Chapter 8

1.7K 63 8
                                    

Setelah insiden dikamar mandi lima hari yang lalu, Tasya di skorsing selama satu minggu dan dikeluarkan dari ekskul teater.

Banyak yang tidak menyangka kalau seorang Tasya Adiavanya memiliki sikap kasar seperti itu. Satu sekolah sudah tahu soal insiden itu. Orang tua Tasya datang ke sekolah dan meminta maaf pada Ersya.

***

Ersya,Neza,Chika,dan Fely kini tengah menggosip tentang Cici. Salah satu anak kelas XI IPS7, yang katanya menyukai kapten futsal SMA Bhakti Pelita. Siapa lagi kalau bukan, Kemal Diestin Saputra. Anak pemilik yayasan SMA Kastriyuda, yang terkenal dingin dan memiliki hati batu.

"Eh, gue denger dari kelas sebelah. Kalo Cici nembak si Kemal kapten futsal di depan umum loh" ucap Fely sambil memakan kuaci yang ia beli di dekat rumahnya.

"Masa sih, terus diterima gak sama Kemal?" tanya Ersya penasaran.

"Ya kali si Kemal nerima cewek sok cantik kek gitu" jawab Chika kesal.

"Sumpah, dia muka tembok banget anjir" ceplos Neza kencang, dan membuat anak anak yang ada di kelas XI IPA1 tertawa.

Namun tawa mereka berhenti, saat orang yang mereka tertawakan masuk ke dalam kelas. Cici berjalan dengan gaya layaknya seorang model. Ersya dan semua anak yang ada didalam kelas bergidik jijik pada Cici dengan gaya sok cantiknya.

"Hm, eh lo Ersya dipanggil Kak Fandi tuh" ujar Cici, sambil mengibaskan rambut keudara.

"Manggil orang yang sopan tolol!" Chika terpancing emosi, ia menatap Cici sengit.

"Kok lo sewot sih!" jawab Cici dengan nada alaynya.

"Sok cantik lo setan! Udah masuk kelas orang kaga sopan, gue gebukin lo njing!" hina Biya sambil melemparkan kertas kearah Cici.

"Kasian berjuang buat si Kemal, tapi kaga dilirik sama sekali!" ceplos Dirga, anak IPA 1 yang paling jijik dan benci terhadap Cici.

"Muka tembok, udah ditolak beberapa kali juga masih aja ngejar ngejar" ejek Windy sambil melempar botol minuman kearah Cici.

"Muka lo itu lebih mirip kaya Cimoy tau gak?!" ucap Vio.

Cici menggeram kesal dan keluar dari kelas XI IPA1 diiringi dengan ejekan ejekan yang pedas. Mungkin Cici menangis? Entahlah.

Ersya berjalan keluar kelas dan mendapati Fandi yang sedang duduk di depan kelasnya.

"Ehm, ada apa Kak?" tanya Ersya dengan wajah yang tertunduk.

"Nih, gue mau lo bacanya pas dirumah" ucap Fandi sambil memberikan amplop hijau berpadu krem, pada Ersya.

"Ehm, oke Kak" Fandi mengacak acak rambut Ersya dan langsung melenggang pergi tanpa mengucap sepatah kata apapun.

***

Jam istirahat kedua sedang berlangsung, jadi tidak salah kalau kantin sangat ramai. Ersya dan ketiga temannya duduk dibangku kantin paling depan. Mereka sudah memesan bakso, namun baksonya tak kunjung datang juga. Chika sudah hilang kesabaran, dia berdiri dan menghampiri Mang Asep sang penjual bakso dikantin sekolah.

"Chika emosi woi" ucap Neza, sambil menunjuk kearah Chika yang sedang memarahi pembeli lainnya.

"Ekhem" deheman itu membuat Ersya, Neza, dan Fely menoleh ke sumber suara.

"Eh, Kemal" sapa Ersya.

"Mal, lo udah ditembak si Cici berapa kali?" tanya Fely sambil mengangkat salah satu alisnya.

Kemal menghitung jarinya bolak-balik, dan kembali menatap ketiga gadis di depannya. Ketiganya menatap Kemal penasaran.

"58 kali. Padahal udah gue tolak tapi masih aja ngejar ngejar gue. Udah gue katain kasarlah, gue hina dialah, tapi tetep gitu" ucap Kemal sambil mengambil ponsel dari saku bajunya.

KAKAK KELAS [SELESAI]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang