun kemaren. Ya sudah, sebagai anak yang baik Adam dan Marsya menurut saja meskipun mereka sedikit kerepotan pulang balik berganti tempat tinggal.

Birrul walidayn.

Cleck..

Marsya segera menaruh pulpen itu ketempatnya semula saat mendengar suara pintu terbuka. Sedetik kemudian Adam muncul dengan seragam solatnya, maksudnya peci, baju kokoh dan sarung.

Marsya bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri pria itu untuk mencium punggung tangannya. Itu sudah menjadi rutinitas Marsya sejak mereka nikah.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumusalam" Jawab Marsya setelah mencium punggung tangan Pria itu.

Adam langsung balas mengecup pucuk kepala Marsya yang tanpa hijab itu dengan singkat. Itu juga sudah menjadi rutinitas Adam selama ini. Tapi hal itu masih saja membuat Marsya merona hingga jantungnya berdegup engga karuan.

Walaupun sudah 3 bulan menikah, Marsya masih saja tersipu malu saat Adam mencium ataupun memeluknya. Pria itu hanya tekekeh dibuatnya.

"Mas engga ada kajian?" Tanya Marsya sambil mengambil sarung dan baju kokoh yang baru saja dilepas oleh Adam. Alih-alih menetralkan raut wajahnya yang masih terasa kaku karena ciuman singkat Adam tadi.

Cinta Diam Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang